Roah Segare, Tradisi Ruwatan Laut Agar Nelayan Selamat Cari Rezeki

Roah Segare, Tradisi Ruwatan Laut Agar Nelayan Selamat Cari Rezeki
info gambar utama

Roah Segare (ruwatan laut) merupakan salah satu tradisi rutin yang dilaksanakan masyarakat sepanjang Pantai Kuranji, di sebelah barat Pulau Lombok. Prosesi ini diselenggarakan setiap bulan Muharram.

Disebutkan tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur, khususnya bagi masyarakat di Desa Kuranji Dalang. Karena itu acara ini biasanya dipusatkan di area Pantai Kuranji, Desa Kuranji Dalang, Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat (Lobar).

“Kegiatan ini dimulai dengan pembacaan barzanji, selakaran, zikiran, dan doa,” tulis laman Tempo.

Cukur Rambut Gimbal, Budaya Ruwat yang Masih Lestari di Dataran Dieng

Biasanya prosesi Roah Segare akan dimulai dengan mendoakan dulang penamat (sesaji) untuk kemudian dibawa ke bibir pantai. Dulang tersebut kemudian dilarung ke laut. Larungan itu adalah manifestasi rasa syukur masyarakat.

“Juga sebagai rasa syukur karena dijauhkan dari segala macam bentuk musibah,” kata Kepala Desa Kuranji Dalang Sukadin.

Jadi tujuan wisata

Pada akhir prosesi melarung, masyarakat beserta para tamu akan makan bersama dari hidangan yang telah didoakan tadi. Mereka akan begibung atau makan bersama dalam satu wadah besar nampan sebagai wujud kebersamaan dan kekeluargaan.

Sukadin menerangkan kegiatan Roah Segare itu merupakan salah satu warisan tradisi dari para leluhur. Menurutnya ada beberapa ketentuan adat yang harus dilakukan. Di antaranya, nelayan tidak boleh melaut untuk mencari ikan selama tiga hari setelah ritual.

“Jika ini dilanggar, diyakini nelayan akan mendapatkan bala (bencana),” ucapnya.

Kesaktian Tradisi Ruwatan untuk Tangkal Bahaya dari Batara Kala

Sukadin juga berharap event budaya ini bisa menjadi salah satu ikon wisata di Lombok Barat. Terutama mengembalikan karakter generasi muda agar tidak lupa dengan asal usulnya sebagai anak seorang nelayan.

“Semoga ini mampu mengembalikan pendidikan karakter bagi generasi muda,” katanya.

Agar selamat melaut

Tokoh adat Safrudin menjelaskan Roah Segare dimaknai bukan hanya sebagai rasa syukur. Tetapi juga cara agar nelayan mendekatkan diri kepada Tuhan terutama saat mereka sedang mencari nafkah.

Masyarakat Desa Kuranji memang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Sehingga sangat bergantung kepada faktor alam yang membuat nyawa mereka bisa saja dipertaruhkan setiap saat.

“Jika ada angin besar, perahu bisa selamat, nyawa pun akan selamat,” katanya.

Kesaktian Tradisi Ruwatan untuk Tangkal Bahaya dari Batara Kala

Karena itu Asisten I Bidang Aparatur dan Pemerintahan H Ilham mendukung penuh kegiatan-kegiatan yang bersumber dari kearifan lokal warga. Dia meminta para nelayan untuk menjaga pantai dan laut.

“Pantai dan laut yang terjaga kelestariannya akan bermanfaat bagi kehidupan kita,” paparnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini