Sudah ramai dibicarakan sekaligus dinanti penerapannya sejak tahun lalu, di tahun 2022 ini juga terdapat satu agenda yang dijanjikan akan membawa perubahan serta kemajuan bagi masyarakat dalam melakukan mobilitas di fasilitas publik jalan tol, yakni penerapan Multi Lane Free Flow (MLFF) atau sistem yang membuat pengendara dapat terus melaju dan tidak perlu berhenti di gardu untuk melakukan pembayaran tarif.
Seperti yang pernah GNFI ulas sebelumnya, disebutkan bahwa untuk bisa menerapkan sistem MLFF ini nantinya diperlukan teknologi yang mendukung agar proses pembayaran tol nirsentuh dan tanpa henti bisa berjalan, yakni dengan adanya teknologi Electronic Toll Collection (ETC).
Sudah lebih dulu diterapkan di berbagai negara, ada empat jenis teknologi ETC berbeda yang biasanya digunakan oleh sejumlah negara dalam menerapkan sistem MLFF ini, keempat alternatif teknologi yang dimaksud yakni Dedicated Short Range Communication (DSRC), Radio Frequency Identification (RFID), Automatic Number Plate Recoqnition (ANPR), dan Global Navigation Satelite System (GNSS).
Lantas teknologi mana yang akan digunakan di Indonesia dan bagaimana penerapannya secara detail?
Bersiap, Indonesia Akan Terapkan Transaksi Tol Nirsentuh Tanpa Berhenti Mulai Tahun 2022
Teknolosi GNSS dan cara kerjanya

Di antara keempat alternatif teknologi ETC yang ada, Indonesia akan menerapkan pemanfaatan satelit atau GNSS. Sekadar informasi, teknologi ini dibawa oleh Roatex Indonesia Toll System (RITS), anak usaha dari Roatex Ltd. asal Hungaria yang ditunjuk sebagai pemenang tender dan pemrakarsa proyek sistem MLFF oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di Indonesia.
Selain Indonesia, negara yang sudah menerapkan sistem MLFF berbasis GNSS di antaranya Jerman, Slovakia, dan sejumlah negara lainnya di Eropa Timur.
Membahasa mengenai cara kerja yang akan berjalan, nantinya setiap pengendara yang biasa melakukan mobilitas dengan kendaraan yang sama diharuskan untuk mengunduh aplikasi eOBU atau memiliki perangkat OBU (onboard unit) yang akan selalu disertakan dalam kendaraan saat melalui jalan tol.
Perangkat atau unit OBU tersebut akan memancarkan sinyal yang dapat ditangkap oleh alat pendeteksi di tiap ruas tol tertentu, untuk selanjutnya diidentifikasi dan dicocokan dengan pusat data MLFF, teknologi GNSS kemudian akan mengenali dan melacak posisi kendaraan secara real-time, termasuk melacak dari dan ke mana kendaraan tersebut mengakses ruas jalan tol sehingga dapat menentukan besaran tarif yang akan dikenakan.
Selanjutnya, tarif yang telah ditentukan tersebut akan langsung diproses pembayarannya secara otomatis melalui aplikasi eOBU dan otomatis memotong saldo dari pembayaran elektronik yang telah terintegrasi, sehingga pengendara tidak perlu lagi berhenti di gardu atau gerbang tol untuk melakukan pembayaran dengan cara tap kartu seperti yang selama ini telah berjalan.
Jika melihat penerapan dan cara kerjanya, proyeksi terurainya kemacetan dari sistem MLFF memang sangat mungkin terealisasi. BPJT mengestimasi bahwa dengan penerapan sistem ini, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan transaksi di jalan tol turun menjadi nol detik alias sama sekali tidak ada waktu yang diperlukan, hal tersebut tentu lebih baik jika dibandingkan dengan transaksi gerbang tol dengan uang elektronik yang sebelumnya diestimasi memakan waktu hingga sekitar 4 detik.
Tahun Depan, Masuk Gerbang Tol Tak Harus Berhenti Ataupun Pelan-pelan
Timeline dan tiga metode pembayaran MLFF

Lebih detail dalam kesempatan berbeda, Emil Iskandar selaku Chief of Business Development RITS menjelaskan bahwa akan ada tiga metode pembayaran yang bisa dilakukan dalam penerapan MLFF berbasis GNSS nantinya.
Tiga metode yang dimaksud adalah electronic on board unit (eOBU), on board unit (OBU), dan electronic route ticket.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, eOBU adalah aplikasi yang direkomendasikan bagi pengendara yang menggunakan satu kendaraan tetap dengan ponsel pribadi yang sudah terintegrasi dengan berbagai metode pembayaran elektronik.
Nantinya, jika sudah melakukan registrasi dan mendaftar melalui aplikasi, eOBU akan langsung mengirimkan sinyal ke MLFF pusat untuk dideteksi secara real time.
Untuk cara kedua atau OBU, unit ini direkomendasikan bagi kendaraan yang sering digunakan oleh pengemudi berbeda. Memiliki cara kerja yang sama dengan eOBU, hanya saja perangkat ini tidak terintegrasi dengan ponsel pengendara namun dapat dibeli untuk disertakan dalam kendaraan.
Metode pembayaran terakhir yakni electronic route ticket, cara yang direkomendasikan bagi mereka yang jarang mengakses jalan tol. Pengendara hanya perlu membeli tiket ini di situs resmi atau aplikasi MLFF, kemudian memilih titik masuk dan keluar lalu melakukan pembayaran sesuai tarif yang telah ditentukan.
Yang selanjutnya menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan potensi atau kemungkinan adanya tindak kecurangan, bagi pengendara yang tidak memiliki saldo atau tidak membayar transaksi tol?
Mengutip penjelasan yang dimuat melalui Detikcom, disebutkan bahwa nantinya akan ada monitor pengendalian khusus di setiap ruas jalan tol berupa portal tinggi berkaki tegak, yang dilengkapi dengan kamera dan perangkat lunak sehingga bisa mengidentifikasi data kendaraan yang lewat.
Lebih jelas, portal tersebut akan mengirim identifikasi kendaraan ke sistem pusat MLFF yang secara otomatis memeriksa berbagai data mulai dari apakah mobil sudah terdaftar di sistem MLFF, riwayat pembayaran, dan sebagainya. Apabila ditemukan pelanggaran, maka data pelanggar atau kendaraan akan dikirimkan ke pihak berwenang untuk ditindak sesuai hukum yang berlaku.
Mengenai waktu pelaksanaan, sebenarnya uji coba dari sistem MLFF di jalan tol ini sudah pernah dilakukan beberapa kali tahap uji coba oleh BPJT sejak tahun 2021, salah satunya di Bali.
Adapun untuk rencana penerapannya, BPJT di bulan Juli nanti akan memulai tahap awal dengan meluncurkan aplikasi transaksi sistem MLFF yang terintegrasi dengan eOBU, kemudian penerapan MLFF di beberapa ruas tol yang telah ditentukan akan berlaku mulai akhir Desember 2022.
Untuk penerapan secara penuh di seluruh ruas tol Indonesia, sistem MLFF ini diharapkan dapat beroperasi total menjelang akhir tahun 2023 mendatang.
7 Jalan Tol Terpanjang di Indonesia, Salah Satunya Berada di Kalimantan
40 ruas tol yang akan menerapkan MLFF
Diberlakukan secara bertahap, pihak BPJT melalui akun instagram resmi @kemenpupr mengungkap jika sistem MLFF ini akan terlebih dulu diutamakan pada 40 ruas tol yang ada di pulau Jawa dan Bali.
Lebih lanjut, disebutkan baru sekitar 50 persen dari total gardu pada gerbang tol yang akan menerapkan sistem MLFF, sedangkan 50 persen sisanya tetap diperuntukan bagi pengendara yang masih melakukan pembayaran nontunai konvensional.
Adapun daftar 40 ruas tol yang akan menerapkan sistem MLFF menurut data dari BPJT adalah sebagai berikut:
- Tangerang - Merak
- Jakarta - Tangerang
- Dr. Ir. Sedyatmo
- JORR W1 (Kebon Jeruk - Penjaringan)
- JORR W2 Utara (Kebon Jeruk - Ulujami)
- Pondok Aren - Bintaro Viaduct - Ulujami
- Pondok Aren - Serpong
- JORR Non S (W2S-E1-E2-E3)
- JORR S (Pd. Pinang-Ulujami)
- Akses Tanjung Priok
- Cawang - Tj. Priok - Ancol Timur - Jembatan Tiga / Pluit
- Cawang - Tomang - Pluit
- Ciawi - Sukabumi
- Depok - Antasari
- Bekasi - Cawang - Kampung Melayu
- Cinere - Jagorawi (SS Cimanggis - SS Raya Bogor)
- Bogor Ring Road
- Jakarta - Bogor - Ciawi
- Jakarta - Cikampek
- Cikampek - Purwakarta - Padalarang
- Padalarang - Cileunyi
- Soreang - Pasir Koja
- Cikampek - Palimanan
- Palimanan - Plumbon - Kanci
- Kanci - Pejagan
- Pejagan - Pemalang
- Pemalang - Batang
- Semarang - Batang
- Semarang Section A, B, C
- Semarang - Solo Seksi I, II, III
- Solo - Ngawi
- Ngawi - Kertosono
- Kertosono - Mojokerto
- Surabaya - Mojokerto
- Surabaya - Gempol
- Simpang Susun Waru - Bandara Juanda (Airport)
- Surabaya - Gresik
- Gempol - Pasuruan
- Gempol - Pandaan
- Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa
Memasuki Tahun Target, Sejauh Mana Progres Tol Solo-Yogyakarta?
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News