Kampung Kerbau Ngawi, Menikmati Suasana Afrika di Jawa Timur

Kampung Kerbau Ngawi, Menikmati Suasana Afrika di Jawa Timur
info gambar utama

Kerbau adalah salah satu hewan yang cukup umum untuk diternakkan di Indonesia. Tetapi, ada yang berbeda dengan salah satu desa yang berada di Ngawi. Sebab, hampir semua warga di sini memelihara kerbau.

Tak cuma sekedar memelihara saja, bahkan kegiatan beternak kerbau ini sudah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Karena daya tariknya ini pula, desa ini memanfaatkannya sebagai salah tujuan wisata yang membuat wisatawan di sini merasa seperti di alam Afrika karena banyaknya kerbau di desa ini.

Ketika Para Kerbau Selamat dari Terjangan Tsunami yang Menerjang Aceh

Suasana khas Afrika

Lokasi dari desa yang dinamakan sebagai Kampung Kerbau ini berada di Dusun Bulak Pepe, Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi. Dari pusat Kota Ngawi, waktu tempuhnya kurang lebih sekitar 35 menit.

Destinasi wisata ini jadi salah satu pilihan baru yang cukup unik di daerah Jawa Timur karena daya tariknya yang berbeda. Pengunjung bisa melihat bagaimana kawanan kerbau menyatu dengan masyarakat di tengah desa yang juga memiliki suasana layaknya di Afrika.

Terlebih lagi kalau saat musim kemarau, maka desa ini akan terlihat gersang dengan sekumpulan kerbau yang berlalu lalang. Tapi saat musim penghujan tiba pun suasana di sini juga tak kalah menarik karena tanah yang ditumbuhi dengan rerumputan.

Apalagi di sini juga terdapat padang kosong yang luas serta sungai kecil yang menjadi tempat para kerbau tersebut mandi. Setiap sore, kegiatan ini menjadi salah satu hal yang rutin dilakukan. Setelah mereka berendam, maka kerbau-kerbau ini pun akan kembali ke kandang bersama gembalanya.

Tradisi Makepung, Balapan Kerbau ala Petani Jembrana Bali Rayakan Pesta Panen

Kerbau adalah bagian dari masyarakat

Oleh warga Bulak Pepe, kerbau ini telah menjadi salah satu bagian dari masyarakat. Sebagaimana bersumber dari tugujatim.id, kerbau ini dianggap sebagai "rojokoyo" yang bisa membantu dalam bercocok tanam di sawah.

Terlebih lagi, kerbau juga adalah hewan yang termasuk mudah untuk dirawat sebagai hewan ternak. Sehingga, mereka pun memilih kerbau sebagai salah satu hewan yang diternakkan sejak dulu hingga sekarang, sekaligus sebagai salah satu investasi tersendiri.

Hal inilah yang membuat desa ini memiliki lebih dari 700 ekor kerbau. Kurang lebih, setiap keluarga disini punya 10-30 ekor kerbau. Cara pemeliharaannya pun juga masih tradisional. Kerbau di sini juga sudah mulai tidak digunakan sebagai pembantu bercocok tanam lagi, tetapi sebagai hewan ternak yang dijual kembali.

Biasanya, terdapat festival budaya rutin yang dilaksanakan di sini setiap bulan Oktober, yaitu Gumbrekan Maheso.

Mengunjungi Kampung Kerbau sebagai destinasi wisata adalah pengalaman berbeda yang mungkin tidak akan Anda jumpai di tempat lain. Bagi yang tertarik untuk datang ke sini, silahkan datang saja. Sebab, tidak ada tiket masuk yang dikenakan bagi yang ingin melihat kegiatan warga bersama dengan kerbaunya.

Keunikan Atap Rumah Siwaluh Jabu, dari Kepala Kerbau hingga Simbol 5 Marga Suku Karo

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

MM
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini