Ketika Selera Kuliner Ikut Melebur dalam Pertemuan Budaya di Nusantara

Ketika Selera Kuliner Ikut Melebur dalam Pertemuan Budaya di Nusantara
info gambar utama

Ketika manusia melebur, makanan mereka juga ikut melebur. Hal inilah yang terjadi dengan masyarakat keturunan China yang secara umum hanya memiliki bumbu dasar yaitu bawang putih dan jahe

Tetapi setelah di Nusantara, mereka kemudian bertemu dengan para pedagang-pedagang India. Sejak itulah mereka mengenal bawang merah yang kelak akan dijadikan bumbu dasar China peranakan.

“Kami menyebutnya bumbu cin,” kata Udaya Halim, pendiri Museum Benteng Heritage yang dimuat dari Kompas.

Surabaya yang Jadi Saksi Persebaran Peradaban Kuliner dari Madura

Udaya menyodorkan lontong sayur dan ayam suwir berwarna merah yang bumbu dasarnya cin. Dirinya mencontohkan makanan persilangan lainnya, yaitu kecap. Di tanah leluhurnya rasanya asin, di Jawa mendapatkan tambahan gula merah sehingga rasanya manis.

Iwan Santosa dan Ahmad Arif dalam Kala Selera Ikut Melebur menyatakan akulturasi makanan bersifat timbal balik, banyak unsur makanan asing yang diserap penduduk lokal. Di antaranya bahkan makanan yang dibawa pedagang China.

Makanan itu seperti taoge, taoco, kecap, kacang tanah, calsim, lobak, lokio, tahu, kailan, lengkeng, leci, mihun, dan bihun. Dikatakannya dari bahan-bahan itu tercipta menu khas Betawi, seperti asinan Betawi, soto mi, laksa, hingga bubur ase.

Melebur di ibu kota

Disebutkan oleh Iwan, peleburan ini juga terjadi bagi masyarakat Jakarta yang berinteraksi dengan orang Hadramaut. Dari mereka, orang Betawi mengenal nasi kebuli dan makanan-makanan mengandung minyak samin.

Hal yang unik, jelasnya nasi kebuli yang mereka bawa ke Jakarta telah bercampur dengan citra rasa India. Pasalnya, sebelum masuk ke Indonesia banyak imigran Hadramaut yang lebih dulu tinggal dan berdagang di India.

“Di Jakarta, nasi kebuli itu “menjadi Betawi” setelah ditaburi goreng dan empring,” ucapnya.

Rekomendasi 15 Makanan Khas Maluku Utara asli dari Negeri Rempah

Makanan hasil peleburan budaya itu selanjutnya menjadi milik bersama seluruh masyarakat Betawi. Dikatakannya di beberapa daerah di Jakarta, nasi kebuli menjadi hidangan wajib perayaan-perayaan Maulid Nabi dan acara-acara pengajian.

Di Rumah Makan Abu Salim misalnya nasi kebuli terdapat kambing goreng dan acar ketimun, nanas, dan wortel bersaus sambal merah yang tampangnya lebih mirip asinan buah betawi, tidak lupa ada taburan bawang goreng dan empring.

“Nasi kebuli di sini memang sudah disesuaikan dengan lidah orang Betawi. Di Hadramaut nggak ada yang seperti ini,” ujar Husein Alkaff, pengelola Rumah Makan Abu Salim.

Pertemuan cita rasa

Antropolog Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Dadi Darmadi menjelaskan bahwa proses pertemuan cita rasa sejumlah budaya di atas piring biasanya memakan waktu yang cukup lama, apalagi dalam kasus masakan Betawi.

Dirinya mencontohkan dalam semangkuk laksa akan ditemukan jejak cita rasa Melayu, China, sekaligus India. Menurutnya peleburan unsur dua budaya saja akan memakan waktu yang cukup lama.

11 Jenis Gorengan Khas Andalan Orang Indonesia Yang Ada Dimana-mana

“Apalagi peleburan lebih dari dua unsur budaya,” papar Dadi.

Dadi meyakini akulturasi di piring nasi akan terus terjadi di sebuah tempat yang sangat majemuk seperti Jakarta. Proses ini tidak akan bisa berhenti selama akulturasi manusianya juga tidak berhenti.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini