Kreasi Warga, Dirikan UMKM Pengubah Limbah Kaca menjadi Produk Bernilai Mewah

Kreasi Warga, Dirikan UMKM Pengubah Limbah Kaca menjadi Produk Bernilai Mewah
info gambar utama

Persoalan limbah sampah memang seolah tidak ada habisnya. Plastik berserakan, botol berceceran, hingga kertas yang menumpuk menjadi pemandangan sehari-hari yang dibiarkan begitu saja oleh masyarakat. Namun, hal itu tidak terjadi pada Suyanto, pria kelahiran Bantul yang justru merasa tertantang untuk mengubah limbah kaca menjadi sebuah produk kerajinan melalui usaha yang ia beri nama Surya Citra Mozaik.

Penamaan Surya Citra Mozaik diambil dari nama kedua anaknya, Surya dan Citra, yang kemudian juga menjadi salah satu ciri khas dari produk mereka. “Ciri khas dari Surya Citra sesuai dengan namanya. Surya itu matahari, Citra itu gambar, jadi harus ada gambar mataharinya,” ujar pria 60 tahun itu.

Mozaik sendiri dipilih sebagai nuansa dalam produk yang ia buat karena memunculkan kesan memperbaiki, sesuai dengan bahan yang ia gunakan yakni potongan kaca. “Sepemahaman saya, mozaik itu artinya barang-barang berserakan yang kemudian kita gabungkan lagi, kita olah,” tambahnya.

Menanam Mimpi bersama Siswa-Siswi di Wringinputih, Borobudur

Suyanto sengaja menggunakan limbah kaca sebagai bahan utama pembuatan kerajinan karena sifatnya yang anorganik dan tidak akan berubah wujud hingga kapan pun. Menurutnya, limbah kaca yang dibiarkan di sembarang tempat akan memunculkan masalah, baik untuk orang lain maupun untuk diri sendiri. Selain itu, melalui produk kerajinannya, ia berharap dapat mengubah pandangan masyarakat terhadap limbah pecahan kaca yang kerap dianggap berbahaya dan mengkhawatirkan.

Hasil dari Kebebasan Berkarya

Suyanto (60) sedang menunjukkan salah satu hasil produk kerajinan kaca Surya Citra Mozaik
info gambar

Usaha yang ia rintis bersama sang istri mulai berdiri sejak tahun 2010, setelah Suyanto resmi mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia mengatakan, pengalamannya selama hampir dua dekade bekerja di perusahaan aksesoris dan manufaktur membuat ia nekat membuka usaha sendiri. “Saya 19 tahun jadi karyawan di perusahaan aksesoris dan perusahaan manufaktur, tapi dalam hati saya berontaknya karena monoton, saya nggak ngerasa bebas,” tuturnya.

Berbagai jenis dan bentuk potongan kaca dirangkai oleh Suyanto menjadi produk-produk home decor fungsional unik di workshop-nya yang bertempat di Dusun Semoyan, Singosaren, Banguntapan, Bantul. Daerah Istimewa Yogyakarta. Setidaknya ada 20 macam item produk yang pernah diproduksi oleh Surya Citra Mozaik, antara lain: vas bunga, tempat air mineral, tatakan gelas, cermin, kotak tisu, bingkai foto, hiasan dinding, tempat sabun, jam dinding, kaligrafi, dan masih banyak lagi.

Keunikan konsep dan hasil karya produknya membuat Suyanto sering sekali mendapat pesanan produk, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Harga yang ditawarkan melalui produknya juga beraneka ragam, mulai dari Rp15.000,- hingga jutaan rupiah. Untuk produk pesanan sendiri, Suyanto bisa mengantongi hingga belasan juta rupiah per item tergantung pada kesulitan model dan proses produksi yang harus ia lakukan.

Maksimalkan Potensi Budaya dan Pangan Lokal, Desa Giritengah Selenggarakan Pasar Budaya

Daur Ulang Limbah Kaca

Suyanto menunjukkan proses pembuatan kerajinan kaca di Surya Citra Mozaik
info gambar

Semua bahan yang ia pakai merupakan bahan daur ulang dari limbah anorganik masyarakat. Kaca yang ia gunakan dalam produknya diperoleh dari hasil mutualisme dengan orang-orang di sekitarnya yang membuang kaca. Ia juga menggunakan sisa mebel untuk suplai kayu yang akan ia pakai sebagai rangka dan media penempelan kaca. Limbah kaca dan kayu yang ia dapat kemudian diolah menjadi produk kerajinan yang unik dan indah.

Proses produksi kerajinan kaca ini sendiri dimulai dengan proses perencanaan produk. Menurutnya, sebelum suatu produk kerajinan dibuat, perencanaan produk harus dipikirkan matang-matang supaya tidak menghambat proses pembuatan. “Sebelum mengerjakan (produk) harus punya gambaran nanti setelah jadi seperti apa. Ini yang tidak mudah (karena) tidak semua pengrajin, tidak setiap tenaga kerja, paham,” ucapnya.

Setelah desain dan motif produk ditentukan, proses selanjutnya adalah pengukuran dan pemotongan kaca. Di proses ini, setiap motif, ukuran, jumlah dan peletakan kaca harus diperhitungkan sebaik dan setepat mungkin untuk menghindari adanya sisa berlebih maupun kekurangan bahan. Kaca-kaca yang ditempelkan juga diberi warna agar terlihat lebih indah. Proses pemberian warna dapat dilakukan sebelum pemotongan maupun setelah pemotongan kaca.

Setelah itu, potongan-potongan kaca ditempelkan pada media produk yang akan dibuat sesuai desain awal. Untuk menempelkan potongan kaca, Suyanto menggunakan lima jenis lem berbeda sesuai dengan karakteristik masing-masing. Penggunaan berbagai jenis lem membuat proses penempelan kaca berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

Setelah potongan kaca ditempelkan, celah-celah di antara kaca pun diisi menggunakan semen putih agar rata. Proses ini dapat dilakukan berkali-kali hingga mencapai ketinggian yang seimbang. Selanjutnya, potongan kaca yang sudah tersusun akan masuk ke proses pengeringan dan finishing. Suyanto membutuhkan waktu setidaknya tiga hari produksi untuk menghasilkan satu produk jadi. Menurut penuturannya, proses tersebut tidak bisa diburu-buru karena akan memengaruhi hasil produk.

Opak Sumedang Emak Emoh dan Perbedaan Etos Kerja Antar Generasi

Suyanto mengatakan bahwa potensi kerajinan kaca masih besar dan prospek. Ia menuturkan produknya banyak diminati oleh kelas menengah ke atas, bahkan juga diminati oleh konsumen mancanegara. Ia percaya diri dengan kemampuan dan keterampilan yang ia dapatkan sebagai hasil dari jam terbangnya selama ini. Apalagi menurutnya, untuk memulai usaha kerajinan kaca tidak membutuhkan modal yang banyak.

“Modal utama kegiatan saya itu sabar. Bukan masalah finansial, bukan masalah investasinya, tapi modal utamanya sabar. Kalau nggak sabar nggak jadi. Modal utamanya sabar, telaten, kreatif, sama ada sedikit kerapian nilai seninya, itu harus dimiliki,” ujar Suyanto.

Ia juga mengatakan bahwa ketertarikan pada kerajinan menjadi poin penting yang harus dimiliki. “Kalau nggak ada interest-nya, ya, nggak mungkin jadi (produk kerajinan),” pungkasnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KB
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini