Turonggo Yakso: Jaranan Berkepala Buto dari Dongko

Turonggo Yakso: Jaranan Berkepala Buto dari Dongko
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

Indonesia memiliki segudang kekayaan budaya yang menawan. Tentu saja ribuan bahkan jutaan warisan leluhur yang tak ternilai harganya ini wajib dilestarikan.

Budaya khas Bumi Pertiwi yang sudah menjadi identitas nasional bangsa harus dilindungi. Selain itu, sebagai generasi muda, sudah sepatutnya kita mencintai dan melestarikan peninggalan nenek moyang.

Salah satu daerah yang masih sarat dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya adalah Kabupaten Trenggalek. Kota Gaplek ini memiliki kekayaan adat yang melimpah. Masyarakat setempat masih banyak yang memegang teguh ajaran dan budaya yang diwariskan oleh leluhur.

Turonggo Yakso atau tarian jaranan menjadi salah satu simbol seni ikonik dari Trenggalek. Kesenian ini berasal dari Desa Dongko, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek yang mulai diperkenalkan sejak 1970-an.

Selayang Pandang tentang Turonggo Yakso

Mengutip dari situs resmi Desa Dongko, tarian ini berawal dari adanya upacara adat yang sudah dilakukan sejak dahulu dan menjadi satu bagian dengan kehidupan masyarakat. Sebagai daerah yang berfokus pada sentra agraris, warga setempat rutin melaksanakan Upacara Baritan atau bersih desa.

Kawan, Baritan dianggap sebagai ‘media komunikasi’ kepada Hyang Widhi atau Tuhan Penguasa Alam. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mensyukuri hasil panen serta menjaga hewan ternak agar terhindar dari marabahaya.

Upacara tersebut digelar setiap bulan Muharram. Petani akan berkumpul dan membawa ambeng atau sajen. Setelah upacara selesai, masyarakat akan dihibur dengan pentas Tayub. Namun, kebudayaan ini sudah mulai ditinggalkan masyarakat saat itu, sehingga pada 1970-an, para budayawan desa berusaha untuk menciptakan sebuah tarian yang dapat mengundang kembali antusiasme masyarakat.

Tayub pada bersih desa akhirnya diganti menjadi kesenian jaranan. Jaranan dianggap cocok sebagai hiburan dalam upacara tersebut. Dari sini, jaranan semakin berkembang hingga mempunyai wujud baru, yakni tari Turonggo Yakso.

Baca juga: Siap-siap! Produk Barang dan Makanan di E-commerce Wajib Sertifikasi Halal

Filosofi Turonggo Yakso

Pertunjukan Turonggo Yakso
info gambar

Turonggo bermakna kuda, sementara Yakso berarti raksasa. Perwujudan raksasa ini sebagai simbol nafsu dan angkara murka. Uniknya, setiap detail tarian sampai busana yang dikenakan memiliki makna tersendiri.

Dalam Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, dijelaskan bahwa seni jaranan Turonggo Yakso memiliki simbol kekuatan. Tarian ini bercerita tentang prajurit berkuda yang dihadang oleh buto atau raksasa.

Dalam pementasannya, terdapat sosok pawang yang membacakan mantra diiringi tabuhan gendang yang terdengar sirep atau sayup-sayup. Kawan, mantra sendiri bermakna untuk mengusir roh jahat dan meminta kelancaran selama pertunjukan berlangsung.

Ciri khas dari Turonggo Yakso adalah gerakannya yang selalu mendhak atau berdiri merendah dengan lekukan lutut dan paha terbuka. Selain itu, properti tarian ini menggunakan kuda kepang yang terbuat dari kulit sapi atau kerbau yang memiliki kepala raksasa atau buto serta berambut lebat.

Hal lain yang membuat jaranan khas Trenggalek ini berbeda adalah gerakannya. Seluruh gerakan yang digunakan merupakan penggambaran dari masyarakat setempat yang sedang bercocok tanam, seperti sekrak gejug, makan dan minum, nebar asto, mber asto, dan lain sebagainya.

Penemu Turonggo Yakso, Pamrih, dalam Jurnal Kajian Budaya dan Perubahan Sosial menjelaskan bahwa gerakan Turonggo Yakso tidak memiliki artian khusus. Namun, setiap gerakan adalah bentuk visualisasi para petani yang sedang bekerja.

Fakta unik lainnya adalah penari yang dhadi atau kerasukan saat membawakan Turonggo Yakso. Adanya penari yang kerasukan saat menari dalam gelaran Turonggo Yakso merupakan hal yang sangat lumrah. Bahkan tidak jarang, momen ini menjadi hal yang ditunggu oleh penonton.

Sementara itu, pakaian yang digunakan juga memiliki makna. Udeng yang dipakai oleh penari jaranan berwarna hitam dan memiliki motif batik yang melambangkan seorang satria yang sudah matang dalam berfikir. Namun, maknanya menjadi berbeda bagi para penari celengan. Udeng yang mereka pakai bermakna celeng atau binatang pengganggu dan ketangkasan.

Ada juga stagen yang bermakna seorang ksatria harus menahan nafsu dan amarah dalam menghadapi kehidupan. Lalu terdapat celana panji yang berarti wujud keperkasaan dalam melangkah, dan juga jarik parang barong yang menggambarkan kesederhanaan dan keberanian.

Baca juga: Kesaktian Tradisi Ruwatan untuk Tangkal Bahaya dari Batara Kala

Kawan, selain jaranan berkepala raksasa, dalam Turonggo Yakso juga terdapat barongan, babi hutan dan dhadung awuk. Barongan diwujudkan sebagai hewan pengganggu. Sama seperti barongan, babi hutan melambangkan hewan pengganggu yang ganas. Sementara itu dhandung awuk atau kucingan sendiri dimaksudkan untuk menjaga hewan peliharaan agar terhindar dari barongan.

Barongan dalam Turonggo Yakso
info gambar

Kesenian yang Masih dan Akan Selalu Dilestarikan

Sejak tahun 1980, Turonggo Yakso sudah menjadi tarian wajib yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat. Bahkan Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek juga melakukan pembinaan dan pengembangan tarian tersebut bersama dengan Dinas Kebudayaan setempat.

Saat ini, kesenian Turonggo Yakso sudah berubah menjadi sarana hiburan. Tarian ini acapkali dipentaskan saat menyambut tamu di Pendopo Kabupaten Trenggalek atau membuka sebuah acara. Selain itu, masyarakat juga masih sering menampilkan Turonggo Yakso di pementasan maupun karnaval peringatan kemerdekaan.

Kawan, pelestarian kesenian Tari Turonggo Yakso menjadi bukti bahwa masih sangat banyak elemen masyarakat yang tetap merawat kebudayaannya dengan amat baik. Cerita kebudayaan dari Kabupaten Trenggalek ini juga merupakan sebuah perwujudan bahwa budaya dapat menjadi identitas khas dari sebuah daerah.

Mari kita jaga apa yang memang seharusnya dijaga. Let’s keep our culture alive, now, and forever!

Referensi:

Administrator. (2017, 7 11). Dongko Trenggalek. Retrieved from dongko-dongko.trenggalekkab.go.id/: https://dongko-dongko.trenggalekkab.go.id/first/artikel/41-Asal-usul-Jaranan-Turonggo-Yakso

Rusianingsih, T. (2017). Fungsi Dan Makna Simbolis Kesenian Jaranan Turonggo Yakso Kecamatan Dhongko Kabupaten Trenggalek. Terob: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni, 8(1), 90-101. doi:https://doi.org/10.20111/st.v8i1.94

Rusianingsih, T., & Timur, Y. F. (2020). Fungsi, Bentuk, dan Makna Gerak Tari Jaranan Turonggo Yakso Kecamatan Dhongko Kabupaten Trenggalek. Satwika: Kajian Ilmu Budaya dan Perubahan Sosial, 4(2), 130-139. doi:https://doi.org/10.22219/SATWIKA.Vol4.No2.130-139.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FR
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini