Naik Kelas! RI Kembali Masuk Negara Penghasilan Menengah Atas

Naik Kelas! RI Kembali Masuk Negara Penghasilan Menengah Atas
info gambar utama

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan Bank Dunia kembali memasukkan Indonesia ke dalam kategori negara berpenghasilan menengah atas atau upper-middle income countries. Data tersebut diperbarui pada 1 Juli 2023.

"Ini proses pemulihan yang cepat setelah kita turun ke group lower-middle income countries di 2020 karena pandemi," kata Jokowi kala membuka sidang evaluasi APBN semester I-2023 di Istana Negara, Senin (3/7/2023).

Menurut rilisan Bank Dunia, Indonesia diklasifikasikan negara berpenghasilan menengah atas akibat Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang meningkat sebesar 5,3 persen. Hal ini dibarengi dengan pertumbuhan pasca-pandemi Covid-19 yang kuat pada 2021, yaitu 7,9 persen.

Laporan itu mencatat sekitar 80 persen negara di dunia naik ke kategori lebih tinggi seiring dengan pemulihan pandemi Covid-19.

“Kita patut bersyukur pertumbuhan ekonomi bertahan relatif tinggi di atas lima persen dan selama enam kuartal berturut-turut ekonomi kita tumbuh di atas lima persen,” ucap Presiden.

Walaupun kinerja perekonomian kembali membaik, Jokowi menegaskan Indonesia akan menghadapi situasi yang tidak mudah pada semester II 2023. Dia juga menyebut ketidakstabilan lingkungan global dan ketegangan geopolitik yang masih berlangsung, menjadi tantangan besar bagi Indonesia ke depan.

Kilang Nikel Terbesar RI Akan Bangun Pabrik Stainless Steel, Investasi Rp15 Triliun

Semua itu bakal berimbas pada pertumbuhan ekonomi dan aktivitas perdagangan yang melemah. Dampaknya bahkan sudah terlihat dari sekarang, yaitu penurunan ekspor.

"Kemudian, berbagai lembaga internasional memprediksi perlambatan ekonomi global, ini juga harus betul-betul kita lihat,” sambungnya.

IMF, misalnya, memperkirakan ekonomi global hanya tumbuh 2,8 persen. Prediksi OECD beda sedikit, yaitu 2,6 persen. Lalu, Bank Dunia malah lebih rendah, yakni 2,1 persen.

Bukan itu saja, Jokowi bilang, kenaikan suku bunga global yang diperkirakan berlanjut sampai tahun depan juga menjadi kekhawatiran Indonesia saat ini. Kebijakan itu akan mempengaruhi tingkat inflasi dunia.

Beberapa hal lain pun disebutnya dapat menekan pertumbuhan ekonomi, seperti fragmentasi perdagangan global yang menghambat kerja sama multilateral, hingga indikator dini beberapa konsumsi dan produksi yang melemah.

"Ini juga, kita harus melihat secara hati-hati," tutupnya.

Diakui Dunia, Produk Suku Cadang Indonesia Raup Potensi Transaksi Rp164 M di Vietnam

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

AH
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini