Bermain Bersama Rusa di Taman Balekambang, Apakah Rusa Bahagia?

Bermain Bersama Rusa di Taman Balekambang, Apakah Rusa Bahagia?
info gambar utama

Memasuki era pasca pandemi covid-19, masyarakat mulai mencari tempat-tempat untuk berekreasi bersama dengan keluarga, terutama tempat rekreasi yang memiliki hewan di dalamnya yang disukai anak-anak. Selain kota Jogja, Solo merupakan kota dengan destinasi wisata yang cukup banyak dan populer.

Salah satu tempat wisata yang wajib dikunjungi bersama keluarga jika berkunjung ke Solo adalah Taman Balekambang. Taman Balekambang pada mulanya terdiri dari dua bagian taman yang bernama Partini Tuin dan Partinah Bosch yang dibangun pada tanggal 26 Oktober 1921. Taman ini merupakan hadiah seorang ayah kepada kedua putrinya yang bernama GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta. Taman Balekambang memadukan konsep Eropa dan Jawa.

Adapun kedua taman tersebut memiliki fungsi yang berbeda, yaitu Taman Partini Tuin berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan kotoran sampah dari dalam kota. Sedangkan Taman Partinah Bosch memiliki fungsi sebagai daerah resapan atau paru-paru kota. Hal itu terlihat dari sejumlah tanaman langka yang ada di kawasan tersebut, seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang, dan apel coklat.

Butuh Healing? Mari ke Cappadocia Ala Tanah Karo Saja!

Pada awalnya, taman ini tidak dibuka untuk dikunjungi oleh masyarakat umum khususnya pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VII. Namun mulai dibuka untuk umum pada masa pemerintahan KGPAA Mangkunegara VIII. Pada sekitar tahun 1970, area Taman Balekambang dimanfaatkan sebagai tempat pentas Srimulat dan mulai diselenggarakan beragam kesenian untuk rakyat seperti ketoprak lesung.

Kesenian ini ialah ketoprak yang diiringi dengan alunan musik lesung. Kemudian pada tahun 2008 dilakukan revitalisasi atas Taman Balekambang, yang dimana Taman Balekambang mulai dimultifungsikan sebagai taman seni & budaya, taman botani, taman edukasi, dan taman rekreasi.

Pada masa sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, Taman Balekamban ramai dibincangkan oleh masyarakat yang ingin berwisata di Solo, baik wisatawan dalam daerah maupun luar daerah. Hal utama yang menjadi daya tarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke Taman Balekambang salah satunya adalah keberadaan hewan rusa yang dilepas liarkan di area taman tersebut.

Tidak hanya rusa, banyak hewan lain yang berada di Taman Balekambang seperti ikan, monyet, angsa, kelinci, dan burung. Selain digunakan sebagai tempat wisata, ternyata Taman Balekabang juga dijadikan tempat edukasi siswa-siswa sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama untuk mengenal hewan maupun tumbuhan. Dalam beberapa kesempatan, pengunjung dapat melihat penampilan anak-anak kecil yang sedang menari tarian khas Solo.

Selain dekat dengan pusat kota dan fasilitas umum, Taman balekambang sangat cocok digunakan sebagai sarana rekreasi untuk menghilangkan penat. Selain bisa melihat hewan dan memberi makan hewan, di sekitar taman balekambang juga terdapat beberapa stand penjualan makanan yang cocok untuk dibeli ketika kita berada disana.

Di balik banyak hal positif tentang berwisata di Taman Balekambang tersebut, terdapat beberapa kontra mengenai Taman Balekambang sebagai tempat tinggal bagi hewan-hewan disana. Pasalnya, hal tersebut dapat mengganggu kenyamanan hewan maupun manusia yang berkunjung pada musim-musim tertentu, seperti musim kawin hewan.

Pada musim hewan kawin, khususnya rusa, tidak adanya usaha untuk memasukkan hewan-hewan tersebut ke dalam lapangan berpagar (kandang besar dengan hamparan rumput yang luas). Hal tersebut berdampak pada terjadinya penyerangan kepada pengunjung oleh rusa yang sedang birahi.

Rekomendasi 10 Tempat Wisata Solo Paling Legend Dulu hingga Kini

Adanya pengunjung yang berlalu-lalang di sekitar mereka membuat kondisi rusa menjadi stress. Tidak hanya rusa melainkan seluruh hewan yang terdapat di Taman Balekambang. Hal ini menjadi keprihatinan bagi hak asasi hewan, meskipun banyak hal positif bagi hewan-hewan disana seperti lebih merasa aman dari ancaman hewan buas, terjamin kualitas gizi dan nutrisi, serta kondisi tubuh yang terawat.

Dari sisi manusia juga berdampak positif seperti meningkatkan perekonomian warga surakarta dan kualitas udara menjadi baik dengan adanya pepohonan yang tumbuh. Oleh karena itu pro kontra membangun taman dengan hewan yang dibebas-liarkan masih menjadi perdebatan dan perbincangan.

Semoga kedepannya pemerintah maupun masyarakat luas lebih sadar akan kondisi mental satwa-satwa yang ada sebelum membuka tempat rekreasi yang memperbolehkan satwanya bebas lepas bermain bersama manusia secara langsung.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

JS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini