Tradisi Masyarakat Adat Sunda Wiwitan di Kampung Cireundeu

Tradisi Masyarakat Adat Sunda Wiwitan di Kampung Cireundeu
info gambar utama

Tradisi merupakan suatu kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan dan rutin dilakukan oleh suatu masyarakat tertentu yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut. Indonesia memiliki keanekaragaman tradisi di setiap masyarakat di berbagai daerah.

Seperti di pulau Jawa sendiri, banyak tradisi yang dimiliki oleh berbagai masyarakat yang tersebar di di sana. Di Banten ada suku Baduy. Mereka punya tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyangnya, di mana tradisi tersebut disebut tradisi pikukuh yang merupakan aturan adat dan ajaran yang harus dipatuhi oleh setiap masyarakat Baduy. Di Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah, ada tradisi khas Kejawen yang kental akan masyarakat Jawa dan hal mistisisme serta sesajen.

Lalu, di Jawa Barat terdapat masyarakat Sunda Wiwitan, mereka tersebar di berbagai daerah seperti Kuningan yang menjadi pusat ajarannya, Garut, Ciamis, Cireundeu (Cimahi). Tradisi masyarakat Sunda Wiwitan di berbagai daerah tersebut memiliki kesinambungan dan keselarasan satu sama lain. Hal tersebut karena mereka masih satu ajaran dan aliran, yaitu Warga Adat Karuhun Urang (AKUR) yang pusatnya berada di Cigugur, Kuningan.

Meskipun demikian, setiap daerah tetap memiliki ciri khas dan perbedaan tradisi tertentu. Hal tersebut karena perbedaan lokasi dan kebiasaan serta kondisi masyarakat di lokasi mereka tinggal. Seperti halnya di Kampung Cireundeu, Cimahi yang memiliki keunikan sendiri dibanding dengan masyarakat lainnya, khususnya masyarakat adat Sunda Wiwitan yang tersebar di beberapa daerah.

Memulihkan Masa Lalu: Keluarga Miliarder AS Kembalikan Artefak ke Kamboja

Makanan Unik Khas Kampung Cireundeu

Masyarakat Adat Sunda Wiwitan di Kampung Cireundeu punya tradisi unik, yaitu warganya menggunakan singkong sebagai makanan pokok mereka. Singkong digunakan sebagai bahan makanan pokok pengganti beras yang merupakan makanan pokok khas masyarakat Indonesia. Singkong tersebut diolah menjadi olahan rasi yang bentuknya seperti butiran nasi.

Masyarakat Adat Sunda Wiwitan sudah sejak lama kurang lebih hampir 100 tahun atau satu abad melakukan hal tersebut dan sudah menjadi tradisi yang turun temurun dipertahankan oleh warganya.

Rasi merupakan beras yang terbuat dari singkong yang dijadikan sebagai makanan pokok bagi warga Adat Sunda Wiwitan Kampung Cireundeu
info gambar

Tradisi tersebut menjadi suatu keunikan tersendiri bagi masyarakat Adat Sunda Wiwitan di Kampung Cireundeu dan menjadi daya tarik bagi orang luar atau pengunjung untuk datang ke Kampung Cireundeu. Sudah banyak masyarakat luar yang datang karena adanya keunikan itu. Mulai dari mahasiswa dari berbagai daerah dan universitas, wisatawan lokal bahkan turis asing.

Oleh karena itu, Kampung Cireundeu saat ini dijuluki sebagai Kampung Wisata Ketahanan Pangan. Karena terkenal akan kehebatan warganya dalam mengolah ketahanan pangan selain padi atau beras, yaitu singkong.

Toleransi Antar Warga

Di Kampung Cireundeu, tidak hanya warga adat Sunda Wiwitan saja yang ada di sana. Mereka hidup berdampingan dengan warga Muslim. Justru warga Muslim menjadi penduduk terbanyak atau mayoritas di Kampung tersebut. Namun karena keunikan dan berbagai tradisi yang dimiliki Kampung Cireundeu itu berasal dari masyarakat Adat Sunda Wiwitan, jadi mereka yang lebih dikenal oleh orang luar dan menjadi tujuan bagi orang-orang yang datang untuk mengunjungi Kampung Cireundeu.

Meskipun di Kampung Cireundeu terdapat keberagaman kepercayaan pada masyarakatnya, mereka tidak pernah konflik satu sama lain. Itulah yang seharusnya patut dicontoh oleh masyarakat Indonesia lainnya, agar bisa saling menghargai setiap perbedaan yang ada dan hidup rukun saling berdampingan untuk mencapai kehidupan yang tentram dan damai.

Tradisi yang terdapat di Kampung Cireundeu tidak hanya tradisi makanan pokok rasi saja, tetapi ada juga berbagai tradisi yang dilakukan di kampung tersebut, khususnya oleh warga Adat Sunda Wiwitan. Seperti tradisi "Tutup Taun Ngemban Taun", yaitu tradisi yang memperingati satu sura Saka Sunda.

Mengenal Kabinet Burhanuddin Harahap: Latar Belakang, Anggota, dan Program Kerja

Tradisi ini merupakan tradisi upacara adat yang dilakukan oleh warga Adat Sunda Wiwitan di Kampung Cireundeu. Dalam upacara adat tersebut, ditampilkan berbagai kesenian dan disajikan berbagai makanan seperti tumpeng dari rasi, beubeutian atau segala sayuran atau buah-buahan hasil panen para warga disajikan saat upacara adat tersebut.

Tradisi itu juga mengundang ketertarikan pada warga luar ataupun wisatawan untuk datang melihat acara tersebut. Acara yang dilakukan satu kali dalam setahun itu memiliki daya tarik tersendiri.

Tradisi Tutup Taun Ngemban Taun Satu Sura Saka Sunda
info gambar

Di tengah himputan modernitas kota Cimahi dan Kota Bandung, Kampung Cireundeu dengan adanya warga Adat Sunda Wiwitan masih teguh dalam menjaga berbagai tradisi dan adat istiadat yang dipunyai. Meskipun demikian, mereka memiliki tantangan tersendiri untuk mempertahankan tradisi yang sudah lama mereka miliki tersebut.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini