Dedolarisasi Kian Nyata, Yuan Gantikan Dolar di Sejumlah Negara

Dedolarisasi Kian Nyata, Yuan Gantikan Dolar di Sejumlah Negara
info gambar utama

Dominasi dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan internasional tampaknya kian menurun. Sejumlah negara dilaporkan mulai beralih ke mata uang alternatif setelah AS menggunakan kedudukannya untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada negara yang tak setuju terhadap aturannya.

Sebagai gantinya, Yuan China mulai mengambil alih kekuasaan dalam sistem keuangan mancanegara.

Menurut laporan Bloomberg, China sekarang tengah menjadi mitra dagang terbesar bagi puluhan negara di seluruh dunia, bahkan sebelum perang meledak di Ukraina.

Untuk pertama kalinya, penggunaan Yuan dalam transaksi lintas batas mencapai rekor tertinggi, yakni 48 persen pada bulan Maret. Pangsa dolar justru turun dari 83% menjadi 47% pada periode yang sama.

Rusia gunakan Yuan setelah sanksi AS

Mengutip sumber yang sama, Yuan China telah menggantikan dolar AS sebagai mata uang yang paling banyak diperdagangkan di Rusia. Peralihan itu dilakukan usai sanksi tambahan tahun ini akibat invasi ke Ukraina. Hal itu memengaruhi beberapa bank di Rusia yang senelumnya mempertahankan kemampuan untuk melakukan transfer lintas batas dalam dolar serta mata uang lain dari negara yang dicap "tidak bersahabat".

Saat ini Rusia masih bertransaksi dengan mata uang lokal, yakni rubel. Namun, negara pimpinan Vladimir Putin itu telah memperdalam hubungan dengan China sejak putusnya relasi dengan Barat akibat invasi Februari 2022. Putin mengungkapkan, dua per tiga dari seluruh perdagangan bilateral kedua negara itu telah dilakukan dalam mata uang rubel dan renminbi alias Yuan.

Kementerian Keuangan Rusia juga telah mengubah operasi pasarnya menjadi yuan pada awal tahun ini dan mengembangkan struktur untuk dana kekayaan nasional guna menahan 60 persen asetnya dalam yuan.

Mendobrak Dominasi Dolar AS: Malaysia Wacanakan Pembentukan Dana Moneter Asia

Argentina dan Brasil umumkan peralihan ke Yuan

Jika Rusia belum sepenuhnya pindah ke Yuan, Argentina justru memperlihatkan peralihan yang lebih serius. Menteri Ekonomi Sergio Massa mengumumkan pada Rabu (27/4/2023) waktu setempat bahwa negaranya akan menggantikan dolar dengan mata uang yuan untuk membayar barang yang diimpor dari China. Keputusan ini akan segera berlaku di bulan ini.

Dilansir dari kantor berita EL PAIS, Penggantian mata uang dilakukan di bawah perpanjangan "swap", yakni perjanjian pertukaran mata uang yang ditandatangani oleh Argentina dan China pada November 2022. Kebijakan tersebut dilakukan untuk mengurangi pengurasan cadangan devisa Bank Sentral Argentina (BSA) di tengah badai mata uang.

Perjanjian baru ini memungkinkan negara tersebut membuang 5 miliar dolar AS sebagai cadangan yang tersedia secara bebas dan meningkatkan porsi China dalam cadangan devisa bruto BSA menjadi 48 persen.

Sementara itu, Brasil menjadi negara dari Amerika Selatan pertama yang bergabung dengan sistem pembayaran China. Menurut catatan media setempat Terra.com, akhir Januari lalu, bank sentral kedua negara telah meneken nota untuk mendirikan Rumah Kliring di Brasil.

Industrial and Commercial Bank of China (ICBC) dipilih untuk pertama kalinya beroperasi di Brasil sebagai lembaga kliring. Bank dengan likuiditas dalam mata uang China itu dapat membersihkan valuta asing secara langsung, tanpa bertransaksi dengan dolar, serta dapat digunakan oleh importir maupun eksportir.

Selain beralih ke Yuan, sejumlah negara perlahan meninggalkan dolar dengan menggunakan mata uang lokal. Kenya, misalnya, membeli minyak Teluk Persia dengan mata uangnya sendiri.

Kemudian, negara-negara Asia Tenggara juga melakukan dedolarisasi perdagangan mereka dengan mempromosikan sistem pembayaran lokal.

One China Policy Dalam Konflik China-Taiwan: Senjata bagi Amerika Serikat

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini