Kisah Muntok, Kota Kecil di Bangka dalam Perjuangan Kedaulatan Negara

Kisah Muntok, Kota Kecil di Bangka dalam Perjuangan Kedaulatan Negara
info gambar utama

Pada buku-buku sejarah, Bangka hanya dikenalkan sebagai lokasi pengasingan Soekarno, Mohammad Hatta, Agus Salim, Mohammad Roem dan sejumlah tokoh lainnya yang diasingkan Belanda pada tahun 1949.

Tetapi Kota Muntok sebagai lokasi pengasingan para tokoh tersebut sering luput dari perhatian. Bukit Menumbing, sekitar 10 kilometer dari Kota Muntok jadi saksi sejarah para tokoh nasional ini merasakan pembuangan mereka.

“Di bukit yang berhawa sejuk itulah Bung Karno dan teman-temannya menghabiskan waktu mereka di sebuah tempat peristirahatan di bibir bukit,” tulis Doty Damayanti dalam Muntok, Kota Sejarah yang Terlupakan.

Kisah Tiga Serangkai yang Tetap Melawan Meski Terusir ke Belanda

Doty menuturkan Bung Karno merasa tidak kuat dengan hawa dingin di bukit tersebut. Karena itulah dirinya meminta Belanda untuk memindahkannya ke daerah kota. Belanda menyiapkan rumah di Kelurahan Sungai Daeng yang kini jadi Pesanggrahan Muntok.

Hingga kini, meski telah berubah menjadi sebuah hotel, pengelola tempat tersebut masih merawat kamar yang dahulu ditempati oleh Bung Karno. Di ruangan yang terbuka untuk umum itu pula semua dokumen berupa foto, surat-surat dan lempengan prasasti dipajang.

Muntok perekam sejarah

Walau tergolong kota kecil yang damai, Muntok seolah telah ditakdirkan menjadi saksi dari berbagai episode penting dalam sejarah berbagai bangsa, bukan hanya sejarah perjalanan Indonesia, tetapi Inggris, Belanda, Jepang hingga Australia.

Doty menyebut Inggris pernah menguasai Muntok selama beberapa tahun sebelum kemudian membarternya dengan Pemerintah Belanda. Pasukan Jepang juga menyiagakan pesawat-pesawat tempurnya di lapangan terbang Muntok.

Sementara itu, para perawat dari Australia yang terjun ke medan Perang Dunia II harus mengalami kenyataan pahit ketika kapal yang mereka tumpangi digempur habis-habisan oleh Jepang di Pantai Radji, perairan Muntok.

Perang Puputan dan Darah Pejuang Bali yang Harumkan Taman Firdaus ke Dunia

“Sampai lima tahun lalu, keluarga perawat yang menjadi korban peristiwa serangan itu masih berkunjung ke monumen peringatan yang mereka bangun,” tutur Suparno, petugas jaga di Mercusuar Tanjung Kelian.

Pelabuhan Muntok juga menjadi saksi sejarah penguasa Inggris pernah bercokol di Muntok. Pelabuhan ini dibangun pada kurun waktu 1812 - 1816 dan sampai saat ini masih menjadi gerbang laut utama masuk Bangka.

“Itu, misalnya, terlihat dari bangunan-bangunan bergaya kolonial yang dibangun pada masa pemerintahan Belanda dan rongsokan kapal perang di perairan pantai Tanjung Kelian,” ucap Suparno.

Peradaban Muntok

R. Affan salah satu sesepuh Muntok menuturkan bahwa berdirinya wilayah ini tidak lepas dari pertimbangan strategis, maupun niaga. Disebutkannya, awalnya muntok dibangun untuk kepentingan permukiman yang tak terlepas dari Palembang.

Ketika itu Pangeran Jayawikrama naik tahta menjadi Sultan Mahmud Badaruddin I (SMB I), tetapi keluarga Kerajaan Palembang tidak berkenan dengan kehadiran istri pertama Sultan bernama Zammah yang asli Johor.

“Istrinya kemudian meminta untuk dibolehkan berdomisili di Bangka,” paparnya.

Historis Malang Raya Mulai dari Asal dan Penamaannya

Kemudian pada 1710, Sultan memberikan wewenang kepada keluarga istrinya untuk mengelola seluruh Bangka. Mertua dari sultan ini sering disapa Datuk Dalam yang sebenarnya adalah seorang Tionghoa.

Keluarga mertua Sultan ini lantas melakukan eksplorasi timah. Orang-orang Tionghoa ini kemudian dimasukkan ke dalam struktur pengusaha timah. Kemudian, Belanda mengambil alih pengusahaan timah dari Kesultanan Palembang.

“Sebagai kota pusat pertambangan timah sekaligus pusat keresidenan, Muntok pun berkembang menjadi kota modern,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini