Meriahkan Pagelaran Sejarah dan Budaya Kagungan Sumberawan dengan Permainan Wayang Suket

Meriahkan Pagelaran Sejarah dan Budaya Kagungan Sumberawan dengan Permainan Wayang Suket
info gambar utama

Malang (16/07) - Festival Budaya Kagungan Sumberawan yang digelar di Desa Wisata Toyomarto Kabupaten Malang berhasil menarik banyak animo dari para audience. Jumlah peserta yang pada Minggu malam ini hingga 100 orang lebih, yang semuanya turut hadir dan meramaikan. Tak hanya itu, acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa perangkat Desa Toyomarto, pihak Kampus Universitas Muhammadiyah Malang, instansi terkait seperti Perhutani, hingga Wakil Bupati Kab Malang, Drs. H. Didik Gatot Subroto, S.H., M.H.

Acara yang diadakan dalam rangka kolaborasi antara Elice Creative, selaku Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang dengan Wisata Candi Sumberawan. Kegiatan ini dilakukan untuk menjadikan Wisata Candi Sumberawan sebagai Edukasi Wisata Sejarah dan Budaya. yang mana dalam pagelarannya menampilkan berbagai penampilan menarik. seperti Wayang Suket, Sendra Tari, hingga Teater Komunitas.

Seblak Bisa Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Persyaratannya!

Salah satu penampilan yang memberikan banyak kesan menarik di dalamnya yaitu, Wayang Suket. Kesenian asli malang tersebut merupakan boneka wayang yang terbuat dari Suket atau Rumput Kering yang dibentuk menyerupai orang ataupun hewan. Cara memainkannya juga tak jauh berbeda dengan wayang pada umumnya, memerlukan layar putih yang diberi penerangan berupa senter mini dan dimainkan mengikuti alur cerita si dalang.

Dalam permainan Wayang Suket kali ini di pimpin langsung oleh Budayawan, Mbah Jo. Beliau merupakan Dalang Wayang Suket di Malang yang sering melakukan pertunjukan. Cerita yang dibawakan pun tak serta merta dibuat baku, Mbah Jo sering kali mengangkat realita kehidupan disekitar. diselingi dengan lelucon, juga makna kehidupan yang dapat Kawan petik.

Permainan Wayang Suket dibuka dengan interaksi bersama audience dalam pembuatan gelang persahabatan. Mbah Jo sendiri menyebutnya gelang persahabatan dikarenakan dalam pembuatannya nanti, jika sudah jadi gelang tersebut akan Kawan berikan kepada orang di sampingnya. Hal tersebut menjadikan moment menarik. Di mana dalam posisi tidak saling mengenal, kita diharuskan kenal dan saling berbagi gelang yang akan membuat lingkaran sosial baru.

Gelang tersebut terbuat dari plastik elastis tebal, yang dianyam sedemikian rupa hingga membentuk lingkaran gelang. pembuatan gelang tersebut juga melibatkan semua audience yang hadir, yang nantinya gelang tersebut juga dapat dibawa pulang. sistemnya akan ada 4 orang yang terpilih untuk maju dan diberi arahan step by step oleh Mbah Jo. Lalu 4 orang tersebut bisa kembali, dan mengajari teman di belakangnya. Begitu seterusnya hingga tahap akhir.

Setelah pembuatan gelang selesai, kegiatan dilanjut dengan penampilan Wayang Suket yang didalangi oleh Mbah Jo. Namun, menariknya di sini, yang memainkan wayang lagi-lagi melibatkan penonton yang hadir. Mbah Jo memilih beberapa orang untuk maju dan berpartisipasi.

Merawat Tabob, Hewan yang Disakralkan oleh Masyarakat Kepulauan Kei

Dalam pertunjukannya tersebut, masing masing orang memiiki peran berbeda. Ada bapak, ibu, anak, hingga peran hewan. Cerita yang dikemas pun mencertiakan tentang mata air yang ada di Candi Sumberawan tersebut.

Riuh gelak tawa penonton muncul saat beberapa wayang yang dimainkan partisipan acara, terkadang tidak sinkron dengan cerita yang Mbah Jo lontarkan. Letak keseruan yang spontan hadir membuat suasana terasa hangat, ditengah dinginnya malam itu. Cerita sejarah yang dikemas cukup modern, mengangkat realita terkini membuat penonton seakan terhubung dengan cerita yang dibawakan.

Termasuk salah seorang mahasiswa internasional UMM asal Colombia, yang ikut maju dan memeriahkan pertunjukan Wayang Suket. celetukan Mbah Jo yang meski menggunakan full bahasa Jawa tak menurunkan animo para peserta. Mbah Jo juga terkadang menyelingi bahasa ibu, bahasa Indonesia, ataupun bahasa Inggris untuk berkomunikasi dengan mahasiswa internasional tersebut.

selesai permainan wayang, Mbah Jo juga melakukan sharing session bersama para penonton. Yang berhasil menjawab akan mendapatkan Wayang Suket. antusiasme juga kembali ditunjukan dalam sesi sharing session.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EC
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini