Mengenal Orthorexia, Ketika Seseorang Terobsesi dengan Makanan Sehat

Mengenal Orthorexia, Ketika Seseorang Terobsesi dengan Makanan Sehat
info gambar utama

Demi kesehatan optimal, orang-orang seringkali terfokus pada pola makan sehat. Mereka memilah jenis makanan, menghitung kalori, memahami kandungan gizi, sumber makanan, hingga proses pengolahannya.

Sekilas memang tak ada yang salah dengan makan sehat. Namun, tahukah Anda bahwa di luar sana ada orang yang terobsesi dengan makanan sehat yang justru malah membuat tidak sehat. Ya, kondisi ini disebut orthorexia nervosa, yaitu gangguan makan yang melibatkan obsesi tidak sehat pada makanan sehat.

Apa itu orthorexia?

Berbeda dengan gangguan makan lain seperti anoreksia atau bulimia, orthorexia lebih fokus pada kualitas makanan, bukan kuantitas. Penderita orthorexia juga jarang berfokus pada penurunan berat badan. Jadi, mereka tidak terobsesi untuk kurus atau takut gemuk, tetapi lebih kepada jenis makanan yang dikonsumsi.

Awalnya, mereka mungkin hanya ingin mengurangi karbohidrat, lama-lama jadi menjauhi gula dan makanan berlemak, kemudian menjadi vegetarian lalu vegan, dan bisa saja berakhir hanya makan buah dan sayur mentah.

Menurut dr Yon Park, MD, orthorexia adalah kondisi saat seseorang punya banyak aturan soal makanan secara berlebihan. Ini bisa termasuk menimbang setiap makanan, mengukur porsi makan secara detail, meneliti jumlah kalori, serat, hingga lemak yang ada pada setiap makanan.

Kondisi ini pertama kali diperkenalkan oleh dokter asal Amerika, Steve Bratman, pada tahun 1997. Awalnya, seseorang mungkin hanya ingin meningkatkan kesehatannya. Namun, lama-lama, fokusnya jadi lebih ekstrem.

Orang-orang yang mengalami orthorexia punya kecenderungan memiliki sifat perfeksionis dan kecemasan tinggi. Sering juga keadaan ini dialami oleh para petugas kesehatan, para atlet, penari balet, hingga penyanyi opera yang

Gejala yang dialami penderita orthorexia

Biasanya, orang-orang dengan orthorexia memiliki dorongan kuat terhadap makanan yang mereka pikir murni dan paling sehat. Mereka selalu punya pikiran obsesif terhadap makanan dan efeknya terhadap kesehatan, misalnya apakah makanan tersebut akan menyebabkan alergi, asma, atau gangguan pencernaan.

Mereka juga sering mengonsumsi suplemen, produk probiotik, hingga obat herbal yang dianggap memiliki dampak sehat untuk tubuh. Mereka juga sering terfokus pada bagaimana cara makanan diolah, teknik mencuci bahan makanan, hingga cara mensterilkan peralatan makanan.

Para pengidap orthorexia juga sering merasa puas dan bahagia ketika mereka makan makanan bersih dan sehat. Setiap hari, mereka akan membuat perencanaan makanan sebegitu detail dan akan merasa bersalah jika tak melakukannya.

Mereka juga sering menghakimi pola makan orang lain yang berbeda dari dirinya. Bahkan, mereka menghindari membeli makanan atau dibuatkan orang lain karena takut apa yang ada dalam makanannya mengandung sesuatu yang dianggap tidak sehat.

Dampak orthorexia pada tubuh

Psikolog Kasey Goodpaster, PhD dari National Eating Disorders Association mengatakan bahwa obsesi terhadap makanan bersih ini diawali dari budaya diet yang selalu menekan dan membuat orang semakin berhasrat agar lebih sehat.

Ketika seseorang mengidap orthorexia, tentu akan ada dampak negatif terjadi pada tubuh. Ini termasuk gangguan makan, masalah pencernaan, ketidakseimbangan hormon, menurunnya kesehatan tulang, penurunan berat badan, memburuknya kehidupan sosial, terbuangnya waktu hanya untuk meriset makanan, dan bisa sampai kurang fokus pada pekerjaan dan kehidupan secara keseluruhan.

Dampak lain dari orthorexia ialah malnutrisi, komplikasi medis, masalah dengan citra tubuh dan harga diri, masalah identitas hingga kepuasan. Mereka juga akan sangat ketergantungan pada aturan yang dibuat sendiri.

Untuk mengatasi orthorexia, cara yang bisa dilakukan adalah mulai dengan menyadari bahwa ada yang salah dengan pola makan Anda. Umumnya, Anda mungkin merasa ini normal dan wajar, tapi sadarilah bahwa dampak negatifnya pun nyata.

Jika kondisinya sudah terbilang parah, bisa minta bantuan dokter, ahli gizi, dan psikolog untuk menangani nya. Anda akan melakukan perawatan seperti modifikasi perilaku, latihan relaksasi, dan hingga diberikan edukasi seputar makanan sehat dari para ahli.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini