Susur Gedong Cai Tjibadak, Seabad Jadi Sumber Air Masyarakat Bandung

Susur Gedong Cai Tjibadak, Seabad Jadi Sumber Air Masyarakat Bandung
info gambar utama

Mata air menjadi salah satu unsur kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Karena itu pada 13 Mei 1920, Bataviaasch Nieuwsblad melaporkan bahwa air menjadi masalah serius di kota-kota utama di Hindia Belanda seiring bertambahnya penduduk.

Karena itulah Wali Kota Bandung saat itu, TN Bertus Coop mengaku telah menampung banyak sekali keluhan warga. Agar bisa memasok kebutuhan air bagi warga Kota Bandung, satu-satunya jalan adalah mencari sumber air yang jauh lebih tinggi.

“Pilihan yang paling tepat jatuh pada Cibadak, karena posisinya dianggap paling dekat dengan sumber air yang nantinya akan ditampung di tempat tersebut,” tulis Merrina Listiandari dalam Gedong Cai Cibadak, Riwayat “Ledeng” Pertama Kota Bandung yang dimuat Bandung Bergerak.

Iduladha 1932 tak Libur, Warga Bandung Marah kepada Pemerintah Kompeni

Diperkirakan ketika itu sumber airnya yang ditampung di Cibadak berasal dari wilayah Cihideung atau Sukawana, kaki Gunung Tangkuban Perahu, Lembang kini. Air yang ditangkap dari sumber tersebut kemudian dialirkan pada 3 kolam berbeda.

“Sehingga air yang masuk ke dalam sumur tersebut disaring agar jernih dan steril sehingga air yang disalurkan ke rumah-rumah penduduk bisa langsung diminum tanpa proses apapun,” paparnya.

Diresmikan dengan wayang

Wali Kota Bertus Coops kemudian meresmikan Gedong Cai Cibadak pada Kamis 29 Desember 1921. Beragam kegiatan dilakukan untuk meresmikan acara tersebut mulai dari makan-makan hingga pertunjukan wayang.

Perhelatan yang dimuat oleh koran De Preanger Bode itu langsung dikutip oleh banyak surat kabar lain. Surat kabar itu cukup bangga karena akhirnya Kota Bandung tak lagi kekurangan pasokan air.

“Saat itu Bandung, tak lagi kekurangan pasokan air bersih. Bukan saja perumahan penduduk, namun air dari Tjibadak Bron, tersebut ikut membantu mengairi ladang dan kebun milik penduduk di sekitarnya,” jelasnya.

Dipati Ukur, Perjalanan Hidup Pemberontak yang Ditumpas oleh Mataram

Air yang melimpah ini disadap dan dialirkan melalui saluran pipa-pipa besar ke kawasan masyarakat. Pipa-pipa saluran berukuran besar yang melintang inilah yang kemudian menjadi cikal bakal munculnya nama ledeng.

Hal yang menarik adalah warga yang tidak teraliri mata air, mereka harus membeli air di tempat pam air berbeda. Fasilitas tersebut menjadi salah satu pendapatan kota sejak tahun 1924-1950-an.

“Ini tuh sebenarnya bayar juga, corsen kalau kata orang pribumi dulu. Ngocor sa-sen, masukan koin dalam satu sen ke mesin,” kata Pegiat Komunitas Aleut Ariyono Wahyu Widjadjadi yang dinukil dari Detik.

Masih berfungsi

Dirut PDAM Tirta Wening, Soni Salimi menjelaskan bahwa Gedung Cai Tjibadak telah dikelola oleh pihaknya sejak tahun 1977. Tetapi saat ini debit air dari tempat bersejarah itu sudah menurun hingga 50 persen.

“Itu mulai dikelola sebesar 50 liter per detik. Hari ini debit tercatat di awal tahun, 22 liter per detik. Jadi sudah 50 persen kurang,” tuturnya.

Sumber air tersebut saat ini berjasa mengalirkan air kepada 800 pelanggan di wilayah Cipaku dan Ciumbuleuit di Kota Bandung. Dirinya pun mengapresiasi masyarakat sekitar yang selalu mengingatkan PDAM bila terjadi sesuatu.

Institut Pasteur Dr Sardjito dan Perjuangan Tenaga Kesehatan bagi Kemerdekaan

Sementara itu, Ketua Cinta Alam Indonesia (CAI) Kota Bandung, Yadi Supriadi menyampaikan bangunan tersebut termasuk warisan yang memiliki nilai sejarah. Karena itu perlu ada kolaborasi untuk mempertahankan bangunan ini.

“Tentu saja konservasi harus dipelihara sebagai warisan untuk turunan kami ke depan,” tambahnya.

Referensi:

  • Bandung Bergerak, Gedong Cai Cibadak, Riwayat “Ledeng” Pertama Kota Bandung
    https://bandungbergerak.id/article/detail/1594/gedong-cai-cibadak-riwayat-ledeng-pertama-kota-bandung
  • Detik, Hikayat 'Tjibadak 1921' dan Budaya Beli Air Tempo Dulu di Bandung
    https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5157683/hikayat-tjibadak-1921-dan-budaya-beli-air-tempo-dulu-di-bandung.


Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

RK
SA
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini