Mahasiswa KKN-PPM UGM Lakukan Penanaman 100 Bibit Pohon Mangrove di Raja Ampat

Mahasiswa KKN-PPM UGM Lakukan Penanaman 100 Bibit Pohon Mangrove di Raja Ampat
info gambar utama

Sabtu (8/7), Mahasiswa KKN-PPM UGM menanam 100 Pohon Mangrove di Pesisir Pantai Distrik Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat. Kegiatan penanaman Mangrove ini dilakukan di 2 wilayah tugas KKN-PPM UGM, yakni Kampung Warsambin dan Kampung Mumes. Kegiatan ini dilakukan oleh 30 orang mahasiswa KKN dengan melibatkan masyarakat beserta dinas terkait seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Penanaman mangrove dilakukan sebagai upaya pelestarian mangrove dalam optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam lokal di wilayah Teluk Mayalibit. Penanaman ini diharapkan dapat membawa manfaat dalam menjaga ekosistem perairan antara pesisir dan laut yang ada di Kampung Mumes dan Warsambin.

Hal yang melatarbelakangi penanaman mangrove oleh mahasiswa KKN UGM adalah adanya potensi besar kedua kampung sebagai tempat wisata sehingga pengoptimalan daerah pesisir pantai dapat dilakukan dengan menjaga kelestarian tanaman mangrove.

Perayaan Kuno yang Menyatu dalam Jejak Waktu: Kisah Tradisi Kenduri Suroan

Penanaman mangrove ini juga dilakukan sebagai bentuk dari pelestarian hutan di kawasan Teluk Mayalibit. Berbeda dengan daerah lain, kabupaten Raja Ampat sendiri memiliki banyak kawasan hutan mangrove yang perlu dijaga dan dilestarikan.

“Penanaman mangrove ini dilakukan untuk mencegah kelestarian mangrove di kampung warsambin yang saat ini jumlahnya sudah mulai berkurang. Tanaman mangrove dapat menjadi potensi besar sebagai tempat wisata misalnya sebagai objek pemandangan. Lestarikan mangrove untuk keberlangsungan karena manfaatnya banyak sampai anak cucu kita nanti,” tutur Jihan selaku penanggung jawab penanaman mangrove, salah satu anggota tim KKN subunit Warsambin.

Sebelum melakukan kegiatan penanaman, beberapa anggota tim KKN-PPM UGM terjun secara langsung untuk belajar menanam dan mengambil bibit mangrove. Kegiatan ini dilakukan di Pulau Friwen, Waigeo Selatan yang masyarakatnya sudah lebih aktif dan telah bersinergi dengan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam melakukan kegiatan pelestarian mangrove.

Untuk mengambil 100 bibit mangrove, tim KKN-PPM UGM Raja Ampat perlu menyusuri laut menggunakan perahu motor dengan waktu tempuh kurang lebih 2-3 jam. Ketersediaan 100 bibit mangrove di pulau Friwen adalah hasil dari kerja sama antara mahasiswa KKN dengan Kelompok Tani Mangrove Kampung Friwen.

Teknik penanaman yang digunakan di Kampung Warsambin dan Mumes berbeda karena kondisi alam yang ada di kampung mumes membutuhkan sentuhan khusus. Hal ini karena pesisir di Kampung Mumes memiliki ombak yang jauh lebih besar dibandingkan ombak di Kampung Warsambin.

Teknik penanaman yang digunakan di mumes ada 2 macam, yaitu bambu berpot dan rumpun berjarak. Teknik ini dirasa tepat digunakan bagi penanaman di kampung mumes mengingat beberapa hal yang membuat bibit mangrove rentan untuk ditanam, seperti jenis tanah yang berbeda, substrat pasir berlumpur, adanya pasang surut air laut, dan ikan-ikan di sekitar pantai yang dapat memakan bibit mangrove.

Mitos Malam Satu Suro dan Tradisi Awal Tahun Penanggalan Jawa

“Mekanisme yang digunakan adalah bibit mangrove ditutupi di suatu kayu atau ajir bambu yang dibuat bentuk segitiga. Kayu atau ajir bambu digunakan untuk melindungi bibit dari ombak, karena melihat ombak yang ada di Kampung Mumes cukup kencang akibat angin selatan,” terang Asdi,penanggung jawab penanaman mangrove sekaligus salah satu anggota KKN subunit Mumes.

Penanaman mangrove ini diharapkan dapat memberi manfaat baik seperti melindungi dan mencegah kawasan pesisir pantai dari abrasi serta menjadi tempat ekowisata bagi warga setempat dan turis luar. Selain itu, tim KKN-PPM UGM Raja Ampat juga berharap kegiatan ini dapat terus dilakukan secara berkala untuk menjaga kelestarian mangrove di wilayah Kampung Mumes dan Kampung Warsambin.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KU
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini