Greg Hambali, Bapak Aglaonema yang Bisa Hasilkan Tanaman Hias Rp600 Juta

Greg Hambali, Bapak Aglaonema yang Bisa Hasilkan Tanaman Hias Rp600 Juta
info gambar utama

Gregori Garnadi Hambali telah mendedikasikan 30 tahun dari hidupnya untuk terus bereksperimen dengan beragam varietas tanaman hias. Salah satu yang menjadi fokus utamanya sejak dahulu adalah tanaman hias yang berjenis aglaonema.

Karena itulah, pria yang kerap disapa Greg itu dikenal sebagai Bapaknya Aglaonema. Julukan ini diberikan karena dia kerap bereksperimen dengan mengawinkan beberapa jenis Aglaonema sehingga memunculkan varietas baru yang menarik minat.

Greg sendiri secara pribadi tak mau membesarkan dirinya sendiri, karena hal terpenting baginya adalah hasil kerjanya di dunia botani. Terutama karena dirinya memang telah mencintai dunia tanaman sejak belia.

Dirinya memang telah mencintai dunia tanaman semenjak duduk di bangku SD. Dia juga pernah iseng mengawinkan buah pepaya burung dan semangka ketika masih duduk di SMP dan mulai tertarik untuk melakukan persilangan.

Menjamin Kelestarian Lingkungan, Inilah Para Pejuang Masa Depan Bumi Indonesia

Karena ketertarikan inilah, ketika lulus SMA, Greg ditawari untuk bekerja di Lembaga Bogor Nasional (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI). Tawaran bekerja paruh waktu ini untuk membantu mengecek literatur dan nama ilmiah sembari kuliah di IPB.

Belum sampai lulus kuliah di IPB, dirinya ditawari beasiswa dari British Council untuk kuliah S2 di Universitas Birmingham. Di situ, dia berhasil mendapatkan gelar Master tanpa harus menyelesaikan S1. Setelah itu, dia kembali ke LIPI untuk melanjutkan penelitian botani.

Namun akhirnya, karena perbedaan idealisme, terutama karena terikat dengan dunia pekerjaan, Greg memutuskan untuk keluar dari LIPI agar bisa melakukan penelitian yang menurutnya lebih mendalam.

Selama hidupnya ini, dirinya telah mendedikasikan dirinya selama lebih dari 30 tahun bereksperimen dengan berbagai varietas tanaman hias. Bahkan salah satu tanaman hasil persilangan ini pernah mencatat sebagai aglaonema paling mahal.

Pengaplikasian ilmu

Greg mulai mengaplikasikan ilmunya dengan membuat silangan caladium. Sayangnya, jenis ini tidak dapat bertahan lama. Sebab, menurutnya, walau modelnya bagus, tetapi bentuk daunnya tidak kokoh alias loyo.

Selain itu dirinya juga meneliti tanaman talas dan juga soka. Saat mengembangkan soka, ia tidak pernah mengomersilkannya. Dalam benaknya hanya ada niat untuk mengembangkan tanaman tropis dalam negeri agar lebih komersil.

Lantaran idealismenya ini, kadang usaha Greg mengembangkan tanaman jadi terhambat. Maklum sebagai pegawai negeri, dia harus mengikuti program dari pemerintah. Karena merasa terkekang inilah pada tahun 1983, dirinya memutuskan keluar dari LIPI.

"Saya ingin lebih mengekspresikan diri saja," ucapnya yang dimuat dari website LIPI.

Kenapa Harus Malu Berkebun dan Bertani? Rasakan Dulu Manfaatnya

Cita-cita Greg adalah menciptakan tanaman varietas baru. Hal ini bukan persoalan gampang. Agar bisa mencapai tujuan ini dirinya mengaku kesulitan mendapatkan dana membiayai proyek.

Namun ada beberapa teman yang mempunyai perhatian terhadap tanaman mau membantu Greg dengan mengucurkan modal, Hal inilah yang menjadikannya bisa melakukan berbagai eksperimen untuk menemukan jenis baru.

Greg lantas bekerja di sebuah nursery, di sana, dia mempelajari tanaman palem. Pada 1986, tanaman ini pernah berjaya, sayangnya, nilai ekonomis tanaman ini tidak dapat bertahan lama lantaran terjadi kelebihan pasokan di pasar.

Jatuh cinta dengan aglaonema

Greg menceritakan awal mula dia jatuh cinta dengan tanaman hias aglaonema. Saat itu di tahun 1980 an, dia menghadiri pameran flora yang digelar di Ancol dan bertemu dengan peserta yang memamerkan sebuah tanaman bernama Aglonema commutatum tricolor.

"Waktu awal tahun 80 an, saya ketika itu hadir di pameran flora di Ancol dan langsung tertarik oleh sebuah varian tanaman hias baru (saat ini bernama Aglaonema commutatum tricolor) yang dibawa oleh Ibu Nuh Sugiono dari Flora Sari Lebak Bulus, karena memiliki daun yang bagus dan luar biasa dengan batang yang berwarna merah jambu. Saya harus punya tanaman itu."

Sekarang Greg dikenal sebagai ahli penyilangan aglaonema. Karyanya yang spektakuler adalah the big five aglaonema. Yaitu Tiara, Widuri, Hot Lady, Harlequin, dan Pride of Sumatra, semua dihargai tinggi per lembar daunnya.

Manusia Hanya Konsumsi 0,1 Persen dari Seluruh Tanaman Bumi yang Bisa Dimakan, Kenapa?

Salah satu penemuan brilian Greg adalah aglaonema jenis Harlequin yang memiliki batang daun lebar, corak yang cantik, warna merah muda yang terang dan mengkilap, serta berdaun rimbun. Penemuan ini memiliki harga yang fantastis hingga mencapai Rp600 juta.

"Ketika itu yang menang adalah Harry Setiawan, pemilik Irene Flora di Rawa Domba, Jakarta Timur. Lelang ini menjadi harga termahal sepanjang sejarah aglaonema karena pemiliknya cuma satu orang," ucap Greg.

Namun dirinya masih belum puas. Masih ada satu hal yang mengganjal pikirannya yaitu banyak orang yang mau mengembangkan tanaman hias secara total. Terutama tanaman persilangan seperti aglaonema.

Dia menyayangkan fenomena goreng menggoreng harga tanaman hias seperti yang terjadi pada anthurium akhir-akhir ini. Bagi Greg, orang-orang ini tidak mau mengikuti proses dalam budidaya tanaman hias.

"Hanya mengambil gampangnya saja," pungkas Greg.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini