Intip Kampung Amsterdam, Jejak-Jejak Peninggalan Belanda di Garut

Intip Kampung Amsterdam, Jejak-Jejak Peninggalan Belanda di Garut
info gambar utama

Pemerintah kolonial Belanda begitu lama menginjakan kakinya di bumi Nusantara. Jejak-jejak peninggalannya masih terdapat di perkebunan teh Dayeuhmanggung, Kecamatan Cilawu, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Berada di wilayah yang terkenal dengan nama Kampoeng Amsterdam, tepatnya di kaki Gunung Cikuray, perkebunan teh ini pernah menjadi lumbung teh kebanggaan para meneer Belanda.

Kampoeng Amsterdam di Garut Jawa Barat, kini mulai menjelma menjadi sebuah objek wisata baru yang digandrungi oleh wisatawan. Selain mulai dikenal akan keindahan alam pegunungan dan kesejukan udaranya, objek wisata baru ini juga menyimpan bukti sejarah kehidupan bangsa Belanda di Kabupaten Garut.

Bekas kejayaannya memang masih bisa dilihat utuh, seperti rumah, kantor, hingga fasilitas irigasi. Semuanya masih berfungsi dengan baik hingga kini.

"Yang perlu dicontoh dari sisa kampung Amsterdam ini adalah semangatnya, bagaimana etos kerja mereka saat itu," ujar Manajer Perkebunan Teh Nusantara VIII Dayeuhmanggung, Asep Budi Jatmika, mengutip Liputan6.

Baca juga Bikin Betah, Ini Ragam Tempat Wisata di Garut

Perkampungan warga ini hanya memiliki sekitar 12 rumah yang dihuni oleh 24 orang warga. Uniknya, mereka menempati rumah-rumah peninggalan Belanda yang sama sekali belum direnovasi.

"Ini asli rumah-rumah warga Belanda pas datang ke Garut dulu. Ya sekitar tahun 1930-an lah berdirinya," katanya.

Menurut Asep, jejak-jejak utuh para kolonial Belanda itu menjadi warisan tak benda yang wajib dicontoh Indonesia. Mereka selalu merencanakan sesuatu dengan matang, sehingga menghasilkan karya yang bisa dinikmati dalam jangka waktu yang lama.

Penyebutan Kampoeng Amsterdam, sambungnya, merujuk pada awal mula pendirian perkebunan itu yang konon banyak menempatkan orang-orang Amsterdam sebagai pengelola area kebun teh.

"Memang infonya begitu," ungkapnya.

Berwisata sembari menikmati peninggalan sejarah

Rata-rata bangunan bekas Belanda di Kampoeng Amsterdam ini adalah buatan 1913. Meskipun telah uzur, beberapa di antaranya masih berfungsi baik hingga kini.

"Coba Anda lihat masih ada jembatan irigasi air sepanjang 200 meter dan masih berfungsi meskipun hanya satu jalur," kata dia.

Asep juga menyatakan, awalnya jembatan saluran irigasi itu dua ruas. Namun, gempa besar yang pernah menghantam Garut 2008 lalu merobohkan satu instalasi.

"Mungkin nanti jika diperlukan lagi akan kita perbaiki yang satu saluran lagi," ujarnya.

Sebagai upaya untuk mengoptimalkan kampung bernilai sejarah ini. Sejak awal November 2016 lalu, area perkebunan teh yang berada di depan kampung disulap menjadi tempat beristirahat untuk para wisatawan yang datang.

"Biar pengunjung lebih lama berkunjung di sana," kata dia.

Baca jugaDiklaim Terbaik se-Jawa Barat, Akan Ada Pulau Nusa Kelapa di Garut

Di tempat tersebut juga dibentuk beberapa balai, seperti balai pohon, dan balai menyerupai perahu yang dimanfaatkan sebagai objek berswafoto oleh para pengunjung.

"Sengaja dibuat itu untuk bersantai para wisatawan, ada rumah pohon, ada juga balai menyerupai perahu besar seperti di film Titanic," terang Asep.

Untuk berwisata di Kampoeng Amsterdam ini, Anda hanya dikenakan biaya sebesar Rp5 ribu/orangnya. Kampung ini sendiri berada di Kawasan Perkebunan Teh Dayeuh Manggung yang berlokasi sekitar 19 kilometer dari pusat Kota Garut.

Jarak tempuh dari pusat kota menuju ke kampung ini membutuhkan waktu sekitar 45 menit perjalanan menggunakan kendaraan motor maupun mobil.

Dihuni warga yang cantik dan pemandangan memesona

Ternyata sisa peninggalan Belanda tidak hanya terlihat dalam bangunannya. Namun juga para penghuni yang menempati Kampung Amsterdam. Salah seorang Youtuber yang masuk dalam kawasan kampung Belanda disambut dengan dua orang wanita lansia yang merupakan keturunan Belanda. Mereka sedang bersantai kala itu duduk di depan kediamannya.

"Oh lagi santai katanya," ucap Youtuber tersebut dalam akunnya, Singgasana Kita.

Meski sudah lansia, wanita-wanita ini terlihat amat cantik dan juga berparas blasteran bule Belanda. Dengan mengenakan pakaian serta hijab sederhana, para wanita tersebut terlihat begitu cantik alami.

Selain itu beragam jenis bunga cantik terlihat mekar dan tumbuh di depan rumah para warga. Mulai dari tanaman lidah buaya, lidah mertua, bunga anggrek dan masih banyak sekali jenis bunga serta tanaman lainnya yang menghiasi.

Baca juga Mengenal Uniknya Nama-Nama Daerah di Indonesia pada Zaman Belanda IA

Tentunya yang tidak boleh terlewatkan adalah Dayeuh Manggung, merupakan kawasan perkebunan teh peninggalan Belanda. Dayeuh Manggung sendiri memiliki luas area 1.500 hektare.

Sejak tahun 2014, disini dibudidayakan tanaman jeruk seluas 15,85 hektare pada kawasan Afdeling tengah. Uniknya lagi, Dayeuh Manggung kini telah menggalakkan potensi ekowisata, yang di antaranya mewujudkan keasrian Kampung “My Darling”.

Kampung ini dicetuskan oleh warga setempat pada awal tahun 2017 dan mengusung “Azas Manfaat”. Di mana azas ini mencakup cara memanfaatkan limbah-limbah rumah tangga yang digunakan untuk hiasan mempercantik hunian.

Yah, kreatifitas ini sangat mendukung keindahan alam sekitar. Terbukti dengan keunikan dari kampung tersebut yang menampilkan dinding-dinding rumah yang kebanyakan terbuat dari kayu dengan lukisan mural tiga dimensi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini