Meski Ekonomi Global Melambat, Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Stabil

Meski Ekonomi Global Melambat, Neraca Perdagangan Indonesia Tetap Stabil
info gambar utama

Selama triwulan II 2023, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukkan ketahanan yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian global yang berkelanjutan.

Meskipun kondisi harga komoditas menurun dan ekonomi global melambat, kinerja NPI tetap terjaga dengan baik.

Defisit transaksi berjalan, yang merupakan indikator utama dalam NPI, berhasil tetap rendah berkat penurunan harga komoditas yang lebih rendah dan pertumbuhan permintaan domestik yang lebih tinggi.

Di samping itu, kondisi perlambatan ekonomi global juga mempengaruhi transaksi modal dan finansial, yang mencatat defisit yang masih terkendali. Ketidakpastian di pasar keuangan global menjadi faktor yang mempengaruhi keseimbangan dalam transaksi ini.

Pada periode tersebut, NPI mencatat defisit sebesar 7,4 miliar dolar AS. Namun, cadangan devisa Indonesia tetap tinggi pada akhir Juni, mencapai 137,5 miliar dolar AS.

Angka ini setara dengan pembiayaan impor selama enam bulan ke depan, serta pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Siap-siap! Pariwisata RI Makin Moncer di Wonderful Indonesia Tourism Fair 2024

Cadangan devisa yang mencukupi ini juga melebihi standar internasional yang umumnya direkomendasikan sekitar tiga bulan impor.

Transaksi berjalan, yang mencakup neraca perdagangan barang dan jasa, mencatat defisit rendah sebesar 1,9 miliar dolar AS pada triwulan II.

Angka ini menyusul surplus sebesar 3,0 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Meskipun surplus neraca perdagangan nonmigas masih ada, angkanya lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Hal ini terjadi karena ekspor nonmigas yang menurun sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Di sisi lain, impor terbatas karena membaiknya aktivitas ekonomi domestik.

Pemerintah Anggarkan Rp422,7 Triliun untuk Pembangunan Infrastruktur 2024

Namun, ada juga sejumlah tantangan. Defisit neraca perdagangan migas meningkat, terutama karena kenaikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang berkaitan dengan naiknya mobilitas dan perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).

Defisit juga terjadi pada neraca jasa dan neraca pendapatan primer, yang mencerminkan peningkatan ekonomi domestik dan pembayaran dividen pada periode tersebut.

Transaksi modal dan finansial tetap terkendali berkat investasi langsung yang kuat, meskipun pasar keuangan global masih dipenuhi oleh ketidakpastian.

Investasi langsung tetap kuat, sehingga menciptakan surplus. Namun, investasi portofolio dan investasi lainnya mengalami defisit akibat kenaikan ketidakpastian di pasar keuangan global serta peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri yang jatuh tempo sesuai dengan pola kuartalan.

Dengan perkembangan ini, transaksi modal dan finansial di triwulan II 2023 mengalami defisit sebesar 5,0 miliar dolar AS (1,4% dari PDB), setelah pada triwulan sebelumnya mencatat surplus sebesar 3,7 miliar dolar AS (1,1% dari PDB).

Bank Indonesia memberikan penilaian positif terhadap kinerja NPI pada triwulan II 2023, yang memberikan kontribusi penting terhadap ketahanan eksternal Indonesia.

Bank sentral juga menegaskan komitmennya untuk terus memantau perkembangan ekonomi global yang dapat mempengaruhi prospek NPI. Respons kebijakan yang komprehensif dan sinergi antara Bank Indonesia, Pemerintah, dan otoritas terkait tetap menjadi landasan dalam memperkuat ketahanan sektor eksternal di masa depan.

Anggaran Bertambah Rp8 Triliun, Bansos Beras Lanjut sampai Akhir 2023

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Muhammad Fazer Mileneo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Muhammad Fazer Mileneo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini