Kisah Perjuangan Habibie dan Ainun Bertahan Hidup di Jerman

Kisah Perjuangan Habibie dan Ainun Bertahan Hidup di Jerman
info gambar utama

Di antara deretan kisah cinta paling indah, kisah Habibie dan Ainun berada di antaranya. Kisah cinta Presiden Ketiga Indonesia ini digadang-gadang sebagai salah satu yang paling romantis karena kesetiaan keduanya yang terus berdiri di tengah jatuh-bangun yang mereka alami bersama.

Habibie dan Ainun sejatinya adalah teman sekelas pada waktu SMA. Berawal dari “dijodoh-jodohkan” oleh gurunya, sepasang pecinta ini pada akhirnya benar-benar kepincut. Tapi mereka belum saling tertarik pada waktu itu, butuh tujuh tahun perpisahan untuk menyatukan kembali mereka.

Pulangnya Habibie dari Jerman menandakan pertemuan kembali Habibie dan Ainun. Mereka mulai dekat dan menikah pada 12 Mei 1962.

Baca juga: Kala Habibie Perlakukan Rupiah Seperti Pesawat Terbang

Berkeluarga di Jerman

Jerman adalah salah satu latar utama kisah cinta mereka. Pria yang akrab disapa Rudy sewaktu muda itu memboyong Ainun, istirnya, ke Jerman untuk menyelesaikan studi doktoralnya. Tiga tahun pertama pernikahan yang dihabiskan di Jerman tidaklah mudah. Semuanya serba pas-pasan. Habibie fokus mencari nafkah, meniti karier, sekaligus menyelesaikan studinya. Sementara Ainun bertugas mengurus anak dan rumah tangga.

Kehidupan yang pas-pasan memaksa keluarga Habibie dan Ainun menghemat. Habibie pun harus kerja sampai larut malam. Perjuangannya dalam bekerja pun tidak kenal mudah. Habibie harus berjalan kaki 15 km jauhnya setiap hari. Ia bisa saja memakai bus, tetapi, untuk menghemat biaya, Habibie memilih berjalan kaki. Karena berkilometer-kilometer jarak yang harus ia tempuh setiap harinya, sepatu milik Habibie suka jebol. Sepatu itu hanya ditambal ketika musim dingin datang saja.

Sementara si suami pergi bekerja, Ainun harus mengurus anak-anak mereka yang masih kecil. Ainun kesepian ketika ditinggal kerja Habibie karena tidak ada orang lain yang menjadi temannya. Walau kesepian, wanita tersebut memiliki komitmen besar untuk tidak menganggu perhatian suaminya ketika ia sedang bekerja. Karenanya, ia menjalani hidup secara mandiri.

Ketika sudah pulang pada malam harinya, kesepian itu hilang pada diri Ainun, sebab mereka bisa beraktivitas dalam satu ruangan. Pada malam yang melelahkan itu pula, pria kelahiran Parepare, 25 Juni 1936 itu harus lanjut menyelesaikan desertasinya.

Beban mereka berkurang ketika anaknya sudah lebih besar. Pasangan tersebut bisa menitipkan anak mereka ke pengasuhan. Karena tidak perlu repot-repot mengurus anaknya secara intens, Ainun bekerja sebagai dokter anak di rumah sakit di Hamburg untuk menambah pendapatan keluarga. Kombinasi pendapatan Habibie dan Ainun berbuah manis. Mereka dapat membeli tanah dan rumah di Kakerbeck.

Akan tetapi, badai kembali datang. Dua tahun setelah Ainun bekerja, anak bungsunya, Thareq, mengalami sakit keras. Oleh sebab itu, Ainun harus merawat anaknya. Ia merasa lalai mengurus anaknya sendiri, padahal setiap hari ia mengurus anak orang lain yang sakit.

Di sisi lain, perjuangan Habibie di Jerman juga berbuah manis. Ia berhasil lulus dengan gelar doktor teknik penerbangan di Technische Hochschule Die Facultaet Fuer Maschinenwesen Aachen, Jerman dengan predikat summa cum laude pada tahun 1965.

Dari buah kelulusannya itu pula, Habibie dapat bekerja di salah satu perusahaan dirgantara terbesar di Jerman, yaitu Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) di Hamburg. Sebelumnya, ia telah menolak tawaran dari perusahaan dirgantara sekaliber Boeing dan Airbus.

Selama bekerja di Messerchmitt pula Habibie menemukan teori yang berperan besar dalam dunia penerbangan. Teori thermodinamik, konstruksi, dan aerodinamik yang dikenal dengan julukan Teori Habibie, Metode Habibie, atau Habibie Factor. Teori itu berisi perhitungan mengenai progesi keretakan pada badan pesawat. Teori yang Habibie temukan inilah yang memberikan julukan Mr. Crack pada dirinya.

Pada 1973, Habibie kembali ke Indonesia setelah mendapat panggilan dari Soeharto, Presiden Indonesia di masa itu.

Baca juga: BJ Habibie, Sosok Inspiratif Bagi Generasi Muda Indonesia

Ainun Divonis Kanker

Pada 2010, Ainun mendapat vonis kanker ovarium stadium lanjut ketika sedang berada di Munchen, Jerman. Habibie yang sedang berada di Indonesia ingin segera terbang ke Jerman ketika mendengar kabar tersebut. Apalagi, Ainun juga ingin kembali ke Indonesia, “Saya tidak mau mati di luar negeri,” ucap Ainun kepada Habibie, dilansir dari Tirto.id.

Karena keberangkatannya sangat mendadak, Habibie sampai menelpon Kedutaan Besar Jerman di Jakarta agar segera dibuatkan visa. Pada akhirnya, sebelum sampai menginjakkan kaki ke tanah air, Ainun wafat pada tanggal 24 Maret 2010.

Kematian Ainun menjadi pukulan yang sangat berat bagi Habibie. Serangkaian masalah psikologis hinggap pada diri Habibie, yang itu juga dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya.

Dokter pun menyarankan agar Habibie menjalani suatu kegiatan agar ia memiliki kondisi psikologis yang stabil dan sehat secara fisik. Habibie pun memutuskan menulis memoar berjudul Habibie & Ainun yang terbit pada November 2010.

Sembilan tahun kemudian, pada 11 September 2019, Habibie menghembuskan napas terakhirnya, menyusul Ainun di keabadian.

Referensi:

  • https://koran-jakarta.com/kisah-saat-habibie-dan-ainun-hidup-miskin-di-negeri-jerman?page=all
  • https://www.grid.id/read/041850068/nekat-kuliah-di-jerman-tanpa-beasiswa-bj-habibie-sampai-rela-tinggal-di-pinggir-kota-hingga-mandi-2-kali-seminggu-demi-bisa-hemat?page=all
  • https://www.liputan6.com/health/read/4061413/komitmen-bj-habibie-dan-hasri-ainun-untuk-tidak-saling-meninggalkan
  • https://tirto.id/kisah-cinta-bj-habibie-dan-ainun-berawal-dari-obrolan-di-teras-ehWU
  • https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190913143240-106-430282/warga-kehormatan-jerman-dan-prestasi-habibie-di-kancah-dunia
  • https://www.maxmanroe.com/b-j-habibie.html

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

LG
KO
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini