Sastra Bukan Monopoli Orang Kota: Inilah Gerakan Sastra dari Desa di Boja

Sastra Bukan Monopoli Orang Kota: Inilah Gerakan Sastra dari Desa di Boja
info gambar utama

''Sastra bukan sekedar kekenesan, melainkan bagian dari darah dan oksigen kita.''

Begitu kata Leila Chudori dalam karyanya, Namaku Alam, untuk menggambarkan pentingnya sastra bagi seorang insan. Namun di negeri ini sastra adalah barang mewah yang umumnya menjadi monopoli masyarakat kota dengan kemudahan akses mereka pada prasarana literasi seperti perpustakaan, toko buku, festival-festival literasi hingga pendidikan sastra di universitas.

Tapak Langkah Bangsa Persia yang Terekam dalam Kebudayaan Nusantara

Hal ini tidak terkecuali di Boja, sebuah kecamatan yang berada di selatan Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah. Boja yang sebagian besar merupakan daerah pertanian dengan topografi perbukitan memiliki daya pikat wisata alam sehingga kerap dikunjungi oleh wisatawan dari kota Semarang yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Boja. Namun soal fasilitas literasi atau minat pada sastra, Boja masih tertinggal jauh dengan tetangganya yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia tersebut.

Kekosongan tersebut mendorong Heri Chandra Santosa dan Sigit Susanto mendirikan komunitas sastra untuk daerah asal mereka yang diberi nama Komunitas Lereng Medini (KLM) pada tahun 2008. KLM bermula dari dibukanya perpustakaan Pondok Maos Guyub pada tahun 2006 yang memanfaatkan rumah Sigit di Jl.Raya Bebengan No.221, Desa Bebengan, Boja. Medini sendiri berasal dari nama kebun teh yang berada di Kendal.

Perpustakaan sederhana yang namanya berarti rukun (guyub) membaca (maos) tersebut terdiri dari satu ruangan yang dindingnya dipenuhi oleh rak buku dan potret para sastrawan. Sebagian besar koleksi bukunya adalah karya sastra, baik sastra Indonesia maupun asing, karya nama-nama besar seperti Ahmad Tohari, Ernest Hemingway, dan Franz Kafka. Harapanya masyarakat desa akan mengenal dunia sastra dengan berawal dari bacaan. Latar belakang pendiri KLM memang lekat dengan dunia sastra, ada Heri yang merupakan jurnalis lulusan Fakultas Sastra Universitas Diponegoro dan Sigit, penulis yang berbagai karyanya telah diterbitkan. Ada terjemahan Indonesia untuk karya Franz Kafka seperti Surat untuk Ayah dan The Trial serta Kesetrum Cinta, kisah hidupnya sebagai seorang Jawa yang menikahi perempuan Swiss. Sigit sendiri kini bermukim di Swiss dan menjadi dalang yang menggunakan bahasa Jerman dalam pentasnya.

Jalan Suryakencana, Pintu Gerbang Lintas Kebudayaan di Bogor

Selain membuka akses pada literasi secara gratis, KLM tidak lupa untuk menghidupkan minat kepada sastra melalui berbagai kegiatan. Ada rutinitas kelas membaca setiap akhir pekan yang diisi dengan membaca dan membedah isi sebuah buku sastra. Inspirasi kegiatan yang diikuti oleh pelajar dan masyarakat umum tersebut tersebut berasal dari kebiasaan menafsirkan kitab kuning bersama kiai yang dilakukan di pondok pesantren.

KLM menolak anggapan jika sastra adalah monopoli orang kota. (Sumber: instagram @klmboja)
info gambar

KLM juga mempunyai ide-ide kreatif yang mengawinkan literasi dengan kondisi pedesaan yang menjadi lokasinya. Contohnya dengan mengadakan Kemah Sastra, program pengenalan sastra yang diikuti pelajar dari Kendal dan sastrawan sebagai narasumber, di Kebun Teh Medini. Lokasi yang dipilih membuat dikusi sastra yang mempunyai stigma sebagai kegiatan 'membosankan' menjadi tidak monoton dan mendorong peserta untuk mengambil inspirasi tentang sastra dari kondisi di sekitar. Kemudian program 'Wakul Sastra' yaitu pendistribusian buku ke warung-warung makan di Kendal dengan menaruhnya pada wadah dari anyaman bambu (wakul) sehingga pengunjung warung dapat mengisi waktu sambil membaca buku.

Ide kreatif KLM dengan menyebarkan buku sastra ke warung makan (Sumber: instagram @klmboja).
info gambar

Begitu juga dengan menyelenggarakan 'Kendal Novel Award' pada tahun 2022 sebagai bentuk apresiasi kepada penulis setempat yang karyanya terpilih. Ajang yang ditujukan untuk menyuburkan budaya menulis sekaligus membaca, yang keduanya saling terkait, ini uniknya memberikan hadiah yang tidak biasa kepada pemenang yaitu unggas, kelinci, hingga kambing etawa. Penganugerahanya pun dilakukan dengan cair dan sederhana di bawah naungan rerimbunan pohon di sebuah kebun. Program-program yang disebutkan terlaksana berkat kolaborasi dengan komunitas-komunitas literasi di Kendal.

Sejarah Masjid An-Nawier, Ikon Kebudayaan Arab bagi Masyarakat Pekojan

Kerja keras tersebut membuat Heri memperoleh apresiasi dari program Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia tahun 2011. Penghargaan ini diberikan Astra kepada individu dan kelompok dari seluruh Indonesia yang telah berkontribusi pada pembangunan masyarakat di berbagai bidang seperti kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi. Cita-cita KLM tentunya membutuhkan upaya yang berkelanjutan tetapi setidaknya telah berbangun sebuah 'surga' kecil bagi penikmat sastra di Boja, sesuai dengan ujaran penulis Argentina Jorge Luis Borges yang terpampang di dinding Pondok Maos Guyub:

''Surga yang selalu aku bayangkan sebagai semacam perpustakaan yang besar.''

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

FW
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini