Perjalanan Panjang Melestarikan Kebudayaan – Makanan Khas dan Alam Kota Rempah

Perjalanan Panjang Melestarikan Kebudayaan – Makanan Khas dan Alam Kota Rempah
info gambar utama

#LombaArtikelPKN2023 #PekanKebudayaanNasional2023 #IndonesiaMelumbung untuk Melambung

MATAHARI telah menyembul, panasnya belum terik. Kami memulai perjalanan masih pagi.

Melewati pasar Gamalama. Kendaraan-kendaraan menderum. Terdengar suara orang menawar bumbu dapur, pedagang bersikukuh harga dagangnya tidak bisa ditawar lagi. Cost tenaga dan waktu tidak bisa dibeli. Terkadang, pembeli tidak memahami hal tersebut. Maunya, untung. Bukan menguntungkan pedagang. Sedang pedagang, maunya diuntungkan atas waktu menunggu bumbu dapur yang ditanamnya dari biji hingga masak. Ada biaya perawatan yang dikeluarkan.

Terdengar sayup-sayup suara orang tersebut mengabur, karena kami telah melaju usai terjebak kemacetam pagi hari di depan pasar, tepat di depan pedagang bumbu dapur yang membuka lapaknya dekat dengan jalan raya di Pasar Gamalama.

Usai melewati pasar, kami terus melaju menuju, suara bising dari deru motor dan mobil menghilang. Kami disuguhkan dengan kemegahan alam. Pohon-pohon rindang. Pohon Pala dan cengkeh mendominasi perjalanan kami. Kami telah sampai di area kaki gunung Gamalama. 15 menit dari Pasar Gamalama, kami termukan rumah-rumah dengan atap seng, hampir sebagian besar rumah-rumah tersebut memiliki halaman kecil di depan. Terlihat semakin menentramkan, terdapat bunga-bunga yang ditata rapi oleh pemiliknya. Semakin ke atas, semakin sejuk.

Indonesia dan Tonga Jajaki Kerja Sama Pengembangan Ekowisata

Inilah Kota Rempah. Kota yang memiliki sejuta harapan bagi bangsa Eropa di dunia perdagangan pada waktu itu. Bangsa tersebut mengimpor rempah ini dengan harga yang tinggi. Di sinilah, jejak tersebut bisa terlihat. Hampir sebagian besar pepohonan menuju pos satu Gamalama adalah rempah: Pala dan Cengkih.

Tidak semua orang tahu, Kota Rempah ini menyimpan banyak kebudayaan, mulai dari makanan, jejak kedatangan bangsa Eropa (Portugis dan Spanyol) melalui benteng-benteng, kekayaan alam yang membentang, hingga tradisi non benda yang sarat makna.

Apa yang aku lakukan sebagai warga Indonesia melihat itu semua? Aku akan memulai kisah ini dengan makanan khas yang tak akan lekang oleh waktu. Karena semua suka.

Di Titik Awal Pendakian dan Kebiasaan Penduduk

GAMALAMA tentu memiliki arti sendiri bagi masyarakat Ternate. Terdapat kehidupan di kaki gunungnya hingga ke puncak. Masyarakat Moya menanam cengkeh dan pala. Tanaman tersebutlah yang menemani langkah kami menyusuri Gamalama hingga taman love, taman sebelum Pos Satu pendakian.

Kami titipkan sepeda motor di rumah penduduk. Langkah mendaki kami pada awal pendakian menapak batu kerikil. Dalam perjalanan tersebut, kami bertemu dengan penduduk setempat. Pagi sekali sudah turun dari atas Gamalama.

Bertemu dengan Penduduk Setempat
info gambar

“Itu apa Bu?”

“Hasil dari kebun, kalian mau ke taman love?” balasnyanKami mengangguk.

Perempuan paruh baya tersebut menggendong keranjang pada punggungnya. Terdapat sayuran segar yang ia tumpuk di keranjang bambunya itu. Untuk keperluan sehari-hari ia ambil dari kebun. Masyarakat sekitar Gamalama, menanami kebun mereka dengan tomat dan sayur. Tubuh mereka yang telah menua tak gentar melawan kokohnya Gamalama untuk menyusuri hingga pada ketinggian tertentu. Meskipun

Tak ada keletihan yang terlihat dari langkah kakinya.

Perempuan paruh baya tersebut melanjutkan perjalanan menuju ke lao (ke bawah).

Sesampainya di taman love, taman yang menjadi pembuka bagi para pendaki ke pos satu pendakian Gamalama.

Hamparan laut membentang luas. Seolah tak ada batas antara lautan dan langit. Ujung yang tidak terlihat.

Raih Suara Terbanyak, RI Kembali Jadi Anggota Dewan HAM PBB

Menikmati Makanan Khas Maluku Utara – Olahan Sagu

CARA hidup yang berkembang dan secara turun temurun diwariskan merupakan pengertian dari kebudayaan. Berdasarkan pengelompokkan kebudayaan, terdapat beberapa objek kebudayaan salah satunya adalah makanan.

Dokumen Pribadi/ Kingkin: Didominasi Cengkin dan Pala
info gambar

Kelestarian makanan tradisional juga menjadi daya tarik sendiri bagi pendatang atau pun bagaimana penduduk setempat mengolahnya sehingga bisa menghidupkan perekonomian lokal. Atau pun bagaimana peran pemerintah dalam melihat celah-celah pelestarian makanan tradisional ini.

Sebagai seorang yang hampir empat tahun tinggal di Kota Rempah ini, Ternate, aku akan sagu dan ikan cakalang melalui keindahan alam Kota Ternate.

Sagu ini sendiri bisa diolah menjadi beberapa jenis, masyarakat Indonesia Timur umumnya mengolah sagu menjadi papeda dan sagu kering.

Mengenal Majelis Hukama Muslimin, Organisasi yang Punya Kantor Baru di Indonesia

Sagu

Bagi masyarakat Kota Ternate Sagu menjadi makanan khas sehari-hari. Cara menikmatinya pun beraneka ragam, ada yang menggunakan ikan kuah kuning, sambal dabu-dabu mentah, dan dengan sayur jantung pisang.

Dokumen Pribadi/ Kingkin: Sagu khas Ternate
info gambar

Kali ini, kami menikmati sagu kering dengan olahan ikan cakalang bakar dan sayur jantung pisang. Nikmat nya. Ini lah cara kami ikut melestarikan kebudayaan yang ada di Ternate, menikmati sagu di antara saratnya sejarah yang kami lihat membentang di alam ini. Pala dan Cengkeh di Gamalama, rempah itu lah yang membuat mata dunia tersadar, Indonesia menjadi bagian penentu sejarah perkembangan dunia.

Tak lupa kami membuang sampah pada tempatnya sebagai wujud melestarikan alam ini.

Lestari dan terpeliharalah budaya Indonesia kami.

Salam.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

B
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini