Populernya Dawet Ayu dari Banjarnegara dari Lagu hingga Soeharto

Populernya Dawet Ayu dari Banjarnegara dari Lagu hingga Soeharto
info gambar utama

Dawet Ayu telah menjadi bagian dari keramaian Ibu Kota. Minuman ini bisa ditemukan di mana saja, selalu tampil mencolok hingga menarik perhatian. Biasanya para pedagang ini memiliki ciri khas yaitu kata-kata.

“Es Dawet Ayu Asli Banjarnegara.”

Ketua Dewan Kesenian Banjarnegara tahun 2011, Tjundaroso menyatakan dawet Banjarnegara menjadi terkenal karena lagu yang diciptakan seniman Banjarnegara bernama Bono yang berjudul Dawet Ayu Banjarnegara.

Kesegaran Dawet Ayu, Jejak Puluhan Tahun Urbanisasi Warga Banjarnegara

Hal ini ditambah pada tahun 1980-an, lagu ini dipopulerkan kembali oleh Grup Seni Calung dan Lawak Banyumas Peang Penjol yang terkenal di Karesidenan Banyumas pada era 1970-1980 an.

“Sejak itu kebanyakan orang di Karesidenan Banyumas mengenal dawet Banjarnegara dengan julukan dawet ayu,” paparnya yang dinukil Kompas.

Berasal dari keluarga

Ada versi lain soal kemunculan nama dawet ayu. Budayawan Ahmad Tohari mengatakan hal ini berdasarkan cerita tutur turun-temurun ketika ada sebuah keluarga yang berjualan dawet yang berjualan sejak awal abad ke-20.

“Generasi ketiga pedagang itu terkenal karena cantik. Maka, dawet yang dijual pun disebut orang sebagai dawet ayu,” kata Tohari.

3 Resep Bagea, Kue Tradisional Khas Indonesia Timur

Pernyataan dari Tohari ini ternyata juga sejalan dengan keterangan tokoh masyarakat Banyumas yakni, Kiai Haji Khatibul Umam Wiranu. Dirinya menyebut nama dawet ayu muncul dari pedagang bernama Munardjo.

“Disebutkan olehnya istrinya cantik sehingga disebut dawet ayu,” jelasnya.

Populer berkat Soeharto

Tetapi ada juga versi dari para penjual dawet ayu di alun-alun Banjarnegara. Mereka menyebut popularitas dawet ayu ini berkat jasa dan dorongan mantan Presiden Soeharto saat meresmikan instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mrica pada 1989.

Disebutkan saat itu Presiden Soeharto disuguhi minuman khas Banjarnegara yakni dawet. Lalu Presiden Soeharto bilang minuman ini seterusnya disebut saja dawet ayu agar semakin terkenal ke seluruh Indonesia.

Sedang Berdiet? Ini Menu Lokal Indonesia yang Ampuh dan Berserat Tinggi!

“Dengan demikian supaya disuguhkan di mana-mana supaya semakin terkenal ibu-ibu,” kata Niryati, penjaja dawet ayu mengikuti gaya Pak Harto.

Selain menyarankan nama dawet ayu, Niryati menyebutkan Pak Harto juga menganjurkan supaya hiasan ukiran sosok Semar dan Gareng terpampang di angkringan dawet ayu. Istilah mareng dalam bahasa Jawa artinya, musim kemarau.

“Jadi simbol Mareng, Semar dan Gareng adalah penanda ajakan untuk menghilangkan rasa dahaga (kering, mareng atau kemarau) dengan meminum dawet ayu,” ucapnya

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini