Ketika Joshua Melihat Indonesia dengan Kacamata Industri Kreatif

Ketika Joshua Melihat Indonesia dengan Kacamata Industri Kreatif
info gambar utama

Siapa tak kenal Joshua Suherman? Pelantun tembang air yang khas dengan liriknya “diobok-obok” ini sekarang sudah tumbuh dewasa dengan segala prestasi gemilang yang Joshua torehkan. Tak hanya dikenal sebagi aktor dan musisi, kini Jojo—sapaannya, juga bergelut di youtube dan berbagai platform digital lainnya.

Ketenarannya sebagai artis cilik dahulu kala ternyata masih bersinar hingga sekarang bahkan ketika Jojo bermain pada sebuah film, yaitu film “Yowis Ben”. Kini, jojo semakin fokus pada industri kreatif dan memunculkan berbagai ide kreatif serta inovatif.

Poster Goodtalk IG Live | Foto: GNFI
info gambar

Melihat perannya dalam industri kreatif yang cukup masif, Good News From Indonesia pun mengajak Joshua Suherman untuk bincang ringan membahas masa depan Indonesia dari kacamata industri kreatif pada Sabtu (11/7) dalam acara Goodtalk IG Live.

Sebagai aktor, Jojo mengungkapkan pendapatnya tentang kondisi perfilman Indonesia saat ini. Menurutnya, perfilman Indonesia sudah membaik belakangan ini dari segi pasar sebelum adanya pandemic Covid-19. Hal tersebut dapat dilihat dari meningkatnya jumlah penonton dan keinginan masyarakat untuk datang ke bioskop menyaksikan film Indonesia secara legal pun membludak.

Namun tak bisa dipungkiri, untuk bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri ternyata masih belum. Pemilik bioskop pastinya harus memilih antara film hollywood dan film nasional. Secara aturan, tidak ada regulasi yang menyatakan bahwa film Indonesia wajib tayang sekian minggu. Jadi, pikiran untuk menukar film lokal dengan film hollywood masih kerap terjadi. Bukan hanya itu, pembajakan film Indonesia juga masih ada saja.

“Sulit membuat orang bisa melihat dengan kacamata yang kita pakai. Dulu aku juga pernah menonton di web streaming film, lalu aku tahu rasanya ketika film aku dibajak. Membuat film itu untuk adegan durasi 1 menit saja bisa 5-6 jam lalu film kita dinikmati orang tapi tidak diapresiasi dengan menonton bajakan. Tentu sakit hati sekali,” tutur Joshua.

Lebih lanjut, Joshua punya mengungkapkan bahwa di zaman sekarang tidak ada alasan lagi untuk menonton film bajakan karena sudah banyak platform menonton film legal dengan harga terjangkau dan kualitas yang bagus.

Melihat Indonesia di masa depan, Joshua memiliki pandangan sendiri. Bagi Joshua, Indonesia punya market yang “seksi” sehingga memiliki potensi khususnya di industri kreatif karena semua dunia saat ini merujuk pada “number”. Indonesia punya potensi dalam hal “number”. Seperti misalnya untuk urusan bisnis, pasti akan dilihat dari angka, mana akun-akun yang memiliki angka paling banyak.

Joshua Suherman main film Yowis Ben | Foto: grid.id
info gambar

“Di masa depan, industri kreatifnya akan maju dan dilihat dunia. Apalagi negara Asia lain sudah membuka pintu, tinggal kita mengikuti tracknya aja,” kata Joshua.

Seperti halnya Korea Selatan. Jika dilihat dari kacamata industri kreatif, Korea Selatan adalah negara dengan industry kreatif yang maju. Mereka percaya bahwa industri kreatif bisa jadi pendobrak untuk memahsyurkan negaranya.

“Aku pernah syuting iklan di Korsel dan melihat bahwa perizinan di sana sangat tidak ribet. Jadi itu contoh kecil mungkin, tapi kita bisa liat sikap negaranya untuk percaya bahwa dunia industri bisa memajukan Indonesia,” ujar Joshua.

Sedikit demi sedikit, Indonesia sudah mengarah ke arah sana untuk memajukan Industri kreatif. Dalam setiap perjalanan, pasti aka nada hambatan. Begitu pun dengan perjalanan Indonesia menuju kea rah sana. Hambatan terjadi karena tidak ada sinergi meskipun semua punya potensi. Tapi, untuk bersinergi semua belum sama mau ke mana arahnya. Bagi Joshua, semua tinggal menunggu momen saja.

Untuk bisa memajukan industri kreatif, nantinya di masa depan, ketika semua bisa digantikan dengan robot, industri kreatif enggak akan bisa digantikan karena berhubungan dengan kreatifitas dan inovasi. Jadi itu agak sulit digantikan. Maka, nantinya kalau ada orang yang mau berkarier di luar negeri yang paling dibutuhkan adalah dukung bersama-sama. Hal tersebut bisa menjadi rantai yang nantinya juga akan menjadi penyambung untuk industri kreatif lainnya di Indonesia.

“Lakukan hal paling kecil dengan melakukan segala hal dengan yang terbaik, dengan begitu orang lain akan merasa tersaingi dan yang lain juga melakukan yang terbaik, sehingga menjadi kompetisi yang sangat sehat sehingga roda industrinya gerak. Kalau rodanya sudah bergerak, otomatis ada pergerakan ke depan,” jelas Joshua. (des)

--

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Kawan GNFI Official lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Kawan GNFI Official.

Terima kasih telah membaca sampai di sini