Kondisi Sungai Citarum setelah 14 tahun dinobatkan Sungai Terkotor di Dunia

Jauhar Zainalarifin

Aquatic resources for sustainable life

Kondisi Sungai Citarum setelah 14 tahun dinobatkan Sungai Terkotor di Dunia
info gambar utama

Bagi Kawan GNFI yang tinggal di Bandung sudah pasti tidak merasa asing dengan keberadaan Sungai Citarum. Pada tahun 2009, sungai ini pernah dinobatkan sebagai "Sungai Terkotor di Dunia" dalam majalah The Sun.

Hal tersebut disebabkan karena terjadinya pencemaran pada lingkungan perairan yang membuat kondisinya sangat jauh dari kata sempurna. Seiring berjalannya waktu, banyak perubahan yang sangat drastis saat ini, lalu bagaimana kondisi sungai tersebut setelah 13 tahun ini?

Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di Provinsi Jawa Barat yang mencapai 267 kilometer, serta melewati 10 wilayah kabupaten dan dua kota. Hulu sungai ini berada pada Situ Cisanti yang berlokasi di Kabupaten Bandung, sementara hilir sungainya di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Jejak Charlie Chaplin yang Terekam Ketika Berkunjung ke Garut

Sungai ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, yaitu sebagai sumber air baku, irigrasi pertanian, kegiatan industri, kegiatan perikanan, dan pembangkit turbin penghasil listrik. Sumber air dengan potensi debit sebesar 410.65 m3/detik tersebut mampu memenuhi kebutuhan air baku bagi penduduk Ibukota Jakarta yang dialiri melalui Saluran Tarum Barat.

Selain itu, terdapat tiga PLTA dalam satu aliran dengan sistem cascade yaitu PLTA Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Jatiluhur yang mampu menghasilkan kapasitas listrik masing-masing sebesar 750 MW, 1000 MW, dan 187.5 MW. Energi tersebut disalurkan untuk memenuhi pasokan listrik wilayah Pulau Jawa hingga Bali.

Keseriusan pemerintah Indonesia untuk mengatasi permasalahan lingkungan perairan tersebut akhirnya mulai digerakan pada tahun 2017 melalui deklarasi Presiden Joko Widodo untuk menggalakan program pembersihan Sungai Citarum dengan target air tersebut dapat secara langsung diminum pada tahun 2025 mendatang.

Hal tersebut juga didukung oleh International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB) dengan bantuan dana sebesar 500 juta dolar untuk program rehabilitasi sungai. Oleh karena itu, terbentuklah program "Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum (PPK DAS Citarum)". Program tersebut lebih dikenal masyarakat sebagai "Citarum Harum".

PPK DAS Citarum mengarah pada tiga kebijakan utama yaitu pencegahan dan pencemaran, penanggulangan pencemaran, dan pemulihan fungsi daerah aliran sungai. Setidaknya terdapat 12 program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam mengatasi pencemaran perairan Sungai Citarum yang melibatkan berbagai unsur mulai dari masyarakat, pemerintah, dan aparat TNI, POLRI, dan Kejaksaan Tinggi.

Tapak Candi Hindu yang Terawat di Tengah Universitas Islam Yogyakarta

Pencemaran yang terjadi di Sungai Citarum disebabkan karena beberapa peramasalahan, diantaranya adalah timbulan sampah, kegiatan alih fungsi lahan, limbah pabrik yang langsung dibuang ke sungai, serta berdirinya "jamban" yang langsung membuang kotoran ke sungai.

Timbulan sampah merupakan permasalahan utama yang menyebabkan sungai ini tercemar. Timbulan sampah yang berada di perairan dapat meningkatkan bahan organik pada perairan, jika kondisi tersebut terus terjadi dapat mengakibatkan pencemaran perairan.

Secara umum, timbulan tersebut muncul karena perilaku buruk masyarakat yang membuang sampah secara langsung ke daerah aliran sungai. Sifat sungai yang mengalir dari hulu hingga hilir menyebabkan sampah yang dibuang tersebut berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga terjadi penumpukan sampah pada beberapa titik, salah satunya di oxbow (bekas kali) Bojongsoang.

Tumpukan sampah tersebut bahkan terlihat seperti daratan yang dapat dipijak tanpa harus khawatir tenggelam ke dalam sungai. Namun kondisi oxbow tersebut kini sudah berubah drastis, yaitu sampah-sampah yang dulunya menumpuk dan menimbulkan bau tidak sedap menjadi bebas dari sampah dan aliran airnya menjadi lancar. Oxbow tersebut terlihat lebih alami serta dibangunnya taman yang dapat digunakan menjadi sarana publik untuk rekreasi dan sarana permainan untuk anak-anak.

Jamban yang langsung dibuang ke aliran sungai dahululu sangat banyak ditemukan pada aliran sungai. Namun, kondisinya kini, sudah banyak berubah yaitu dengan digantikannya jamban yang memiliki sistem septic tank komunal. Kotoran manusia yang dibuang secara langsung ke aliran air menyebabkan peningkatan bakteri berupa e. coli dan fecal coli yang dapat meningkatkan pencemaran air selain sampah.

Berdirinya banyak pabrik di beberapa kawasan dekat aliran sungai juga merupakan salah satu sumber pencemar air melalui air limbah yang dibuang langsung ke sungai. Terlebih jika air limbah tersebut tidak memiliki sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Air limbah sangat memungkinkan menurunkan kualitas air karena mengandung berbagai bahan pencemaran.

Selain itu, air limbah yang umumnya memiliki suhu yang tinggi jika langsung dibuang ke sungai dapat mengganggu kehidupan biota akuatik yang dapat menyebabkan stress hingga kematian. Saat ini pengawasan yang dilakukan pemerintah melalui aparat TNI-POLRI dilakukan lebih ketat, kegiatan tersebut berupa sidak langsung kondisi air limbah yang diolah.

Kondisi bantaran Sungai Citarum kini sudah banyak perubahan melalui kegiatan normalisasi, sehingga aliran sungai dapat lebih berjalan lancar dan dapat lebih berfungsi sebagai daerah resapan air. Beberapa titik bantaran sungai juga banyak yang dijadikan taman "Citarum Harum" sebagai sarana rekreasi untuk masyarakat.

Gua Batu Cermin: Tapak Fosil Bawah Laut di Balik Keindahan Labuan Bajo

Begitu banyak perubahan yang signifikan pada Sungai Citarum, namun tetap membutuhkan perhatian dan kepedulian masyarakat. Perubahan ini merupakan awal untuk hal baik di masa depan. Terutama kepedulian terhadap lingkungan sungai, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan dan menerapkan 3R pada kehidupan. Ayo, Kawan GNFI jaga sungai kita untuk kehidupan anak cucu kita di masa depan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Jauhar Zainalarifin lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Jauhar Zainalarifin.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

JZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini