Ketika Tanaman Gambir Membawa Permata bagi Petani Sumbar

Ketika Tanaman Gambir Membawa Permata bagi Petani Sumbar
info gambar utama

Bagi sebagian orang, gambir identik sebagai pelengkap kunyahan campuran sirih dan kapur hasil pembakaran cangkang kerang. Namun bagi kalangan industri farmasi, tekstil, pangan, kosmetik, dan sebagainya tanaman gambir adalah sebuah permata.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang, Dr Hamda Fauza menyebut gambir adalah salah satu primadona Nusantara. Dari dokumen De Landbouw Exportgewassen van Nederland Indie pada 1939 ada delapan perusahan perkebunan gambir.

Mengenal Tanaman Paling Mematikan di Dunia yang Berasal dari Timur Indonesia

Bahkan pusat penelitian mengenai tanaman gambir didirikan di Tanjung Pati, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Tetapi menurutnya ketika dirinya datang ke Tanjung Pati, bekas penelitian itu sudah tidak ada lagi.

Dimuat dari Kompas, Hamda menyebut pada 1892 terdapat perusahaan perkebunan NV Cultuur Maatschappij Indragiri di Riau. Sementara pada 1906 terdapat Perusahaan Perkebunan Gunung Melayu yang beroperasi di kawasan pantai timur Sumatra.

Gambir juga diupayakan perusahaan Tanah Vavea di Sampit Kalimantan. Menurutnya pada masa itu kawasan Selat Malaka, Kalimantan Barat, pantai timur dan pantai barat Sumatra, Bangka, serta Belitung menjadi lokasi perkebunan gambir.

Tanaman primadona

Hamda menulis dalam artikel berjudul Menatap Sejenak Era Kejayaan Gambir, Sang Primadona di Masa Lalu menulis pada 1920-1940 produksi gambir Indonesia mencapai 15.000 ton setiap tahun.

Inggris, Amerika Serikat, Jerman, Belanda, dan Singapura adalah negara-negara penyerap hasil produksi dengan nilai jual 100 dollar AS hingga 400 dollar AS per ton. Menurut catatannya pada 1830 industri cat Inggris menggunakan gambir asal Indonesia.

“Pada 1839, ekspor gambir ke Inggris mencapai 5.213 ton dan terus meningkat. Bahkan, proses produksi gambir saat itu masih lebih canggih jika dibandingkan dengan proses yang dilakukan petani gambir sekarang,” katanya.

Aglaonema yang Bisa Hasilkan Tanaman Hias Rp600 Juta

William Marsden dalam Sejarah Sumatra merekam menggeliatnya perdagangan gambir di Nusantara. Marsden menyebutkan, kala itu gambir merupakan komoditas dagang penting di Siak, Kampar, Indragiri, dan kawasan timur Sumatra.

Hamda menduga maraknya gambir di kawasan tersebut kemungkinan karena komoditas itu berasal dari kawasan Semenanjung Malaya. Menurutnya, Gambir turut membentuk perkembangan kawasan di sekitar Limapuluh Kota.

Termasuk di dalamnya Kota Payakumbuh dan keramaian aktivitas ekspor-impor bersama sejumlah komoditas lain di Pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur) yang dibangun pada 1880 pada era meredupnya kejayaan pantai barat Sumatra.

Meredupnya permata

Namun seusai Perang Dunia II, permintaan gambir untuk pasaran dunia turun drastis. Zat katekin dan tanin yang paling banyak diburu dalam gambir mulai dicari substitusinya dari komoditas lain atau bahkan digunakan zat sintetisnya.

Perusahaan-perusahaan yang sebelumnya aktif mengupayakan gambir berganti ke komoditas lain. Imperium gambir di Nusantara terlipat dengan cepat, hanya di Sumbar masih bertahan.

“Karena kebiasaan sebagian warga mengkonsumsi gambir dan disebabkan kemampuan sebagian masyarakat yang hanya terbatas membudidayakan gambir,” ucapnya.

Tetapi dari Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar menyebutkan saat ini luas tanam komoditas gambir di Sumbar totalnya 29.400 hektare. Dari luas lahan itu, Pemprov memperkirakan produksi gambir di Sumbar bisa mencapai 17.000 ton per tahun.

Gambir, Tanaman Obat Lokal yang Penuh Khasiat

Tetapi dengan begitu besarnya produksi gambir serta semakin luasnya lahan, membawa dampak buruk kepada harga. Karena dinilai pasokan melimpah dan membuat eksportir dengan mudah menentukan harga.

Adm Manager PT Rajdular Brothers Muhammad Ikhsan menyebut kualitas standar ekspor memiliki kadar kemurnian yang bagus dan tidak ada campuran dengan material yang tidak perlu, sehingga harganya tinggi.

Sebaliknya, bila gambir yang diproduksi oleh petani itu semakin banyak campuran tanah, tepung, pupuk, kadar air, dan material lain, maka harga beli akan semakin turun. Hal ini yang terjadi pada gambir di Sumbar.

“Nah di Sumbar, dulunya itu kualitas gambir yang diproduksi sangat bagus, murni bahkan. Tapi setelah sekian lama berjalan, ada saja ulah petani yang mencampur gambir itu, sehingga rusaklah kualitas dan akibatnya harga anjlok,” ujarnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini