Perkutut jawa (Geopelia striata) merupakan burung dekat dengan kehidupan manusia. Kebiasaannya yang sering mengunjungi ladang atau taman hijau terbuka secara berkelompok kecil maupun berpasangan.
Dimuat dari Mongabay Indonesia, burung ini memiliki ukuran tubuh yang tergolong kecil, berwarna coklat dan sering mencari makan di atas permukaan tanah. Tubuhnya ramping dengan ekor panjang, iris dan paruhnya abu-abu, sementara kakinya merah jambu tua.
“Suaranya merdu, seperti siulan bernada “per-ku-tu-tut.” tulis Rahmadi R dalam Perkutut yang Dekat dengan Kehidupan Manusia.
Namdur, Burung dengan Kemampuan ‘Arsitek’ Endemik Papua
Sulaiman, warga Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh menyatakan burung yang masuk Ordo Columbiformes ini mudah ditemukan di wilayah tempat tinggalnya. Burung ini biasa turun ke tanah untuk mencari makan.
Menurutnya, perkutut sering membuat sarang di pepohonan pekarangan masyarakat Lhoknga, hal ini karena tidak ada yang menangkapnya. Dirinya mengatakan setiap pagi hari, sering terlihat pasangan perkutut turun ke tanah mencari makan.
“Suaranya sangat merdu terdengar, jadi tidak perlulah kita tangkap dan kurung, kasihan. Coba bayangkan, kita yang dikurung, pasti menderita. Biarlah mereka hidup bebas di alam dengan pasangannya,” katanya.
Pemelihara alam
Burung perkutut yang dipelihara biasanya hanya diberi makan berupa biji-bijian saja seperti milet putih, jewawut, milet merah, gabah berukuran kecil dengan sedikit ketan hitam. Tetapi ada juga penghobi yang memberi makan ekstra untuk kebutuhan mineral.
Selain pemberian pakan, untuk menjaga kesehatannya burung perkutut yang dipelihara di sangkar juga memerlukan penjemuran di bawah sinar matahari langsung. Biasanya, para penghobi menjemur perkutut di tiang kerekan dengan ketinggian kurang lebih 7 meter.
Burung perkutut biasanya memakan rerumputan, benih gulma dan serangga. Hal ini dimungkinkan di alam mempunyai manfaat sebagai pengontrol alami gulma dan serangga. Hal inilah yang membuat perkutut perlu dilestarikan.
Daya Pikat Belibis: Keindahan Siulan yang Bisa Dihargai Jutaan Rupiah
Menurut Peraturan Pemerintah No.7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, spesies ini tidak dimasukkan dalam daftar spesies dilindungi, dan tidak termasuk daftar merah International Union for Conservation of Natural dan Natural Resources (IUCN).
Sementara untuk persebarannya, beberapa studi menjelaskan perkutut memiliki persebaran di Filipina, Semenanjung Malaysia. Sedangkan di Indonesia tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali dan Lombok.
Kini terancam
Riri Retnanigtyas, Mahasiswi Pascasarjana di Departemen Ilmu Biologi, Universitas Arkansas, Amerika menyebut burung perkutut merupakan hewan khas Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Hal ini karena ketika di Amerika, dirinya tidak pernah menjumpai burung ini. Karena itu, dia berharap burung perkutut masih terus ada di habitatnya. Karena jika hilang, pastinya akan ada ekosistem yang terganggu.
Misalnya seperti distribusi pakan menjadi terhambat. Padahal, jelas Riri, keberadaan burung ini di dalam sangat penting untuk kelangsungan ekosistem. Hanya sampai saat ini ucapnya tantangannya memang berat.
Riwayat Burung Puyuh, Si Kecil yang Tangguh Melintasi Samudra
Karena jelas Riri, menurut kepercayaan sebagian orang Jawa masih menganggap bahwa dengan memelihara burung perkutut jawa bisa membawa keberuntungan. Sehingga masih banyak yang memperjualbelikan.
“Burung ini memang termasuk salah satu burung yang masih banyak diperjualbelikan. Tapi saya berharap kedepannya, manusia bisa lebih bijaksana dalam menyikapi dilema kebudayaan. Burung itu seharusnya hidup di alam.” ujarnya yang dimuat Mongabay Indonesia.
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News