Sega Jabung, Komunitas Anak Muda Pelestari Aksara Jawa di Yogyakarta

Sega Jabung, Komunitas Anak Muda Pelestari Aksara Jawa di Yogyakarta
info gambar utama

Yogyakarta dengan predikat "istimewa" terlihat hadirnya beragam komunitas, salah satunya yaitu Komunitas Aksara Jawa Sega Jabung Yogyakarta. Komunitas ini berfokus pada pelestarian dan pengembangan aksara Jawa baik secara klasikal (zaman dulu) melalui media dluwang dan lontar. Komunitas ini juga aktif secara digital melalui platform smartphone atau laptop.

Setya Amrih Prasaja yang merupakan pendiri Komunitas Sega Jabung juga seorang filolog pada Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan DIY. Selain itu, sebelumnya ia juga menjadi guru bahasa Jawa di SMA Negeri 1 Sanden dan SMA Negeri 2 Bantul. Tim penggerak komunitas Sega Jabung mayoritas merupakan siswa yang memiliki ketertarikan dengan aksara Jawa.

"Modal saya pertama jadi guru dan kelebihan menjadi guru itu jamaahe akeh, sehingga punya murid yang sekarang jadi tim Sega Jabung. Mungkin ketika dulu saya langsung ditarik menjadi filolog di Dinas Kebudayaan mungkin saya tidak bisa mengumpulkan orang sebanyak ini. Ketika saya pernah menjadi guru, setidaknya mesti ada beberapa yang tertarik dan bisa diajak ngumpul dan itu menjadi modal terbentuknya komunitas Sega Jabung," Tutur Amrih (24/04/21).

Singkatan dari "Seneng Gaul Aksara Jawa Adiluhung" nama Sega Jabung sering diplesetkan dengan Sego Jagung atau Nasi Jagung. Berdiri secara resmi sebagai sebuah komunitas pada 31 Agustus 2019. komunitas ini lahir bersamaan dengan kegiatan restorasi sosial Gerbang Praja (Gerakan Bangga Penggunaan Aksara Jawa) yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial DIY bertempat di Pendhapa Parasamya II Komplek Pemda Bantul.

Ikhtiar Ciptakan Masyarakat Informasi oleh Komunitas Literasi Digital di Indonesia
Komunitas Sega Jabung
info gambar

Bagi Kawan GNFI yang tertarik untuk belajar aksara Jawa bisa datang ke sekretariat Sega Jabung yang berlokasi di Jl. Tjokro Salim, Serayu, Trirenggo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelas aksara Jawa dibuka tiap hari Jumat malam pukul 19.00 WIB. Informasi lengkapnya bisa Kawan telusuri melalui akun Instagram @segajabung maupun websitenya yaitu segajabung.id.

Dipimpin oleh Singgih Indarta sebagai Ketua Sega Jabung, berbagai kegiatan yang diselenggarakannya terlaksana dengan baik melalui pembagian tiga divisi yang ada yaitu divisi pelestarian dengan koordinator Ageng Puro Ariatno, divisi pengembangan dengan koordinator Arif Budiarto dan divisi pelatihan dengan koordinator Latifah Mardiah Romadloni.

Aksara tradisional atau aksara lokal merupakan aksara yang paling sesuai untuk menuliskan Bahasa aslinya yang sekaligus sebagai alat pemeliharaan bahasa itu sendiri. Fuadi (2014) menyebutkan bahwa era globalisasi membuat penggunaan teknologi menjadi sesuatu yang tidak tepisahkan dalam segala aspek kehidupan manusia salah satunya yaitu dalam bidang budaya atau identitas negara. Hal serupa juga dilakukan oleh Sega Jabung Yogyakarta dalam pengembangan aksara Jawa.

Beberapa hal dasar yang perlu diketahui baik untuk membaca atau menulis aksara Jawa sebagai berikut. 1) Aksara ditulis dari kiri ke kanan (abugida), 2)Aksara ditulis tanpa spasi (scripto continua), 3)Aksara konsonan/mati di akhir kalimat diberi pangkon, begitu juga ketika ada aksara konsonan di tengah untuk menghindari penumpukan aksara atau untuk alas dan jeda, 4) Setiap awal kalimat harus dimulai dengan adeg-adeg dan ditutup dendan padha lungsi atau padha lingsa. (Javaholic, 2015).

Latih Kepemimpinan Perempuan Melalui Komunitas Women's Space, Kawan Mau Bergabung?

Sega Jabung berkomitmen untuk terus mengenalkan budaya Nusantara melalui aksaranya khususnya digitalisasi aksara Jawa tanpa melupakan sejarahnya. Hal ini senada dengan moto Sega Jabung yaitu raksa klaman pratista yang artinya kemantapan hati menjaga tradisi.

Maka dari itu, Kawan bisa mengajak sebanyak mungkin kerabat atau teman untuk menerapkan aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika sedang chatingan atau scrolling media sosial, mengingat aksara Jawa sudah terstandar unicode, tetapi dengan status limited use atau pengguna terbatas. Apakah Kawan ingin melestarikan aksara Jawa?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini