Bunda Iffet dan Perjuangannya Menjadi Ibu Sekaligus Manajer Band Slank

Bunda Iffet dan Perjuangannya Menjadi Ibu Sekaligus Manajer Band Slank
info gambar utama

Hari Ibu yang diperingati pada 22 Desember ini menjadi momen untuk merayakan perjuangan sosok ibu yang luar biasa. Kita semua tentu tahu bahwa menjadi seorang ibu merupakan peran mulia dan penuh dengan tanggung jawab.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa peranan ibu sangat subjektif, namun sangat powerful. Tak hanya melahirkan anak secara biologis, ibu juga berperan sebagai tempat yang aman, sumber kekuatan, motivator, pembentuk karakter, pendorong semangat, sekaligus penguat keluarga. Seorang ibu juga tidak hanya berperan dalam membangun diri dan keluarga, tetapi juga membangun bangsa dan negara.

Pada peringatan Hari Ibu kali ini, GNFI berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan para ibu hebat di Indonesia. Mereka yang kami sebut Bunda Penerjang Badai adalah sosok-sosok yang inspiratif dengan perjuangannya masing-masing.

Salah satu sosok ibu yang menginspirasi adalah Iffet Veceha Sidharta. Ia dikenal sebagai ibu dari Bimo Setiawan Almachzumi alias Bimbim, sekaligus merupakan manajer band ternama di Indonesia, Slank.

Mengabdi di Daerah Pedalaman, Amalia Usmaianti: Saya Dibilang Bisa Bangkitkan Orang Mati

Menjadi ibu sekaligus manajer band kenamaan Indonesia

Bunda Iffet © Dokumentasi Pribadi
info gambar

Dihubungi GNFI pada Rabu, (22/12/2021), Bimbim menceritakan secara singkat bagaimana berartinya peran sang ibu baginya. Bunda Iffet, sapaan akrabnya, bagi Bimbim bukan hanya seorang ibu dan manajer Slank. “Dia yang jadi satpam dalam artian menjaga anak-anak Slank untuk tetap on the track dan terus lurus ke depan.”

Menurut penuturan Bimbim, Bunda Iffet adalah sosok yang penuh perhatian pada anak-anaknya, baik anak kandung dan anggota Slank. “Perhatiannya kadang detail seperti nanya sudah makan belum atau kalau kita lagi capek ditanya apa sedang punya masalah karena mukanya kelihatan capek. Bunda selalu pengen tahu, ingin terlibat, dan menjadi solusi buat kita,” ujarnya.

Ditanya soal momen berkesan bersama sang ibu, Bimbim mengatakan bahwa salah satunya adalah saat Slank lepas dari penggunaan narkoba. Pada momen tersebut, sang bunda benar-benar serius dan kuat untuk menjaga anak-anaknya dari jeratan narkoba.

Bimbim juga menceritakan memorinya bersama sang bunda saat ia masih kecil. “Waktu kecil pernah di era ‘70-an akhir, masih SD, Bunda nganter sekolah nyetir mobil sendiri. Ada salah satu preman ngambil batu dan mukul kaca mobil. Di situ Bunda diem aja dan berdoa. Habis itu, kaca enggak pecah, jalan pulang aman. Kekuatan berdoa bisa ngalahin semua,” kenangnya.

Menghalau Rintangan Demi Menerangi Desa Indonesia, Tri Mumpuni: Saya Mendapat Kebahagiaan

Bunda Iffet dan perjuangannya membesarkan Slank

Bunda Iffet © Dokumentasi Pribadi
info gambar

Siapa yang tak tahu Slank? Band fenomenal ini mulai terbentuk pada tahun 1983 dengan format awal Bimbim (drum), Denny BDN (bass), Erwan (vokal), Kiki (gitar), dan Bongky (gitar). Tahun 1990 adalah momen di mana Slank melahirkan album perdananya “Suit-Suit... He-He (Gadis Sexy)” yang laris di pasaran bahkan meraih penghargaan album dengan penjualan terbaik tahun 1990-1991 dari BASF Awards.

Musik dan lirik yang disajikan Slank di album perdananya dianggap mewakili anak muda. Band asal Jakarta ini pun dianggap sebagai simbol anti kemapanan tapi penuh kecerdasan. Sukses dengan album pertamanya, pamor Slank pun terus meningkat dan sering tampil di berbagai acara. Sejak tahun 1983 mereka telah merilis 21 album dengan 274 lagu dengan tema sosial, politik, dan cinta.

Kesuksesan band yang pernah disebut-sebut sebagai bintang musik dengan bayaran termahal di Indonesia ini tentunya tak lepas dari kerja keras sang manajer, Bunda Iffet. Pada tahun 1996, Bunda Iffet mengambil alih posisi manajer yang saat itu memang kosong. Mengambil peran sebagai manajer, pada saat itu Slank sedang naik daun. “Kita setiap sore manggil-manggilin penggemar di depan untuk dengerin musiknya Slank,” ujar Bunda Iffet.

Ia sendiri sebenarnya tidak memiliki ketertarikan khusus untuk menjadi manajer band. “Bukan tertarik, tapi disuruh sama Bapaknya Bimbim bantuin Slank. Kasian katanya suruh bantuin.” Akhirnya, ia pun tergerak untuk membantu band tersebut dan memang terbukti kerja kerasnya membuahkan hasil yang manis.

Dalam perjalanan membesarkan Slank, perempuan kelahiran 12 Agustus 1937 ini betul-betul mendidik anggota band agar menjadi besar dan tidak main-main. “Waktu itu Bunda ngomong ke Bimbim, kalau mau main musik, harus serius di musik. Kalau mau narkoba ya hancur kamu. Akhirnya dia mikir untuk jadi Slank yang benar. Dia betul-betul tekun, lepas narkoba, lepas minuman, lepas rokok. Sekarang yang tinggal hanya kopi.”

Istri dari Sidharta M Soemarno ini mengatakan bahwa grup laki-laki itu harus dimanajeri oleh seorang perempuan. “Apalagi kayak Bunda sudah tua, jadi ada rasa hormatnya. Apa yang kita nasehati mereka mikir dan nurut.”

Membesarkan sebuah band di tengah persaingan di industri musik Tanah Air tentu bukan pekerjaan mudah. Bunda Iffet menjelaskan bahwa tantangan yang ia hadapi adalah mesti mengerti anggota band yang semuanya adalah laki-laki. “Alhamdulillah mereka menganggap saya ibu jadi selalu hormat. Di perjalanan Bunda sebagai manajer Slank enggak ada persoalan, enak aja gitu.”

Jalan menuju keberhasilan memang tak selalu mulus. Di kasus Slank, kita tentu ingat bahwa beberapa anggota band ini pernah mengalami keterpurukan akibat penggunaan narkoba. Sebagai manajer, Bunda Iffet juga merasa kejadian tersebut merupakan momen paling parah dalam perjalanannya bersama Slank.

“Orang yang kayak gitu enggak ada tanggung jawab. Kalau kehabisan (narkoba) dia bisa ngamuk-ngamuk. Dalam perjalanan itu jadi sering ribut dan berantem karena enggak kuat. Apalagi Mas Bimbim pakainya putau, lebih keras dari yang lain-lain,” ceritanya.

Terlepas dari masa-masa kelam, Bunda Iffet juga punya momen berkesan yang menyenangkan. Salah satunya adalah sering berkunjung ke kota-kota di Indonesia. “Siapa yang enggak mau dibiayain? Tapi ini karena usaha kita menjadikan Slank begini.”

Membahas soal Slank tentunya kurang lengkap jika tidak menyebut para penggemar berat band ini yang disebut Slankers. Slankers merupakan kumpulan penggemar yang terkenal akan kreativitas dan loyalitasnya. Melansir Asumsi.co, jumlah penggemar Slank mencapai empat juta orang lebih.

Bahkan, Slankers memiliki kartu anggota resmi yang didapatkan dari pendaftaraan melalui manajemen Slank di Potlot, Jakarta Selatan. Belum sampai di situ, sebab komunitas penggemar Slank ini juga memiliki badan hukum sendiri dengan nama PT. Pulau Biru Indonesia.

Sebagai manajer, Bunda Iffet paham betul bagaimana pengaruh para penggemar terhadap kesuksesan sebuah band. Ia pun selalu mengingatkan anggota Slank untuk menghargai para penggemarnya yang disebut Slankers. Bunda Iffet sering menasehati anak-anak Slank untuk tidak sok ngartis karena Slankers itu yang membeli karya mereka dan harus dihargai. Sederhana saja, dengan menemui para Slankers yang ingin bertemu, meminta foto atau tanda tangan.

Untuk harapan Bunda Iffet bagi Slank ke depannya, ia berpesan bahwa anak-anak Slank harus bisa mengatur, mengingat usia sudah tak lagi muda dan bagaimana kehidupan selanjutnya, apakah masih bermusik atau mesti beralih profesi.

Bunda Iffet juga mengungkapkan pesan-pesannya untuk para ibu di momen Hari Ibu. “Sebagai perempuan harus mengerti kedudukan kita. Enggak boleh egois dan bukan karena kita perempuan, laki-laki harus selalu mengalah itu enggak bisa. Makanya Bunda bisa bertahan sampai 60 tahun.”

Catatan:

Artikel di atas merupakan persembahan GNFI untuk memperingati Hari Ibu, 22 Desember 2021.

Mereka adalah segelintir dari para ibu yang tak hanya sebagai pengayom rumah tangga, tapi juga menerjang badai, pembangkit asa, pendobrak pesimistis, hingga dapat bermanfaat lingkungannya.

Selamat Hari Ibu, tetaplah tegar wahai Bunda Penerjang Badai.




Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dian Afrillia lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dian Afrillia.

DA
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini