Ikan Arwana dan Kekayaan Bahari yang Hilang dari Sungai Rokan

Ikan Arwana dan Kekayaan Bahari yang Hilang dari Sungai Rokan
info gambar utama

Sungai Rokan adalah salah satu kekayaan dari masyarakat Riau. Pinggir sungai ini ditumbuhi hutan lebat dan menjadi lokasi candi. Dahulu ikan begitu mudah didapatkan di sungai ini, salah satunya adalah arwana.

Ikan itu ditangkap pada malam hari. Cara menangkapnya unik. Dari atas perahu, saat arwana yang sedang berenang ke permukaan sungai terlihat, cepat-cepat senter akan disorotkan kepada sungai itu.

Inilah 3 Infrastruktur Pencegah Banjir Sungai Citarum yang Baru Diresmikan

“Dan saat arwana terpaku melihat cahaya itulah, secepat kilat ditangguk. Sebelum arwana dikenal sebagai ikan hias, ikan ini juga biasa dikonsumsi penduduk karena dagingnya enak,” tulis Tempo dalam Menelusuri Sungai Rokan: Tempat Bernaungnya Warisan Budaya Riau.

Pada masa jaya ikan arwana, seorang nelayan Tanjung Medan, daerah Rokan Hulu, pernah mendapat induk ikan arwana. Ketika itu induk ikan arwana saat ditangkap memuntahkan puluhan anak dari mulutnya.

“Induknya dilepas dan bayi-bayi arwana itu dibawa pulang. Dengan menjual anak-anak arwana itu, si nelayan bisa pergi berhaji,” jelasnya.

Ekologi yang rusak

Abdul Haris Nasution, seorang nelayan mengenang bagaimana mudahnya ikan didapat pada 1965. Dirinya bahkan bisa menangkap ikan tapa yang beratnya mencapai 25 kilogram. Menurutnya ikan ini mudah ditangkap, apalagi saat sungai mengalami siklus banjir tahunan.

Seusai banjir ratusan ikan tapa menghirup aroma sungai yang baru banjir itu akan terangsang untuk kawin massal dan berupaya ramai-ramai ke hilir. Di tepian sungai ikan-ikan tersebut akan kawin ramai-ramai dan meletakkan telur mereka di tumbuhan air.

“Ikan-ikan yang akan kawin itu tidak peduli terhadap apapun sehingga mudah ditangkap,” kata Haris.

3 Bendung Cascade di Sungai Citarum yang Bermanfaat Bagi Kehidupan

Dalam semalam, bila musim kawin ikan tapa datang, dia bisa memanen hingga 100 kilogram. Sekarang ikan tapa sudah berkurang. Haris menyalahkan pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit yang tumbuh di Sungai Rokan sejak 1990-an.

“Saya pernah lihat banyak udang baik ke permukaan air dan mati, matanya seperti buta, tidak jernih lagi, itu mungkin karena limbah pabrik kelapa sawit,” ujarnya.

Perlawanan masyarakat

Kasus pencemaran Sungai Rokan ternyata pernah membuat ribuan ekor ikan mati pada 2021. Karena itu perwakilan masyarakat setempat melaporkan dua buah perusahaan yang diduga melakukan pencemaran.

“Bagi kami, laporan ini adalah wujud nyata atas perlawanan masyarakat terhadap sikap kesewenang-wenangan pihak perusahaan terhadap negeri ini, terutama bagi Kabupaten Rokan Hulu, Riau, Negeri Seribu Suluk Nan Hijau,” ungkap Larshen Yunus, alumni Sekolah Vokasi Mediator Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Kondisi Sungai Citarum setelah 14 tahun dinobatkan Sungai Terkotor di Dunia

Direktur Kantor Hukum Mediator dan Pendampingan Publik Satya Wicaksana ini menegaskan tak ada tempat bagi perusahaan yang suka-suka hatinya merusak sumber daya alam hayati dan ekosistem di negeri ini.

“Ikhtiar kami tetap sama, bahwa upaya menghadirkan keadilan adalah nomor satu. Dengan demikian, semangat untuk memperbaiki negeri akan terwujud melalui sosial kontrol seperti ini, harap Larshen.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini