Cerita dari Kabar Hutan Indonesia

Cerita dari Kabar Hutan Indonesia
info gambar utama

PERNAHKAH sejenak memikirkan kabar alam sekitar saat ini? Tentang apakah alam ini masih berada di garda terdepan dalam menjaga keseimbangan alam dan kehidupan manusia? Atau, secara spesifik, bagaimana, ya, kabar hutan Indonesia yang berdiri kokoh di luaran sana?

Mungkin pikiran Kawan disita habis oleh kehidupan yang bebannya tidak habis-habis. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk merenungi keberadaan alam yang merebak di sekitar. Bagaimanapun mereka adalah sumber daya alam yang memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup manusia.

Selama ini Kawan hanya tahu hutan saat di sekolah saja. Itu pun dianggap sebagai angin lalu dan tidak semua dari Kawan menyelaminya lebih jauh lagi. Baiklah, biar kutanya, kapan terakhir kali Kawan mendengar atau mencari tahu tentang hutan dan kabar hutan Indonesia itu sendiri?

Pertanyaan itu juga akan membuatku terdiam lama sekali karena sudah bertahun-tahun tidak memikirkan kabar hutan Indonesia. Sampai ada suatu berita yang berlalu di beranda media sosial, bahwa terdapat titik api di beberapa hutan Indonesia atau disebut sebagai hotspot.

Tidak ada yang terlambat dan tidak ada yang salah jika Kawan kembali mengulas perkara hutan, kan?

Terakhir Terlihat 1980, Dua Gajah Sumatra Kembali Muncul Di Hutan Sumbar

Apa Kabar Hutan Indonesia?

Kawan GNFI harus tahu kabar hutan Indonesia pada awalnya memiliki luas wilayah hutan sekitar 120 jutaan hektare (ha). Hal itu berdasarkan data dari “The State of Indonesia’s Forest (SOFO) 2020” rilisan terakhir.

Dinyatakan di dalamnya oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa secara hukum (de jure) kawasan hutan Indonesia memiliki luas 120,5jt ha. Luas tersebut terdiri atas hutan konservasi 21,9 jt ha, hutan lindung 29,6 jt ha, hutan produksi terbatas 26,8 jt ha, hutan produksi biasa 29,2 jt ha, dan hutan produksi dapat dikonversi 12,8 jt ha.

Sementara secara faktual (de facto) hutan Indonesia yang masih memiliki tutupan hutan berkisar pada 86,9 jt ha. Terdiri atas hutan primer 45,3 jt ha, hutan sekunder 37,3 jt ha, hutan tanaman 4,3 jt ha, dan kawasan hutan yang tidak mempunyai tutupan 33,4 jt ha.

Kabar hutan Indonesia pada masa orde baru, sebetulnya luas wilayah hutan telah mengalami proses reduksi atau pengurangan keluasan. Hal itu dikarenakan pemerintah pada masa itu gencar sekali melakukan pembangunan di berbagai bidang. Terkhusus non hutan yang butuh lahan luas sejak 1968.

Sejatinya pada masa itu, luas wilayah hutan Indonesia adalah 122 jt ha. Namun, terjadi reduksi karena pengeksploitasian kayu demi devisa negara yang menjulang melalui izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH), membuka kebun besar-besaran seperti sawit, pencetakan sawah, dan lahan transmisi manual kepada investor asing maupun domestik melalui mekanisme pelepasan kawasan hutan.

Selanjutnya pada tahun 2019 kala itu hutan Indonesia pernah memiliki hutan seluas 125 jt ha. Luas wilayah hutan tersebut terbagi menjadi hutan produksi 55,8 jt ha, hutan lindung 29,5 jt ha, hutan konservasi 27,3 jt ha, dan sisanya 12,8 jt ha yaitu hutan produksi dapat dikonversi dengan tujuan kebutuhan pembangunan. Namun jumlah luas tersebut mengalami penurunan ketika tahun 2020.

Artinya sejak tahun lampau sampai ,2020 luas hutan mengalami reduksi karena adanya pembangunan dengan melalui izin yang legal tadi. Setidaknya itu data yang didapat dari rilisan buku “The State of Indonesia’s Forest (SOFO) 2020.

Namun, perlu disyukuri karena tahun 2021, setidaknya Indonesia masih memiliki luas wilayah hutan sebanyak 95,5 jt semenjak 2020 yang mana jika dipersentasekan akan menjadi 50-51% dari luas daratan yang ada di Indonesia, hal tersebut dikatakan oleh Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Kelola Lingkungan (PKTL) KLHK Agung Sugardiman.

Artinya setengah daratan Indonesia dipenuhi dengan hutan. Luas wilayah tersebut terbagi menjadi hutan primer 46,9 jt ha (25%), hutan sekunder 43,1 jt ha (23%), dan hutan tanaman 5,4 juta ha (2,9%).

Menilik Konsep Kota Hutan yang Akan Dibangun di Ibu Kota Negara Baru

Kondisi Hutan Indonesia Selama Pandemi

Mungkin Kawan berpikir bahwa selama pandemi kemarin kondisi hutan Indonesia tetap membaik. Namun, apakah iya? Sebelum itu perlu Kawan ketahui bahwa Indonesia telah kehilangan tutupan hutan di Sumatera dan Kalman. Hal tersebut dituturkan oleh Menurut Manager Kampanye Hutan dan Kebun Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Uli Arta Siagian di IDN Times.

Beliau mengatakan pada masa pandemi, nyatanya aktivitas industri di hutan masih beroperasi. Penambangan, proyek-proyek pembangunan strategis nasional, bahkan penggusuran terus terjadi.

Kemudian, hilangnya luas tutupan wilayah hutan di beberapa tempat ditandai karena masif program pembangunan yang sayangnya tidak berkelanjutan. Selain itu, Dengan melakukan legalisasi terhadap pembukaan lahan berbentuk produk hukum seperti Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) ini juga menjadi salah satu penyebab berkurangnya luas hutan.

Lahan-lahan kawasan tutupan hutan yang hilang tersebut khususnya karena adanya pembangunan infrastruktur, food estate, dll, alhasil dilakukan penebangan hutan dan pengurangan lahan.

Situasi tersebut akan terus terjadi kalau pemerintah tidak lebih serius lagi dalam menjaga lingkungan alam, terutama hutan.

Namun, setidaknya mesti Kawan syukuri karena manfaat hutan yang begitu vital bagi kebutuhan makhluk hidup. Oksigen disumbangkan secara besar oleh hutan, penyerapan karbondioksida oleh hutan pun memberikan manfaat bagi iklim di Indonesia.

Apalagi setidaknya flora dan fauna masih memiliki habitat dan tidak merusak ekosistem makhluk hidup lainnya. Ya, walaupun amat disayangkan karena kadang-kadang tidak sedikit manusia yang justru merusak hutannya sendiri.

Di samping itu, ada baiknya bagi Kawan untuk mengetahui dan memahami bahwa pentingnya hutan bagi keberlanjutan hidup manusia. Bayangkan, jika hutan terus mengalami penggusuran dan penebangan?

Hutan Indonesia sebagai Media Perang Pemanasan Global

Seperti yang Kawan tahu bahwa hutan memiliki fungsi sebagai menyerap karbondioksida dari atmosfer. Ketika hutan terbakar atau rusak, maka karbon dioksida sebanyak 104 juta metrik ton karbon atau setara dengan 382 juta ton emisi karbondioksida (CO2) lepas di udara.

Karbon dioksida yang harusnya menghasilkan oksigen dari proses fotosintesis tersebut terlepas kembali ke atmosfer. Fatalnya, dapat merusak lapisan ozon yang berperan meminimalisir panas matahari ke bumi. Jika lapisan ozon rusak maka suhu bumi akan meningkat dan terjadilah ketidakstabilan iklim.

Nah, sekarang Kawan sudah mengetahui kabar hutan Indonesia sampai saat ini. Menurut Kawan GNFI apakah kabar hutan Indonesia memberikan suatu pemikiran dalam kepalamu?

Referensi: Forestdigest.com | Lindungihutan.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

YZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini