Cerita Keperkasaan Wanita Penambang Pasir di Sungai Bengawan Solo

Cerita Keperkasaan Wanita Penambang Pasir di Sungai Bengawan Solo
info gambar utama

Para perempuan perkasa hidup pinggiran Sungai Bengawan Solo, Jawa Tengah. Mereka biasanya ikut membantu suami atau bekerja sendiri mencari nafkah dengan cara menambang pasir.

Salah satunya adalah Tugiyem (50) yang tampak berupaya sekuat tenaga menggendong sebakul pasir seberat lebih kurang 60 kilogram dari tepi kali ke tempat yang tinggi. Dengan tertatih-tatih menapaki jalan menanjak sejauh 50 meter ke tempat penimbunan akhir pasir.

Menyusuri Kejayaan dan Kelestarian Alam dalam Festival Getek Bengawan Solo

Meski tampak letih dan napasnya terengah-engah, Tugiyem tak beristirahat. Bahkan setelah menuangkan pasir di penimbunan, yang sudah menggunung dan siap dipindahkan ke truk pengangkut pasir, dia meraih bakul (tomblok) serta kembali ke tepi kali.

“Kami tidak punya lahan usaha tani kecuali rumah dan pekarangan. Suami sudah lima tahun mengambil pasir di sini, sedangkan saya baru setahun membantunya,” katanya yang dimuat Kompas.

Dimulai pukul 08.00

Pemandangan serupa terlihat pula di Dusun Kembu, Desa Waru, Kebakkramat, Karanganyar. Di tengah terik matahari yang terasa membakar kulit, dua perempuan yang berumur hampir separuh baya saat itu tak henti-hentinya mengangkat pasir.

Suryani (54) dan Sukiyem (40) demikian nama kedua perempuan itu mengatakan, kegiatan itu biasanya mereka lakukan mulai pagi. “Pukul 08.00 kami telah berada di tepi sungai, mengangkat pasir yang telah ditimbun penambangan pasir di tepi sungai,” ujarnya.

Melacak Jejak Bengawan Solo: Peran dalam Kehidupan Masyarakat Jawa

Tidak jauh dari kedua ibu itu, para laki-laki akan menyelam ke dasar sungai yang dalamnya sekitar tiga meter. Para penambang pasar tersebut tidak lain adalah warga setempat yang juga anggota keluarga perempuan-perempuan pengangkut pasir.

“Suami saya menyelam lalu mengambil pasir dari dalam kali. Tugas saya mengangkat dari tepi kali dan mengumpulkan ke dekat jalan,” ujar Sukiyem.

Tak perlu modal

Warga memilih mencari pasir sebagai pencarian utama karena tak memerlukan modal uang. Cukup dengan peralatan sederhana dan menyelam ke dasar sungai, pasir pun terkumpul dan menghasilkan.

Di Ngrampal, jasa perempuan-perempuan pengangkut pasir dihargai Rp100 - Rp200 per bakul. Upah suami mereka, seperti dituturkan Rp14.000 per perahu. Jasa perempuan dan suaminya itu diberikan oleh cukong atau penadah pasir.

Misteri Onggo-Inggi, Siluman Air Penghuni Bengawan Solo yang Sering Minta Tumbal

Dalam sehari, kata Sayem yang sudah menggeluti pekerjaan itu selama 10 tahun, dia bisa memindahkan 50-70 bakul pasir yang masing-masing beratnya 50 kilogram. Dirinya mengaku bisa mengangkut 70 bakul sehari.

“Kalau sudah terkumpul satu truk, bisa laku dijual Rp250.000,” kata Sukiyem.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini