Menengok Kampung Asap Ikan di Pasuruan, Sumber Mata Pencarian Beromzet Menggiurkan

Menengok Kampung Asap Ikan di Pasuruan, Sumber Mata Pencarian Beromzet Menggiurkan
info gambar utama

Memiliki kandungan gizi dan nutrisi tinggi yang baik bagi tubuh, selain diolah langsung dalam keadaan segar untuk bisa dikonsumsi dengan cara dibakar atau digoreng, ada satu cara mengolah ikan yang terbilang unik karena dapat menciptakan cita rasa khas tersendiri, yaitu ikan asap.

Sesuai namanya, ikan asap adalah ikan yang diawetkan dengan dengan menggunakan asap yang berasal dari pembakaran kayu atau bahan organik lainnya.

Menurut informasi yang dimuat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), tujuan dari proses pengasapan adalah untuk mengawetkan ikan agar dapat tahan lebih lama dibanding ikan segar yang harus segera dikonsumsi dengan memanfaatkan bahan-bahan alam, serta memberi rasa dan aroma yang khas.

Faktanya, ikan yang diolah dengan cara ini memang banyak diminati khususnya bagi para pencinta olahan bahari. Tak heran, jika kondisi tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir dan menjadikan ikan asap sebagai sumber mata pencarian utama.

Pendapatan yang diperoleh dari mengolah dan menjajakan ikan asap pun terbilang menjanjikan, hal tersebut dibuktikan oleh kelompok masyarakat yang berada pada beberapa wilayah di Kota Pasuruan, Jawa Timur.

Industri Pengalengan Ikan Tumbuh Positif di Tengah Pandemi Covid-19

Omzet Rp30 juta per bulan

Hasil ikan asap
info gambar

Salah satu wilayah yang dikenal sebagai sentra ikan asap yang berada di Pulau Jawa berlokasi di Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan.

Wilayah yang kerap dijuluki sebagai Kampung Asap Ikan Ngaglik ini nyatanya berada di daerah yang jauh dari keramaian, tepatnya di tengah-tengah tambak yang dihuni kurang lebih 70 kepala keluarga dengan penduduk yang bekerja sebagai nelayan, pedagang, dan sejenisnya.

Berbeda dengan kampung lain yang berada di Kota Pasuruan, begitu memasuki Kampung Ngaglik setiap orang yang berkunjung akan disuguhi dengan aktivitas kebanyakan kaum ibu rumah tangga yang sibuk melakukan pengasapan ikan sehari-harinya.

Ditambah, rata-rata rumah warga yang berada di wilayah tersebut memiliki cerobong yang mendukung kegiatan mengasapi ikan, sehingga tidak heran jika kampung tersebut mendapat julukan Kampung Asap.

Melansir keterangan dari laman resmi milik Pemerintah Kota Pasuruan, diketahui bahwa warga setempat sudah menjadikan ikan asap sebagai objek mata pencarian selama 10 tahun.

“Kalau di Ngaglik ini sudah sekitar 10 tahunan (masyarakatnya) menjadi pengasap ikan, dan ada sekitar 10 rumah yang menjalankan kegiatan pengasap ikan…” terang Imron, salah satu ketua RT di Dusun Ngaglik.

Kegiatan pengasapan pun dilakukan oleh ibu-ibu yang mengolah ikan dari hasil tangkapan para suami yang bekerja sebagai nelayan. Dari kegiatan tersebut, mereka bisa membantu pendapatan keluarga dan suami dengan omzet yang terbilang cukup menggiurkan setiap bulannya.

Usawatun, salah satu warga yang menggeluti pekerjaan tersebut mengungkap bahwa dirinya bisa menjual ikan yang telah diasapi dengan harga Rp50 ribu per kilogram.

“Kalau satu hari bisa dapat omzet Rp1 juta” ungkapnya.

Hal serupa juga dibagikan oleh pengasap ikan lain yang berada pada wilayah yang sama, yaitu Zanati. Lebih detail, dia bersama dengan ibu-ibu lain diketahui bisa mengasapi ikan hingga satu kwintal per hari. Kemudian, ikan tersebut dihargai Rp2.500 hingga Rp3.000 per satuannya.

“Setiap hari itu omzet bisa mencapai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Satu bulan bisa Rp30 juta lebih,” tuturnya seperti yang diwartakan oleh IDX Channel.

Ini Dia Puluhan Menu Sagela, Ikan Asap Favorit Brand Gorontalo

Proses pembuatan dan pemasaran ikan asap

Proses pengasapan ikan di Kampung Asap, Pasuruan
info gambar

Ikan yang dapat diolah menjadi ikan asap bermacam-macam, mulai dari ikan patin, ikan balong, ikan mayong, ikan kapasan, hingga pari.

Namun, waktu cukup lama yang dibutuhkan untuk proses pengasapan membuat bahan bakar yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Karena itu, para pedagang ikan asap memilih menggunakan batok kelapa dan jagung kering sebagai bahan bakarnya.

Proses pengasapan ikan pun terbilang sulit, hal tersebut didasari karena pentingnya jarak pengasapan yang berlangsung selama prosesnya. Jika jarak terlalu dekat dapat membuat ikan gosong, sementara jika jaraknya terlalu jauh ikan tidak kunjung matang alias membutuhkan waktu yang lebih lama. Dijelaskan bahwa jarak pengasapan antara ikan dengan panggangan yang baik berkisar antara 20-25 sentimeter.

Untuk cara pengolahan, pertama-tama ikan dicuci bersih, diambil kotorannya, dan disayat pada beberapa bagian, kemudian langsung diasapi dengan menggunakan tungku khusus yang terdiri dari pelanggangan sebagai tempat untuk pengasapan, kemudian ada bediangan yang berfungsi sebagai tempat pengapian untuk membakar batok kelapa, dan terakhir stuum sebagai cerobong tempat mengeluarkan asap.

Sementara itu, waktu pengasapan sendiri terbilang bervariasi tergantung dari bentuk dan jenis ikan. Disebutkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk proses pengasapan ikan kecil berkisar antara 20 menit hingga satu jam, lain hal dengan ikan dengan berukuran sedang yang membutuhkan waktu antara dua hingga empat jam, sedangkan pengasapan ikan berukuran besar membutuhkan waktu sekitar empat hingga enam jam.

Bicara soal wilayah penjualan utama, biasanya ikan asap yang dihasilkan dijual ke pasar-pasar tradisional di wilayah Kota dan Kabupaten Pasuruan, namun ada juga yang dipasarkan keluar daerah dan berbagai kota lainnya seperti Bangil, Kejapanan, Malang, dan Probolinggo.

Di lain sisi, Usawatun yang sebelumnya mengungkap pendapatan menjanjikan dari mata pencarian ini tak menampik bahwa dirinya dan warga sekitar juga sempat terkena dampak dari pandemi Covid-19 yang terjadi berupa penurunan omzet. Beruntung, situasi tersebut dapat teratasi dengan baik dan warga Dusun Ngaglik bisa kembali memperoleh pendapatan secara normal.

Dari Wisata dan Ikan, Desa yang Dulunya Termiskin ini Kini Menjadi Desa Terkaya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini