Ziarahi Wair Nokerua, Sumber Mata Air Peninggalan Rohaniawan Spanyol

Ziarahi Wair Nokerua, Sumber Mata Air Peninggalan Rohaniawan Spanyol
info gambar utama

Kabupaten Sikka di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur mengandalkan Wair Nokerua sebagai salah satu obyek wisata wilayahnya. Tempat wisata ini dipercaya bersentuhan dengan jejak rohani St Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik asal Spanyol.

Dinukil dari Kompas, Wair Nokerua memang dipercaya keramat karena airnya yang selalu bening, sejuk, tawar dan berdebit stabil meski di puncak kemarau muncul. Mata air ini menjadi sumber air bagi warga di sepanjang pantai utara Sikka dan Kabupaten Ende.

29 Gunung Bawah Laut Ditemukan di Perairan Flores, Berbahayakah?

Disebutkan dalam Ensiklopedi Orang Kudus, disebutkan St Fransiskus Xaverius pernah melakukan ziarah rohaninya ke Ambon (1546). Tetapi pada ensiklopedia itu tak dijelaskan secara rinci ke mana saja rohaniawan itu singgah.

Namun masyarakat mempercayai St Fransiskus Xaverius pernah singgah untuk menemukan sumber air. Ketika itu dirinya dengan tongkatnya memukul permukaan tebing cadas, dan konon air pun langsung mengucur dari sana.

Kisah itu begitu kuat membekas pada warga setempat sehingga sumber air itu dikenal dengan nama Wair Nokerua. Nama itu berasal dari bahasa setempat (Sikka). Kata wair berarti air dan nokerua bermakna padri, pastor atau orang saleh.

“Jika diterjemahkan secara bebas, Wair Nokerua berarti sumber air dari mukjizat orang saleh (St Fransiskus Xaverius,” ujar Egi Moa.

Karunia bagi warga

Pantai di Flores/Shutterstock
info gambar

Bagi para nelayan, Wair Nokerua merupakan karunia sangat berharga karena dengan berkat sumber air itu, mereka pun bisa berlama-lama melaut di perairan sekitar wilayah itu. Terutama untuk mendapatkan bekal.

Namun masyarakat Sikka atau Flores yang sekitar 90 persen warganya adalah pemeluk Katolik beranggapan bahwa Wair Nokerua adalah sumber air keramat, suci, dan bertuah. Tetapi tempat ini masih terisolasi.

Tempat ini memang terletak sekitar 20 kilometer arah barat dari Maumere, Kota Kabupaten Sikka. Jalan beraspal mulus bisa dinikmati sejauh 18 km dari kota kabupaten hingga persimpangan di Kampung Nangarasong.

Museum 1.000 Moko: Kisah Tersimpan Tentang Leluhur Masyarakat Alor

Perjalanan sekitar 2 km sisanya harus menerobos jaringan jalan rintisan awal. Bepergian dengan mobil masih bisa dipaksakan hingga tepi Sungai Dagemage, sekitar 1 km dari persimpangan. Selanjutnya wisatawan bisa berjalan kaki.

“Wair Nokerua sebenarnya obyek wisata berdaya tarik tinggi karena kisahnya menyimpan sensasi khusus. Sayangnya, lokasinya masih terisolasi. Jaringan jalan jelang titik lokasi masih terabaikan sehingga banyak pelancong atau peziarah yang terpaksa batal berkunjung,” jelas Egi.

Objek wisata

Nelayan Flores/Shutterstock
info gambar

Mengunjungi Wair Nokerua harus tepat waktu dan bernyali. Betapa tidak, titik mata air hanya bisa disaksikan dari pagi hingga menjelang siang atau ketika laut sedang surut. Sebaliknya ketika air laut pasang naik, Wair Nokerua praktis berada di bawah permukaan laut.

Selain itu, menjangkau titik sumber air itu tidak gampang. Pengunjung harus merangkak pelan-pelan melalui cadas, miring, licin, dan tajam sejauh lebih kurang 60 meter dari ujung pantai berpasir.

Lodok Lingko: Sawah Jaring Laba-Laba yang Jaga Kedaulatan Petani di NTT

Namun setiap minggu selalu saja ada 2-3 warga dari sejumlah daerah berkunjung ke Wair Nokerua. Seperti diakui Paulus Rugu, nelayan asal Pulau Palue, Sikka. Disebutnya pengunjung biasanya senang dan puas kalau tiba di Wair Nokerua.

“Ada sejumlah pengunjung khusus datang menyalakan lilin sambil berdoa di sekitar mata air itu,” tutur Paulus Rugu.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini