Konferensi Asia Afrika (KAA) adalah konferensi antar negara Asia dan Afrika yang diselenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955. Konferensi ini bertujuan sebagai sarana mempererat negara-negara di Asia dan Afrika, terutama dalam mempertahankan kedaulatan setiap negara di Asia dan Afrika, serta upaya dalam melawan rasialisme dan imperialisme.
KAA juga merupakan bentuk respon terhadap terjadinya Perang Dingin, pengembangan nuklir, serta ketidakberhasilan PBB dalam menangani sejumlah masalah di dunia. Konferensi ini mulanya diprakarsai oleh 5 tokoh yang berasal dari lima negara berbeda. Siapa saja mereka?
1. Sir John Kotelawala (Sri Lanka)
Perwakilan dari Sri Lanka ini merupakan seorang tentara, politisi, sekaligus Perdana Menteri Sri Lanka yang menjabat dari 1953 sampai 1956. Pada forum Konferensi Kolombo, ia mendorong para negara di Asia dan Afrika untuk membicarakan permasalahan di negara mereka. Dari situ, akhirnya Konferensi Asia Afrika pun dilaksanakan.
Pada penyelenggaraan KAA, John Kotelawala berpidato yang isinya mengkritik kepemilikan senjata nuklir negara-negara barat. Ia pun juga mengajak para peserta KAA untuk ikut serta menjaga perdamaian dunia.
2. U Nu (Myanmar)
U Nu merupakan Perdana Menteri Myanmar yang menjabat selama 3 periode, yakni: 1948-1956, 1957-1858, serta 1960-1962. Ia juga merupakan seorang dan sastrawan yang menerbitkan sejumlah novel. Ia bersahabat dengan mantan Sekretaris Jenderal PBB saat itu, U Thant.
Baca juga: Sejarah Berdirinya ASEAN yang Diinisiasi Oleh 5 Negara
3. Muhammad Ali Jinnah (Pakistan)
Sosok satu ini dikenal dengan julukan Bapak Pendiri Pakistan. Julukan itu didapat saat ia memimpin kemerdekaan Pakistan atas India yang saat itu masih dijajah Inggris. Ia pun turut serta dalam melindungi dan meningkatkan hak-hak politik, serta kepentingan umat Islam di Pakistan dan India. Selain memprakarsai KAA, ia juga aktif memperjuangkan memperjuangkan hak-hak umat Islam lewat organisasi Liga Muslim India.
4. Jawaharlal Nehru (India)
Perwakilan dari India ini merupakan Perdana Menteri India yang menjabat antara tahun 1947 sampai 1964. Selain sebagai salah satu pihak yang memprakarsai KAA, ia juga merupakan salah satu perumus Dasasila Bandung yang merupakan hasil dari KAA. Setelah KAA usai, ia terlibat sebagai pendiri Gerakan Non Blok sekaligus menjadi tokoh politik internasional.
Baca juga: Pemaparan Indonesia dalam KTT Gerakan Non-Blok Terkait Tantangan Pembangunan Global
5. Ali Sastroamidjojo (Indonesia)
Kalau yang satu ini merupakan pejuang kemerdekaan Ri yang kemudian Menjadi Perdana Menteri selama dua periode, yakni 1953-1955 dan 1956-1957. Berkat perannya, Indonesia bisa menjadi penyelenggara Konferensi Asia Afrika, karena ialah yang menawarkan kepada perwakilan negara lainnya supaya Indonesia bisa menjadi penyelenggara konferensi tersebut. Ia juga berperan dalam meyakinkan sejumlah negara di Asia Afrika supaya mau menyelenggarakan KAA.
Diabadikan Dalam Patung Diorama
Kelima tokoh yang sudah disebutkan diatas kini sudah diabadikan dalam patung diorama yang bisa Kawan lihat di dalam Gedung Merdeka, Bandung. Pada diorama tersebut, kelimanya terlihat duduk sejajar dan berdekatan dengan presiden Soekarno yang berpidato di atas mimbar.
Diorama tersebut menggambarkan pidato Soekarno pada pembukaan KAA di Bandung. Diorama Soekarno beserta kelima tokoh itu pertama kali dibuat pada tahun 1992 saat Indonesia menjadi tuan rumah KTT Non Blok.
Baca juga: 5 Tokoh Bangsa yang Berperan Pada Konferensi Meja Bundar
Referensi:
https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/10/080000079/tokoh-yang-memprakarsai-konferensi-asia-afrika-kaa-?page=all
https://www.medcom.id/internasional/asia/ob3qzoYK-sir-john-kotelawala-sosok-keras-pengkritik-senjata-nuklir-barat
https://www.medcom.id/internasional/asia/0Kv1YV4k-naluri-politik-pandit-jawaharlal-nehru-dorong-hadirnya-kaa
https://www.kompas.com/stori/read/2022/10/25/180000679/ali-sastroamidjojo-wakil-indonesia-dalam-konferensi-asia-afrika?page=all
https://jabar.tribunnews.com/2017/08/09/ini-alasan-patung-soekarno-berada-paling-depan-dalam-diorama-di-museum-kaa
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News