Mahasiswa Universitas Brawijaya Temukan Manfaat Kulit Delima untuk Gigi, Apa Itu?

Mahasiswa Universitas Brawijaya Temukan Manfaat Kulit Delima untuk Gigi, Apa Itu?
info gambar utama

Halo, Kawan GNFI! Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah serius yang harus dibenahi di Indonesia.

Menurut Kemenkes dalam Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2018 menyatakan bahwa 45,3 persen dari jumlah masalah gigi dan mulut di Indonesia adalah gigi rusak, berlubang, hingga sakit.

Gigi berlubang yang parah mengakibatkan akar gigi dapat terkontaminasi oleh bakteri yang membuat gigi bisa menjadi mati. Karies gigi atau gigi berlubang merupakan penyakit pada jaringan gigi yang dimulai pada permukaan dan meluas ke arah pulpa atau saraf gigi.

Karies gigi bisa dialami oleh semua individu dan dapat menyerang beberapa permukaan gigi dan dapat meluas semakin dalam, misalnya dari enamel hingga menuju pulpa.

Baca juga: Semakin Terdepan: Asia Tenggara dalam Global Innovation Index 2023

Melihat hal tersebut, melalui riset ilmiah dan penerapan ilmu pengetahuan teknologi, lima mahasiswa Universitas Brawijaya, yaitu Monica Annasthasia Handoko (Fakultas Kedokteran Gigi 2021), Alya Faytza Azzahra (Fakultas Kedokteran Gigi 2021), Marsha Seruni Agam (Fakultas Kedokteran Gigi 2021), Kelly Vidya Chandra (Farmasi 2020), dan Raysya Aulia Putri (Farmasi 2020) dengan bimbingan drg. Rahmavidyanti, Sp. KG (Dosen Fakultas Kedokteran Gigi) mewujudkan suatu inovasi baru dalam bidang kedokteran gigi dengan memanfaatkan kulit buah delima untuk masalah perawatan ruang pulpa dan saluran akar.

Perlakuan Pada Hewa Coba
info gambar

Delima merupakan salah satu buah yang sering dijumpai di Indonesia. Meskipun demikian, tidak banyak masyarakat yang tahu bahwa kulit buah delima memiliki banyak manfaat, sehingga dibuang begitu saja dan menjadi limbah rumah tangga.

Anti-bakteri dan kandungan asam elagat dari kulit buah delima menjadi alasan utama Monica dan tim memanfaatkan kulit buah delima. Kandungan anti-bakteri sangat berperan aktif dalam menjaga kevitalan suatu gigi.

Kulit buah delima awalnya dibuat menjadi cairan ekstrak. Kemudian setelah melalui proses uji laboratorium akan terlihat bahwa terdapat kandungan asam elagat di dalamnya. Setelah itu, proses ini dilanjutkan dengan pembuatan hidrogel dari kitosan yang terkandung di dalam kulit udang. Kemudian bahan PCL dibuat 3D printing yang nantinya akan dilakukan deep coating bersama dengan hidrogel ekstrak kulit buah delima.

Baca juga: Akhir Tahun Jumlah Nyamuk Makin Bertambah, Apa Penjelasan Ilmiahnya?

Selain itu, inovasi untuk menggantikan scaffold pada perawatan pulpa gigi atau regenerative endodontik yang pada mulanya berupa bekuan darah platelet rich plasma (PRP) dan platelet rich fibrin (PRF) digantikan dengan penggunaan 3D Printed Polycaprolactone yang sudah dilakukan deep coating dengan hidrogel dari ekstrak kulit buah delima.

"Kami berharap pemanfaatan scaffold dengan inovasi hidrogel ini dapat menjadi alternatif pilihan yang lebih efektif, mengingat pengguaan scaffold berupa bekuan darah yang sudaah ada memiliki resiko yang sulit dilakukan pada anak-anak karena melalui proses pengambilan darah intravena, diversitas dan konsentrasi growth factornya juga tidak dapat dikendalikan," papar Monica bersama tim penelitiannya.

Di samping itu, pemilihan hidrogel yang akan dilapisi pada scaffold PCL dipilih karena sifatnya yang biokompatibel dan dapat dilibatkan. Selain itu bahan PCL juga bisa mengendalikan stem cell homing dalam prosedur perawatannya.

Deep Coating Hydrogel Ekstrak Asam Elagat dan Scaffold
info gambar

Monica dan tim telah melakukan riset dan beberapa uji coba laboratorium untuk mengetahui kandungan asam elagat yang ada pada hidrogel-nya.

"Uji fitokimia, spektrofotometri sudah kami lakukan dan akan dilanjutkan dengan uji SEM, XRD, Sitotoksisitas, dan anti bakteri yang masih dalam proses. Selain itu uji perlakuan pada hewan coba berupa tikus wistar yang telah mendapatkan etik yang dikeluarkan oleh komisi etik penelitian Universitas Brawijaya untuk mengaetahui keefektivitasan bahan yang kami buat," jelasnya.

Baca juga: Menguak Penemuan Piramida Toba, Benarkah seperti Gunung Padang?

Inovasi yang dikembangkan oleh Monica dan rekan-rekanya ini mendapatkan dukungan dan apresiasi dari berbagai pihak. Melalui Program Kreaatikitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Kementerian Pendidikaan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RA 2023, tim mahasiswa Universitas Brawijaya ini berhasil mendapatkan bantuan pendanaan.

Monica beserta tim memiliki harapan tinggi agar dalam proses penelitiaannya berjalan lancar, serta bisa memberikan hasil yang tentunya bermanfaat dalam pengembangan IPTEK di Indonesia.

Referensi:

  • https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20210912/3338465/kemenkes-tingkatkan-layanan-kesehatan-gigi-dan-mulut-yang-aman-dari-penularan-covid-19/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MA
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini