Pengmas Fakultas Farmasi UNAIR Gelar Pelatihan Kelola Obat di Desa Gamping, Sidoarjo

Pengmas Fakultas Farmasi UNAIR Gelar Pelatihan Kelola Obat di Desa Gamping, Sidoarjo
info gambar utama

Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga kembali bergerak. Kali ini, tim Pengmas menyelenggarakan kegiatan "Pelatihan Pengelolaan Obat di Rumah Tangga serta Pemilihan dan Penggunaannya yang Baik dan Benar".

Kegiatan yang diadakan pada Sabtu 23 September 2023 ini terdiri dari dosen-dosen Departemen Farmasi Praktis dan mahasiswa Program Studi S1 Apoteker. Agenda tersebut berfokus melatih sekitar 80 warga masyarakat dan kader kesehatan di Desa Gamping, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo.

Pengmas juga mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya di bidang kesehatan.

"Yang spesial dari kegiatan pelatihan ini adalah metode yang digunakan. Pada umumnya, kegiatan Pengmas menggunakan metode ceramah klasikal. Namun, pada kegiatan Pengmas ini mengadopsi metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) yakni peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 7-8 orang kemudian didampingi oleh satu orang tutor sehingga setiap peserta pelatihan aktif berdiskusi dengan kasus-kasus yang menjadi pemicu diskusi," ujar Dr. apt. I Nyoman Wijaya, SpFRS yang turut andil menjadi salah satu pelatih.

Media yang digunakan adalah Ular Tangga Keluarga Sadar Obat yang khusus didesain untuk mengilustrasikan berbagai kasus tentang pengelolaan obat. Beberapa hal yang menjadi fokusnya pengenalan bentuk sediaan obat, golongan obat, dan obat-obat yang menjadi perhatian, seperti antibiotik. Selain itu, penggunaan obat pada segmen masyarakat tertentu yang rentan terkait isu terkait keamanan obat seperti ibu hamil dan anak-anak juga menjadi salah satu topik bahasan.

Baca juga: Film Orpa Produksi Anak Papua Raih Penghargaan di Festival Film Amerika Serikat

Penggunaan media ular tangga yang familier bagi masyarakat diharapkan dapat memancing antusias warga dalam berpartisipasi aktif mengikuti permainan sambil berdiskusi tentang kasus-kasus pengelolaan obat di rumah.

Selain itu, media lain yang digunakan adalah berbagai bentuk sediaan obat-obatan. Hal ini diharapkan agar peserta pelatihan langsung dapat memegang sendiri dan mengamati obat-obat yang menjadi topik pelatihan. Bentuk sediaan yang ditunjukkan termasuk bentuk sediaan khusus seperti inhaler.

Kegiatan ini diawali dengan screening kesehatan yaitu pengukuran tekanan darah dan gula darah acak yang dilanjutkan dengan pelaksanaan pelatihan dengan metode CBIA. Di antara kasus-kasus yang menjadi perhatian adalah mengenalkan apotek sebagai tempat memperoleh obat dan apoteker akan menjamin kualitas obat, termasuk menjamin tidak adanya obat palsu.

Kawan, apoteker juga dapat menjadi sumber informasi obat sehingga warga dapat memperoleh informasi yang valid. Oleh karena itu, warga juga diberi tahu tentang hal-hal apa saja yang sebaiknya ditanyakan kepada apoteker saat menerima pelayanan kefarmasian seperti saat menebus resep atau pun melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi).

Hal lain yang menjadi fokus terkait penggunaan obat di rumah tangga adalah mengenai takaran obat cair, seperti obat yang berbentuk sirup untuk anak-anak. Dengan sendok takar, tutor menjelaskan adanya penanda yang menunjukkan takaran khusus seperti 2,5 ml atau 5 ml. Dari pengalaman warga, sendok yang sering digunakan adalah sendok yang tersedia di rumah atau langsung diminum dari botolnya. Hal ini mengakibatkan adanya kekhawatiran ketidaktepatan dosis obat.

Isu lain terkait pengobatan adalah penggunaan antibiotik. Contoh kecilnya seperti penggunaan antibiotik pada kasus common cold/selesma/flu dan pengetahuan kapan menghentikan antibiotik.

Kasus flu banyak disebabkan oleh virus, sehingga warga diedukasi untuk tidak meminta antibiotik kepada tenaga kesehatan. Apabila terdapat infeksi sekunder yang mengarah ke infeksi bakteri, maka dokter akan memberikan resep berisi antibiotik.

Warga turut diedukasi untuk mengonsumsi antibiotik dengan disiplin. Sikap disiplin ini meliputi tepat waktu, tepat dosis, dan menghabiskan obat tersebut meskipun gejalanya sudah berkurang. Hal ini berbeda pada penggunaan obat yang ditujukan untuk menangani gejala, seperti anti demam yang dapat dihentikan jika gejala mereda. Perbaikan perilaku ini diharapkan dapat mencegah dan memperlambat terjadinya resistensi antibiotik.

Baca juga: Ribuan Orang Meriahkan Pembentukan Amigos de Indonesia di Kolombia

Lurah Desa Gamping, Subandi, beserta perangkat desa sangat mendukung kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Beliau berpesan kepada kader kesehatan dan warga yang hadir untuk terus menularkan ilmu yang telah diperoleh kepada keluarga, kerabat, dan teman-teman yang lain agar kebermanfaatan kegiatan ini menjadi semakin luas.

Di akhir kegiatan, warga menampilkan yel-yel sadar obat dalam rangka kampanye keluarga sadar obat, yang selaras dengan program Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO).

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IN
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini