Baduy dan Konsep Kehidupan Berkelanjutan

Baduy dan Konsep Kehidupan Berkelanjutan
info gambar utama

Menuju kemajuan suatu masyarakat, dengan melaksanakan pembangunan merupakan syarat utama. Pembangunan harus dilihat dari segala sektor yang tidak terpusat pada pembangunan fisik semata (Infrastruktur), tetapi pembangunan itu harus juga menyentuh pada hal yang sifatnya pokok dari kebutuhan manusia.

Pembangunan itu tidak terbatas pada fisik, kehidupan manusia juga memiliki kebutuhan nutrisi kesehatan dan juga kecerdasan. Maka dari itu pembangunan harus memegang konsep pada pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan yang berkelanjuan telah menjadi pembahasan Internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015 dalam sidang umumnya mengambil langkah penyusunan agenda pembangunan. Sebagai langkah yang diambil oleh PBB dengan tujuan misalnya meningkatkan kesejahteraan pada masyarakat, merawat kualitas lingkungan hidup, dan meciptakan kehidupan berkelanjutan.

Kesadaran masyarakat internasional atas perlunya pembangunan yang berkelanjutan berawal dari kekhawatiran terancamnya kehidupan manusia. Banyak terjadi bencana alam Hidrometeorologi yang terjadi atas dasar tingkah laku manusia, misalnya kekeringan, banjir, polusi udara, kelaparan, krisis iklim, kebakaran hutan, dan segudang permasalahan yang lainnya.

RI Bakal Kirim Kapal Rumah Sakit TNI ke Palestina

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan langkah untuk mengakhiri permasalahan yang mengancam kehidupan, juga sebagai agenda tahun 2030 atas terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau sering disebut Sustainable Development Goals (SDGs).

Konsep Pembangunan Berkelanjutan harus juga diperhatikan oleh Indonesia, jangan sampai pembangunan yang selalu diagung-agungkan memiliki dampak negatif bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat. Apalagi, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang sangat tinggi terhadap bencana alam.

Sebagai wilayah yang memiliki potensi tinggi, terlihat berdasaran data BNPB periode 1 Januari sampai 23 Oktober 2023 tercatat total bencana sebanyak 3.219 (pusdalpos.bnpb.go.id). Beragam bencana yang terjadi, sudah saatnya kita belajar dan introspeksi diri atas apa yang kita lakukan terhadap alam. Sehingga alam begitu murka terhadap kita. Introspeksi diri terhadap alam akan menjadikan kita lebih hati-hati dalam bertindak terhadap alam.

Kehidupan tidak menganggap hanya manusia yang disebut sebagai makhluk hidup, hal itu tertanam pada pandangan hidup di masyarakat adat. Masyarakat adat selalu memiliki pandangan bahwa manusia beserta alam dan lingkungannya merupakan suatu hal yang utuh tidak bisa dipisahkan. Memisahkan yang satu akan memberi dampak pada yang lain, termasuk keberlanjutan kehidupan.

Masyarakat Adat

Paradigma kehidupan modern selalu menekankan manusia pada posisi puncak dari makhluk yang lain. Ketika paradigma tersebut dirawat akan memberikan dampak yang kurang baik atas keseimbangan ekosistem. Mengapa hal itu dapat terjadi? Karena manusia menganggap selain manusia itu boleh dieksploitasi.

Pemahaman itulah yang akan merugikan kehidupan bukan hanya terbatas pada punahnya keanekaragaman hayati, tapi kehidupan manusia juga akan menemukan ketidakseimbangan bahkan mengalami kepunahan. Atas kekeliruan paradigma tersebut, bencana alam akan dengan mudah menghampiri. Misalnya bencana kekeringan, kebakaran hutan, longsor, banjir dan lain sebagainya yang setiap saat akan menghampiri.

Kekeliruan paradigma manusia modern yang menganggap manusia ada di puncak tertinggi, tidak akan kita temukan pada kehidupan masyarakat adat. Kehidupan masyarakat adat selalu menekankan akan keseimbangan makhluk hidup, yang itu akan terwujud ketika manusia tidak menganggap hewan, tumbuhan dan lingkungannya sebagai barang yang harus dieksploitasi.

Hutan bagi masyarakat adat seperti jantungnya kehidupan bukan sekedar mata pencaharian. Karlina Supelli mengatakan, “Masyarakat adat Indonesia menyatakan bahwa hutan bukan sekedar sumber mata pencaharian. Hutan sebagai acuan bagi rasa merasa akan kosmos, sejarah muasal, tata hukum dan tunjuk ajar perilaku.” Begitulah pandangan masyarakat adat beda dengan kita yang menyebut manusia modern, selalu menganggap hutan suatu objek yang harus dihabisi.

Cap Sapi, Kecap Legendaris dari Bandung yang Kualitasnya Terjaga dari 1938

Masyarakat adat memiliki pandangan hidup akan keberlanjutan kehidupan, dengan seperti itu merusak hutan beserta kehidupannya sama dengan mengakhiri kehidupan. Kita perlu banyak belajar pada kehidupan masyarakat adat yang selalu senantiasa menjaga keseimbangan ekosistem untuk masyarakat berkelanjutan.

Baduy dan Keberlanjutan

Secara teritorial tempat penulis dilahirkan dengan perkempungan masyarakat adat Baduy di bawah kecamatan yang sama. Kedekatan itu menjadikan penulis mencoba melihat masyarakat adat Baduy dari dekat, penasaran dengan kehidupan masyarakat adat yang selalu dianggap primitif oleh orang-orang yang menyebut dirinya sebagai manusia modern.

Semakin dekat dengan kehidupan masyarakat Baduy menjadikan penulis nyaman untuk belajar tentang kehidupan kepada mereka. Karena penulis menganggap kehidupan mereka lebih teratur dan lebih menghargai kepada alam.

Baduy merupakan destinasi wajib yang harus penulis kunjungi tiap tahunnya, kepenatan kehidupan masyarakat kota dengan beragam polusi yang ada di dalamnya. Sekali-kali kita perlu menghirup kehidupan tanpa polusi untuk memperbaiki sudut pandang dan kesehatan kita.

Ketika berkunjung ke Baduy kita dihadapkan dengan aturan, khususnya di Baduy Dalam misalnya jangan mandi menggunakan bahan kimia, jangan melakukan pemotretan di area lingkungan Baduy Dalam, jangan merusak tanaman, dan beragam aturan yang dijalankan sebagai upaya untuk merawat kehidupan beserta lingkungannya.

Masyarakat adat Baduy senantiasa memegang teguh wasiat dari para pendahulunya (masyarakat adat Baduy meyebut “Amanah Buyut”). Wasiat yang telah membentuk pandangan hidup masyarakat adat Baduy, merupakan sarana untuk pedoman menuju kehidupan keberlanjutan.

Semangat Rahmad Maulizar, Hadirkan Senyum bagi Ribuan Anak di Aceh
Leuit atau Lumbung Padi Masyarakat Baduy
info gambar

Berpegang pada amanah buyut (pesen nenek moyang) untuk menjaga alam baduy, bagian dari konsep keberlanjutan kehidupn masyarakat adat baduy. Menjalankan segala wasiat yang telah diwariskan untuk “gunung tak boleh dihancurkan”, “lembah tak boleh di rusak”, “buyut tak boleh diubah”, sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Baduy.

Kita masih melihat keseimbanga kehidupan alam dan manusia begitu terlihat pada masyarakat Baduy. Masyarakat baduy selalu senantiasa memegang teguh amanah buyut tersebut, demi keberlangsungan dan keberlanjutan masyarakat adat Baduy.

Atas konsistensi dari masyarakat Baduy dalam menjalankan amanah buyut, menghasikan kehidupan yang berkelanjutan. Ketika penulis melakukan perjalanan ke Baduy, ada percakapan yang sangat menarik. Ketika penulis menanyakan secara langsung kepada masyarakat Baduy tentang lumbung padi yang memiliki jarak dari tempat tinggal masyarakat.

“lumbung padi yang begitu jauh dengan pemukiman msyarakat, apakah tidak takut ada yang mencuri?” pertanyaan yang dilontarkan oleh penulis, dijawab dengan jawaban yang sangat mencengangkan, yaitu “kami tidak pernah takut adanya pencurian, karena kami merasa tidak ada yang kelaparan pada penduduk kami.”

Bagi penulis, jawaban itu sangat menarik karena menggambarkan bahwa ketahanan pangan di Baduy sudah dijalankan.

Alvinia Christiany bersama Teman Autis, Bantu Penyandang Autisme Lebih Maju

Hal seperti itu menunjuan bahwa Baduy sudah menjalankan konsep ketahanan pangan dengan baik, dan Masyarakat Baduy dalam menjaga keharmonisan alam sangat ketat. Sehingga konsep hidup berkelanjutan sesuai dengan komitmen global dan nasional dalam SDGs dengan beberapa tujuan misalnya Tanpa kelaparan, air bersih dan ekosistem daratan sudah dijalankan oleh Masyarakat Baduy dengan baik.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SE
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini