Gunawan Maryanto dan Keberhasilan Raih Piala Citra Lewat Film Tanpa Dialog

Gunawan Maryanto dan Keberhasilan Raih Piala Citra Lewat Film Tanpa Dialog
info gambar utama

Industri seni peran di bidang teater sekaligus perfilman tanah air sedang berduka, salah satu talenta berbakat yang kerap berkontribusi dalam menghadirkan hiburan berkualitas yaitu Gunawan Maryanto telah tiada.

Gunawan diberitakan menghembuskan napas terakhirnya pada hari Rabu (6/10/2021), di RS Ludiro Husodo, Jl. HOS Cokroaminoto, Yogyakarta, pukul 20.00 WIB pada usia 45 tahun akibat serangan jantung.

Lukman Sardi, aktor yang diketahui pernah terlibat dalam satu proyek bersama Gunawan menjadi salah satu pihak yang mengonfirmasi kabar ini.

“Malam ini, tiba-tiba ada WA yang mengabarkan Mas Gunawan sudah tidak ada, shock banget, ngecek sana sini apakah berita ini benar dan ternyata dikonfirmasi benar…” tulis Lukman pada unggahan di media sosial miliknya.

Gunawan Maryanto lahir di Yogyakarta pada tanggal 10 April 1976. Sebelum terjun ke industri perfilman, sosok yang kerap dipanggil dengan sapaan Mas Chindil oleh sejumlah aktor dan aktris di tanah air ini memang lebih dulu mengawali karier di bidang teater.

2 Karya Teater Besutan Seniman Indonesia Ramaikan Ajang Holland Festival 2021

Menekuni seni pertunjukan sejak Sekolah Dasar

Gunawan Maryanto
info gambar

Sebagai seorang aktor, penulis, sekaligus sutradara teater, kecintaan Gunawan terhadap dunia seni peran ternyata berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki latar belakang besar dalam menekuni seni pertunjukan tradisi. Dirinya mulai ikut mengasah kecintaan terjadap seni pertunjukan sejak kelas 5 SD dengan bergabung dalam sebuah kelompok teater.

Latar belakang kelurga yang memang dikenal dalam dunia seni pertunjukan nyatanya membuat Gunawan memiliki kesempatan untuk berada di bawah ajaran langsung Rudi Corens, sosok sutradara teater dari Belgia yang di saat bersamaan juga merupakan seorang dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Diketahui bahwa Gunawan terus mempelajari berbagai hal seputar teater dari Corens hingga menginjak bangku SMA. Di saat yang bersamaan, pembelajaran teater selama SD hingga SMA tersebut yang membuat dirinya mengenal seni teater modern.

Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi yaitu Sastra Jawa di UGM, hal tersebut nyatanya juga menjadi salah satu modal yang dimiliki oleh Gunawan untuk semakin mendekatkan dirinya dengan teater. Karena menurutnya, teater juga membutuhkan penguasaan sastra dan bahasa.

Gunawan sendiri diketahui merupakan salah satu sosok kunci sekaligus pengurus dari keberadaan Teater Garasi. Berdasarkan pada keterangan dari laman resmi teatergarasi.org, karya penyutradaraan Gunawan yang paling terkenal bersama Teater Garasi di antaranya adalah Sri (adaptasi dari Yerma karya F Garcia Lorca, 1999), Repertoar Hujan (2001, 2005), Dicong Bak (2006), Gandamayu (2012), dan Krontjong Mendoet (2012).

Melihat 5 Periode Perkembangan Teater di Indonesia

Dikenal setelah memerankan karakter Wiji Thukul

Gunawan Maryanto
info gambar

Mulai masuk ke industri sejenis yaitu perfilman, nama Gunawan semakin banyak dikenal lewat keberhasilannya memerankan karakter Wiji Thukul dalam sebuah film bertajuk Istirahatlah Kata-Kata garapan sutradara Yosep Anggi Noen, yang diproduksi pada tahun 2016.

Film berjenis biopik ini menceritakan kehidupan seorang aktivis dan penyair yang menuntut keadilan melalui gerakan-gerakan, orasi, dan puisi, namun hilang menjelang masa keruntuhan pemerintahan Soeharto.

Sebenarnya Istirahatlah Kata-Kata bukanlah film pertama Gunawan, dirinya telah lebih dulu debut sebagai aktor pada tahun 2012 lewat film Toilet Blues.

Diceritakan bahwa keputusan Gunawan untuk terjun ke dunia film pertama kali bukan karena target atau keinginan khusus, melainkan karena permintaan dari rekannya, yaitu Dirmawan Hatta yang menjadi sutradara dalam film tersebut.

“Masuknya (ke dunia film) itu lebih karena diminta bantu jadi aktor. Sampai sekarang seperti itu proses saya di film. Bagi saya mau di panggung atau film itu sama-sama perihal keaktoran. Saya pikir keduanya sangat berhubungan, hanya berbeda medium saja, seperti hanya pindah panggung saja," ujar Gunawan, dalam sebuah wawancara di akhir tahun 2020 yang dimuat oleh Kincir.com.

Film Wiji Thukul "Istirahatlah Kata-kata" Tayang Perdana di Swiss

Kesuksesan dalam film The Science of Fictions

Gunawan dalam film The Science of Fiction
info gambar

Keberhasilan memerankan karakter Wiji Thukul nyatanya membuat Anggi Noen kembali yakin untuk menggandeng Gunawan dalam proyek film selanjutnya yaitu The Science of Fictions atau yang juga memiliki judul lain Hiruk Pikuk Si Al-Kisah.

Dengan konsep berbeda, Gunawan kali ini harus menerima tantangan membintangi film yang mengangkat cerita soal teori konspirasi mengenai pendaratan pertama manusia di bulan, dengan memerankan karakter utama bernama Siman.

Telah tayang di berbagai festival film internasional, The Science of Fictions bercerita tentang seorang pria pendiam (Siman) yang tak sengaja menyaksikan syuting pendaratan di Bulan oleh para kru asing, di sebuah area tak berpenghuni di Gumuk Pasir, Bantul pada tahun 1960-an.

Keberadaannya disadari, Siman ditangkap oleh para penjaga dan lidahnya dipotong agar tak menyebarkan rekayasa pendaratan di Bulan, sehingga membuatnya tidak bisa berbicara.

Karena jalan cerita tersebut pula, karakter Siman yang diperankan oleh Gunawan nyatanya sama sekali tidak memiliki dialog di sepanjang film. Siman menjalani hidupnya dalam slow-motion, dan hanya berbicara melalui anggota tubuh serta berusaha mengungkap kebohongan orang-orang di masa lalu dengan bergerak lambat layaknya astronot di ruang angkasa, namun orang-orang di sekitar lingkungannya menganggap Siman tak waras.

Mendapat banyak apresiasi berkat keberhasilan Gunawan merepresentatifkan karakter Siman walau tanpa dialog, ternyata membuat dirinya diganjar sebuah penghargaan lewat ajang Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2020.

Gunawan menyabet gelar ‘Pemeran Utama Pria Terbaik’ dan mengalahkan sejumlah aktor kawakan lainnya yang masuk ke dalam jajaran nominasi yaitu Ario Bayu, Dion Wiyoko, Ibnu Jamil, dan Reza Rahadian.

Pertama kali masuk ke nominasi penghargaan industri perfilman dan pertama kali pula menang di waktu yang bersamaan, sang sutradara film yaitu Anggi Noen bahkan menyebut bahwa Gunawan aktor pertama dalam sejarah FFI yang memenangkan penghargaan dengan bermodalkan karakter tanpa dialog.

Namun di balik pencapaian tersebut, tak ada yang menyangka jika penghargaan pertama yang diraih Gunawan akan sekaligus menjadi penghargaan terakhir dalam berkarier di industri perfilman sepanjang hidupnya.

Dengan kepergian yang menyisakan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga namun juga kerabat terdekat, berbagai nama besar di industri perfilman tanah air mulai dari jajaran sutradara, aktor, hingga aktris menyampaikan doa dan harapan terbaik atas kepergian Gunawan, salah satunya aktris Asmara Abigail yang bekerja sama dengan Gunawan dalam film The Science of Fictions, lewat unggahan di akun media sosial miliknya.

“…terbanglah ke semesta luas tanpa batas, Mas Chindil. You’re always in our heart. Forever. Karyamu tetap abadi! Istirahatlah Kata-Kata..” tulis Asmara

Rekomendasi Film Perjuangan untuk Merayakan 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Siti Nur Arifa lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Siti Nur Arifa.

SA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini