Rianto, Mendunia Lewat Liukkan Tubuh Lengger Banyumas

yohanes prayogo

Produsen kata-kata

Rianto, Mendunia Lewat Liukkan Tubuh Lengger Banyumas
info gambar utama

Medio 2019, film karya sutradara Garin Nugroho membuat geger. Film itu meraih beragam prestasi di dalam dan luar negeri. Tapi ditolak tayang di sana-sini.

'Kucumbu Tubuh Indahku' itulah tajuk film yang menuai kontroversi di masyarakat. Ia dikesankan telah mengkampanyekan isu lesbian, gay, biseksual, transgender alias LGBT.

Sejak ditayangkan 18 April 2019, pemerintah di beberapa kota melarang penanyangan film ini, seperti Depok, Bekasi, Garut, Palembang, Pontianak, Kubu Raya, Pekanbaru, dan Padang.

Kendati dilarang dan menuai pro dan kontra, 'Kucumbu Tubuh Indahku' menjadi film yang berhasil mewakili Indonesia dalam ajang Academy Awards 2020 atau yang tenar disebut Oscar, kategori International Features Film Awards.

Selain melenggang ke Oscar, film ini pun masuk 12 nominasi dari 11 kategori ajang penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) 2019.

'Kucumbu Tubuh Indahku' juga telah diputar di Venice International Film Festival ke-75 tahun 2018. Pun membawa pulang dua penghargaan Festival Film Tempo 2018.

Pada tahun yang sama, film ini meraih penghargaan di Bisato D’oro Award Venice Independent Film Critic di Italia, Film Terbaik pada Festival Des 3 Continents di Perancis, dan Cultural Diversity Award under The Patronage of UNESCO pada Asia Pasific Screen Awards di Australia.

Di balik segala kontroversi dan prestasi film Kucumbu Tubuh Indahku, ada sosok Rianto. Ialah sang inspirasi dari film ini.

Angklung yang Mendunia

Inspirasi Lengger Rianto

Tarian lengger Rianto | www.berlin-buehnen.de
info gambar

Film Kucumbu Tubuh Indahku berkisah tentang perjalanan seorang penari Lengger, tarian khas Banyumas, Jawa Tengah. Uniknya, para penari Lengger adalah laki-laki yang berdandan layaknya penari perempuan.

Dan Rianto adalah seorang penari Lengger lanang atau laki-laki dan koreografer.

Rianto mulai gemar meliuk-liukkan tubuh sedari kanak-kanak. Kesukaannya itu membuatnya dijuluki sebagai “Anto banci”.

“Saat kecil, saya sering sekali mendapat perlakuan menyakitkan dari teman-teman karena mereka melihat saya suka menari, lenggak lenggok dan sangat berbeda dengan mereka,” kisah pria kelahiran Kaliori, Kalibagor, Banyumas, 8 September 1981 ini, seperti dikutip dari kompas.com.

Rianto lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya petani sekaligus tukang becak. Ibundanya mengurus rumah.

Meraih pendidikan tinggi, tentu hanya impian di siang bolong bagi Rianto kala itu. Namun, impian itu nyatanya terwujud berkat talenta yang ia miliki.

Rianto bisa melanjutkan kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta berkat bantuan dari seorang gurunya yang yakin bahwa talenta Rianto yang akan membayar semua biaya kuliah.

Ternyata keyakinan itu menjadi nyata. Rianto pun dapat membiayai sendiri kuliahnya dari uang hasil menari

Olah tubuh melalui gerak tari telah menjadi jiwa Rianto. Ia menekuni dan menggali seluruh potensi tubuhnya untuk menghasilkan gerak tarian.

Dalam perjalanan kepenariannya, Rianto bersua dengan perempuan Jepang, yang kemudian ia persunting sebagai pendamping hidup. Dan kini, Rianto menetap di Tokyo, Jepang serta mendirikan studio tari, Dewandaru Dance Company.

“Basic saya dari Lengger dan ini selalu saya garap untuk daya kreatifitas saya dalam bentuk tari kontemporer,” tutur Rianto.

Dari Presiden Jokowi hingga Aktor Korea Song Kang, Tenun Ikat Kediri Dibawa Mendunia

Lengger tarian spiritual

Rianto dalam busana tarian Lengger | Riza Arif Nur Saputra/Wikimedia Commons
info gambar

Sudah puluhan negara ia sambangi untuk memperkenalkan Lengger. Karya pementasan pertamanya yang berjudul “Medium” telah dipentaskan di berbagai festival mancanegara, dari Australia, Eropa, hingga Afrika.

“Banyak kurator festival di dunia sangat tertarik dengan konsep ini. Beberapa kali saya presentasikan ketubuhan yang dasarnya dari Lengger,” ujar Rianto.

Bagi Rianto, Tari Lengger sudah ada dalam kebudayaan Banyumas sejak ratusan tahun lalu dan sejak awal ditarikan penari laki-laki. Tarian ini juga disebut dalam buku Serat Centhini pada abad ke-17.

“Lengger lanang adalah bentuk kesenian rakyat dari desa. Mereka merayakan panen atau upacara bersih desa. Ini tradisi turun-temurun dari nenek moyang,” tutur Rianto.

Mennurut Rianto, komitmen Lengger adalah melakukan perjalanan tubuh untuk meleburkan maskulin dan feminim dalam bentuk kesenian.

“Pada akhirnya, Lengger adalah proses penyatuan tubuh masyarakat dengan Sang Penciptanya,” kata Rianto.

Menjadi penari lengger baginya bukan untuk tujuan ekonomi, tapi untuk spiritual.

Sudah Tahu? Sutradara Remake Film “Train to Busan” Ternyata Orang Indonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan yohanes prayogo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel yohanes prayogo.

Tertarik menjadi Kolumnis GNFI?
Gabung Sekarang

YP
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini