Mengenal Rumah Adat Kasepuhan: Desain yang Unik Khas Jawa di Cirebon

Mengenal Rumah Adat Kasepuhan: Desain yang Unik Khas Jawa di Cirebon
info gambar utama

Apa yang Kawan pikirkan tentang Jawa Barat? Mungkin, Kawan akan berpikir soal wisata di Bandung, Sukabumi, atau Garut. Nah, selain menawarkan keindahan alamnya, Jawa Barat juga memiliki beberapa aspek budaya yang kental, lo. Salah satunya adalah Rumah Adat Kasepuhan di Cirebon, Jawa Barat.

Perlu diketahui, Cirebon memiliki daerah yang dikenal dengan kebudayaan dan sejarahnya. Tentunya Rumah Adat Kasepuhan juga merupakan bagian budaya dari Cirebon ini. Dengan desain yang unik dan kearifan lokal, Rumah Adat Kesepuhan banyak menarik perhatian wisatawan lokal.

Sekilas tentang Rumah Adat Kasepuhan

Keraton Kasepuhan
info gambar

Pembangunan Rumah Adat Kasepuhan bukanlah sembarangan. Diketahui, Keraton Kasepuhan Cirebon dibangun pada 1529 oleh seorang raja bernama Pangeran Cakrabuana. Beliau merupakan putra dari Raja Pajajaran.

Rumah Adat Kasepuhan dianggap sebagai perluasan wilayah dari Keraton Pakungwati yang didirikan pada 1452. Dulunya, Keraton Kasepuhan Cirebon dibangun sebagai pusat pelatihan tentara kerajaan. Ditambah, fungsi dari keraton ini juga sebagai tempat pengadilan perkara hukum adat.

Diketahui, dalam keraton ini, terdapat beberapa ruangan khusus, seperti ruang pengadilan, ruang pendopo atau jinem, ruang Pringgodani yang ditempati sultan, dan ruang prabayasa untuk menerima tamu.

Baca juga: Mengenal Rumah Adat Karo, Siwaluh Jabu

Fakta Unik Soal Rumah Adat Kasepuhan

Selama mengunjungi Rumah Adat Kasepuhan, Kawan mungkin menemukan beberapa ornamen dan desain interior yang unik. Berikut fakta unik tentang Rumah Adat Kasepuhan di Cirebon.

1. Pintu Gerbang Utama

Kali ini, Kawan bisa melihat bentuk dari pintu gerbang utama. Diketahui, pintu gerbang utama disebut dengan kreteg pangrawit. Lokasi gerbang utama ini berada di utara keraton.

Diketahui, nama kreteg berarti perasaan dan rawit berarti lembut. Dalam pintu gerbang utama ini, Kawan diharapkan berada dengan mood yang bagus atau lembut. Dengan hal itu, Kawan bisa memiliki nuansa wisatawan yang lembut dan baik budi.

2. Bangunan Pancaratna

Selanjutnya, ketika Kawan melewati gerbang utama, Kawan akan melihat sebuah bangunan yang disebut Pancaratna. Untuk melihat tepat lokasi bangunan ini, Kawan dapat menemukannya di sebelah kiri kompleks barat.

Diketahui, ukuran dari bangunan ini sekitar 8x8 meter. Bagian atapnya didesain dengan 4 tiang (sokoguru) di atas permukaan lantai yang lebih tinggi. Lalu, bagian lantai juga disertakan tiang berjumlah 12 tiang.

Baca juga: Mengenal Rumah Boyang, Rumah Adat Suku Mandar Sulawesi Barat

Material dalam bangunan tradisional ini menggunakan genteng untuk atapnya. Pada bagian puncaknya, Kawan bisa melihat mamolo yang memberikan kesan ala kerajaan khas Nusantara. Fungsi dari bangunan ini dulunya adalah tempat untuk menghadap tokoh masyarakat desa yang diterima oleh Demang atau Wedana.

3. Bangunan Pancaniti

Setelah melihat Pancaratna, Kawan akan melihat bangunan bernama Bangunan Pancaniti. Letak bangunan ini berada di sebelah kompleks timur. Bangunan ini berukuran sama dengan bangunan Pancaratna.

Perbedaannya adalah bangunan Pancaniti menggunakan tegel sebagai bahan lantainya. Fungsi dari bangunan ini dulunya adalah tempat pelatihan tentara kerajaan. Dengan bangunan tanpa dinding ini, Kawan bisa leluasa bergerak kesana-kemari. Pastikan untuk menaiki lantainya, Kawan tidak menggunakan sandal atau sepatu, ya.

4. Halaman Pertama

Beberapa tempat sudah dilalui di Rumah Adat Kasepuhan ini. Setelah itu, Kawan bisa melihat halaman pertama dalam rumah adat ini. Untuk memasukinya, Kawan bisa memilih antara dua jalur, yakni Gapura Adi atau Gapura Benteng.

Halaman pertama atau komplek Siti Inggil memiliki beberapa bangunan. Beberapa bangunan tersebut, diantaranya:

  • Mande Pendawa Lima berfungsi tempat duduk pengawal raja.
  • Mande Karesmen berfungsi untuk tempat pertunjukkan kesenian
  • Mande Malang Semirang berfungsi untuk tempat duduk raja timadu menonton acara di alun-alun.
  • Pengada berfungsi untuk tempat berbagi berkah serta tempat pemeriksaan sebelum bertemu Mande Semar Timandu yang digunakan sebagai tempat penasehat raja.
  • Mande Pengiring yang berfungsi untuk tempat mengiring raja.
Baca juga: Menengok Keunikan Rumah Adat Sulawesi Tenggara, Banua Tada si Rumah Siku

5. Halaman Kedua

Selanjutnya, terdapat halaman kedua di Rumah Adat Kesepuhan ini. Halaman kedua dilapisi dengan tembok yang terbuat dari bata. Kawan bisa melihat pintu gerbang Regol Pengada atau Gapura Lonceng di bagian utara. Nantinya, Kawan akan menemukan beberapa halaman, yakni:

  • Halaman Pengada memiliki ukuran 37x37 meter dan berfungsi untuk parkiran kendaraan atau kuda. Di sana, terdapat tempat minum khusus kuda.
  • Halaman kompleks Langgar Agung yang berukuran sekitar 6x6 meter dan terasnya berukuran sekitar 8x2,5 meter.

6. Halaman Ketiga

Kawan akan melihat halaman terakhir, yakni halaman ketiga dari keraton ini. Halaman ketiga sendiri dibatasi dengan gerbang berukuran 4x6,5x4 meter. Gerbang tersebut masih dilapisi dengan kayu.

Itulah beberapa informasi tentang Rumah Adat Kasepuhan di Cirebon. Di sana, Kawan mengira bahwa rumah adat ini mirip dengan rumah tradisional suku Jawa. Padahal, daerah Cirebon sendiri merupakan daerah mayoritas suku Sunda. Hal itul wajar karena suku Jawa juga memengaruhi kebudayaan sehingga muncul rumah adat dengan konsep Keraton Kasepuhan.

Referensi: pinhome.id | mamikos.com | caping.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini