Rencana Merger Garuda Cs, Ini Dampaknya bagi Maskapai Indonesia

Rencana Merger Garuda Cs, Ini Dampaknya bagi Maskapai Indonesia
info gambar utama

Pemerintah RI berencana menggabungkan tiga maskapai penerbangan milik negara, yaitu Garuda Indonesia—pemegang rekor awak kabin terbaik di dunia, Citilink bertarif rendah, dan Pelita Air milik perusahaan migas negara, Pertamina.

Wacana merger ini muncul setahun usai PT Garuda Indonesia (Persero) lolos dari kepailitan setelah hakim mengabulkan Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada 17 Juni 2022. Sebanyak 347 atau 95,07 persen kreditur konkuren yang hadir setuju untuk merestrukturisasi utang Garuda sebesar Rp 142,5 triliun.

CEO Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan bahwa rencana merger sedang dalam proses diskusi intensif antara pihak terkait.

Meski sederet pengamat memandang langkah tersebut bukan solusi yang tepat, tapi pemerintah punya alasan tersendiri untuk mengkaji penggabungan Garuda yang prestisius dengan dua maskapai kelas menengah. Rencana ini pun tentu akan berdampak bagi maskapai nasional Indonesia.

Garuda Indonesia Gaet Penghargaan "The World’s Best Airline Cabin Crew" Skytrax Lagi!

Kurangi biaya logistik

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) RI Erick Thohir mengungkapkan bahwa rencana penggabungan Garuda Cs yang dia inisiasi bertujuan untuk meningkatkan layanan dan mengurangi biaya logistik.

"BUMN terus menekan logistic cost," kata Erick dalam siaran pers pada Selasa (22/8/2023).

Menurutnya, penurunan biaya logistik bisa meringankan beban pelaku bisnis. Selain itu, merger ketiga perusahaan tersebut diharapkan mampu membuat industri penerbangan Indonesia semakin kuat.

Dia menuturkan, rencana penggabungan tiga maskapai itu merupakan lanjutan dari program efisiensi BUMN yang telah terlaksana sejak dua tahun lalu. Pada 1 Oktober 2021, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, II, III, dan IV, digabung menjadi satu perusahaan.

Kata Erick, langkah itu berhasil mengurangi biaya logistik hingga setengahnya, yakni dari 23 persen menjadi 11 persen.

“Kita juga dorong Pelita Air, Citilink, dan Garuda Indonesia, untuk turunkan biayanya juga," ucapnya.

Bukan Garuda Indonesia, Inilah Maskapai Pertama Tanah Air

Selamatkan maskapai “pembawa bendera” nasional

Erick menyebut merger tiga maskapai BUMN itu sebagai upaya pemerintah untuk mempertahankan Garuda Indonesia yang selamat dari kebangkrutan. Hal ini penting karena Garuda lahir sebagai maskapai flag carrier (pembawa bendera) milik Indonesia.

Ketika Garuda masih diperjuangkan pada persidangan paling rumit dalam sejarah koperasi Indonesia, kata dia, pihaknya mempersiapkan Pelita Air untuk menggantikannya apabila tidak terselamatkan.

Capai target jumlah pesawat nasional

Erick melanjutkan, penggabungan Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air, dilakukan untuk memenuhi target jumlah pesawat nasional. Saat ini, kata dia, Indonesia baru memiliki 550 unit pesawat, padahal negara ini membutuhkan 729 pesawat, kurang 200 unit. Maka dari itu, penggabungan tiga maskapai tersebut diharapkan bisa mengatasi ketertinggalan jumlah pesawat nasional.

Dia membandingkan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) yang memiliki 7.200 pesawat rute domestik. Populasi negara itu berjumlah 300 juta jiwa dengan rata-rata pendapatan per kapita (GDP) 40 ribu dolar AS. Sementara itu, Indonesia dihuni 280 juta penduduk dengan GDP 4.700 dolar AS.

Maskapai Paling Tepat Waktu di Dunia, Garuda Indonesia Juaranya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Afdal Hasan lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Afdal Hasan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini