Penulis: Habibah Auni
Memiliki ketakutan terhadap sesuatu merupakan hal yang wajar dan alami terjadi. Namun, ketakutan akan menjadi hal berbeda bila ia bersifat “aneh”, “tidak wajar”, atau bahkan “tidak rasional”.
Contoh mudahnya seperti ini. Kawan sedang melihat seekor laba-laba di sudut dinding kamar pribadi Kawan. Biasanya, reaksi normalnya adalah Kawan kaget atau berteriak sambil berlari ke luar kamar.
Akan tetapi, ada beberapa orang yang merespons fenomena ini dengan berteriak lalu detak jantungnya terhenti. Bahkan, ketakutan ini berpengaruh pasca kejadian, di mana Kawan akan terngiang-ngiang sampai merasa gigil dan ngilu. Nah, reaksi Kawan ini dinamakan irrational fear.
Penjelasan ilmiah dari ketakutan
Sebelum membahas irrational fear lebih jauh, ada baiknya kita mengenali dulu seluk-beluk ketakutan. Mengetahui, apakah ketakutan itu hanya reaksi tanpa gejala, atau malah merupakan respons biologis tubuh terhadap suatu rangsangan. Nah, dilansir dari Cleverism, ilmu saraf dapat menjelaskan kepada Kawan, mengapa Kawan bisa takut terhadap sesuatu.
Sederhananya, Kawan dilahirkan sebagai makhluk hidup yang penakut. Penakut di sini bukan berarti hal buruk, ya, Kawan, tapi memang sesuatu yang alami. Penjelasannya, otak Kawan telah ditanamkan regulasi untuk mempertahankan hidup sendiri, baik saat di dalam maupun di luar rahim ibu.
Praktik Mindfulness yang Dapat Cegah Kelelahan Saat WFH
Inilah mengapa ada beberapa dari Kawan yang merasa takut dengan ketinggian, kegelapan, serangga, atau berbagai ketakutan lainnya. Ketika Kawan dihadang ketakutan-ketakutan ini, fisik tubuh Kawan akan melemah begitu saja dan otak Kawan ingin menghindarkan diri Kawan dari rasa sakit dan penderitaan.
Berdasarkan hasil studi dari berbagai ahli saraf dan peneliti, respons Kawan terhadap ketakutan dikontribusi besar oleh area otak yang menyala saat itu. Meskipun begitu, area otak ini belum bisa memastikan seberapa besar ketakutan Kawan terhadap suatu kejadian. Namun setidaknya ini sudah memberitahu penjelasan ilmiah di balik ketakutan.
Bagaimana irrational fear bisa terjadi?
Irrational fear bermula dari ketakutan sehat Kawan yang terjadi terlampau sering. Lantaran terlalu sering menghadapi suatu ketakutan, otak Kawan merespons semakin hebat dan alhasil menjadi irrational fear.
Selain itu, ketakutan ini dipengaruhi dari cara berpikir Kawan. Beberapa ilmuwan saraf mengungkapkan bahwa keluarga dan budaya berkontribusi besar dalam pembentukan rasa takut dalam otak Kawan. Dengan catatan, ukuran ketakutan atas kedua faktor tersebut tidak bisa diukur secara pasti.
Rahasia Menjalankan Pola Hidup Sehat untuk Fisik dan Mental
Yang jelas, paradigma dan pengalaman bertahun-tahun berpotensi mengubah ketakutan normal menjadi irrational fear yang mengerikan. Irrational fear berkemungkinan besar membuat fisik atau mental Kawan lumpuh, bisa jadi perjalanan hidup Kawan sangatlah ringkih.
Gejala-gejala irrational fear
Adapun gejala-gejala irrational fear dapat berbentuk gejala fisik maupun gejala emosional. Dengan mengetahui informasi seputar ini, Kawan bisa mengenali apakah diri Kawan sedang menghadapi irrational fear atau tidak. Berikut beberapa gejala fisik dari irrational fear, dikutip dari LifeStance Health:
- Detak jantung berdebar kencang atau berdebar kencang.
- Sulit bernapas
- Dada terasa nyeri dan sesak
- Tubuh gemetar
- Perut terasa mual
- Kepala terasa pusing
- Anggota tubuh banjir keringat
Sedangkan gejala emosional dari irrational fear, yaitu:
- Merasa cemas, panik, dan ketakutan
- Ingin kabur atau melarikan diri dari masalah
- Takut kehilangan kendali atau menggila
- Merasa seperti akan pingsan atau mati
- Merasa seolah-olah Kawan tidak ada dalam tubuh Kawan
Beberapa contoh irrational fear
Barangkali ada beberapa dari Kawan yang belum mendapatkan gambaran seperti apa contoh-contoh dari irrational fear. Terlebih lagi, bisa saja Kawan memiliki irrational fear namun Kawan tidak menyadari keberadaannya. Berikut beberapa contoh dari irrational fear.
- Public speaking
- Berjalan kaki sendirian saat malam hari
- Keamanan data pribadi di media sosial
- Burung hantu
- Tenggelam di tempat tertutup
- Boneka manekin
- Kodok dan katak
- Eskalator
- Ruang-ruang publik terbuka
- Jadi pemalas
- Jatuh dari tangga
- Dan berbagai contoh “kurang masuk akal” lainnya
Cara menghadapi irrational fear
Menghadapi irrational fear tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pasalnya saat Kawan membicarakan ketakutan ini kepada orang lain, bisa saja mereka tidak mempercayai bahkan menganggap Kawan sebagai orang gila.
Tak jarang ini membuat Kawan sakit hati dan kepercayaan diri Kawan lama-kelamaan akan menghilang. Ini bakal berdampak negatif, lantaran efeknya dapat semakin buruk seiring bergulirnya waktu.
Mengenal Digital Fatigue, Kelelahan yang Berdampak pada Fisik dan Mental
Biar hal seperti itu tidak terjadi, Kawan patut mengetahui bagaimana cara menghadapi irrational fear pada diri Kawan. Berikut beberapa cara melakukannya.
1. Mengenali apa ketakutan diri Kawan
Langkah pertama yang harus Kawan lakukan adalah mengenali apa ketakutan Kawan. Kenali apa kejanggalan dari ketakutan tersebut. Apakah hanya sekedar reaksi biasa, atau malah benar-benar ketakutan Kawan.
Setelah Kawan mengetahui ketakutan ini, Kawan bisa mengetahui ketakutan ini secara mendalam, seperti mengapa Kawan takut dengan hal seperti itu, kapan waktu Kawan terjangkit dengan ketakutan itu, dan berbagai faktor ketakutan lainnya.
2. Sadar kalau Kawan tidak sendirian
Setiap orang memiliki ketakutannya sendiri-sendiri, ada yang takut dengan cicak, takut dengan mentega, atau berbagai macam ketakutan lainnya. Demikian, Kawan tidak perlu terlalu khawatir menjadi pribadi yang berbeda.
Dengan menyadari kalau Kawan tidak sendirian, Kawan bisa menghadapi ketakutan ini tanpa rasa cemas. Kawan pun merasa ada teman seperjuangan dalam menghadapi ketakutan, sehingga teman-teman mendapatkan banyak kekuatan.
3. Pahami efek samping dari kehilangan kesempatan lantaran terlena dengan irrational fear
Tak jarang irrational fear membuat pelakunya cemas dan menghindari untuk mengikuti beberapa kegiatan tertentu. Lantaran, kegiatan itu mengingatkan mereka akan ketakutan terpendamnya. Ini merupakan hal yang sangat disayangkan, karena Kawan bisa saja melewatkan kesempatan Kawan untuk berkembang.
Dengan demikian, ketahui dan pahami ketakutan Kawan. Hadapi perlahan-lahan, melalui menghadapi dengan masalah yang kecil dulu. Jika Kawan sudah mengatasi ketakutan itu, cobalah untuk menghadapi masalah lebih besar supaya Kawan menjadi lebih terbiasa dan fleksibel.
Irrational fear memang menjadi ketakutan terbesar bagi sebagian besar orang, bahkan seringkali membuat diri Kawan terpuruk. Oleh karena itu, Kawan perlu mengetahui irrational fear secara penuh seluruh supaya diri Kawan bisa berakselerasi dengan cepat.*
Referensi:Cleverism | FairyGodBoss | LifeStance Health | SBNation
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News