Panting : Warisan Kesenian Musik Banjar yang Masih Relevan Sampai Sekarang

Panting : Warisan Kesenian Musik Banjar yang Masih Relevan Sampai Sekarang
info gambar utama

Kesenian tradisional Banjar, sebuah warisan budaya yang kaya dan beragam, telah mewarnai kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan selama berabad-abad. Salah satu unsur yang tak terpisahkan dari kebudayaan Banjar adalah musik, dalam hal ini, yang ikonik adalah Panting.

Jika Kawan GNFI belum tahu, panting adalah instrumen perkusi yang terbuat dari kulit dan kayu. Alat musik ini mempunyai bentuk yang unik dan suara yang indah. Meskipun sudah ada sejak ratusan tahun lalu, Panting tetap relevan dalam budaya Banjar hingga saat ini.

Sejarah Panting

Panting merupakan nama instrumen musik jenis kordofon yang berasal dari instrumen kecapi Dayak yang kemudian mendapat pengaruh dari gambus Melayu. Bentuk Panting identik dengan gambus yang sudah tersebar luas di tanah Melayu. Istilah “Panting” diambil dari cara memainkan alat musik tradisional tersebut, yaitu dengan cara dipanting atau dipetik.

Alat musik Panting telah ada sejak abad ke-18 Masehi. Kehadirannya bersamaan dengan perkembangan Tari Japin. Musik Panting secara pemetaan tumbuh dan berkembang di Desa Rantau Bujur, Kabupaten Tapin tepatnya di daerah Tapin Selatan, Bakarangan, dan Tapin Tengah. Penggunaannya kemudian berkembang menjadi musik rakyat hingga ke Desa Tatakan, Desa Tambarangan, dan Desa Pematang Sungkai.

Buah Kepahiang Bikin Mabok Kepayang

Panting memiliki akar sejarah yang dalam di Banjar. Dulunya, Panting hanya digunakan sebagai musik pengiring dan pelengkap bagi tarian tradusional, Japin. Namun, kini instrumen tersebut sudah berkembang luas dan diperdengarkan di berbagai acara sakral dan penting, misalnya upacara adat dan pernikahan. Panting biasanya dimainkan oleh kelompok musik tradisional Banjar yang dikenal dengan sebutan "Tabik."

Panting terbuat dari bahan alami, seperti kayu, kulit binatang, dan bambu, yang menciptakan suara yang khas.

Alat musik tersebut dibuat dengan sangat teliti oleh detailnya, dihiasi berbagai ukiran tangan indah yang menambah nilai seni Panting.

Alat musik Panting biasa dimainkan bersama dengan suling, biola, kendang, kempul, gong, marawis, ketipung, dan tamborin.

Penampilan Panting dan Alat Musik bersama pengiring lainnya | Inas Ambar/goodnewsfromindonesia.id
info gambar

Relevansi Panting di Era Modern

Meskipun kita hidup di era modern yang penuh dengan teknologi dan perubahan cepat, Panting masih tetap menjadi bagian penting dari kebudayaan Banjar, sebab instrumen ini menyimpan nilai budaya yang mendalam. Panting juga terus diwariskan oleh generasi selanjutnya.

Panting tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga menghubungkan masyarakat Banjar dengan akar budaya mereka. Masyarakat Banjar yang tinggal di dalam maupun di luar daerah ini seringkali merindukan melodi yang indah dan menggugah jiwa dari Panting.

Selain itu, Panting juga digunakan dalam berbagai pertunjukan seni dan festival budaya. Ini membantu melestarikan tradisi musik Banjar dan menjaga minat masyarakat terhadap warisan budaya mereka sendiri.

Merdeka Belajar dan Merdeka Berbudaya dengan Berpantun

Upaya Pelestarian

Agar Panting tetap relevan di masa depan, upaya pelestarian menjadi sangat penting. Pendidikan tentang Panting harus diperluas, dan generasi muda harus diberi kesempatan untuk belajar dan memainkan instrumen ini. Selain itu, dukungan dari pemerintah dan organisasi budaya adalah kunci dalam menjaga keberlanjutan seni musik Panting.

Panting merupakan contoh yang tak ternilai akan warisan budaya yang tetap bisa hidup dan berkembang dalam era modern.

Hal ini sebagai pengingat bahwa nilai-nilai tradisional dapat terus memperkaya kehidupan, bahkan ketika kita terus bergerak maju.

Panting adalah salah satu permata dalam warisan musik Banjar yang tetap bersinar hingga hari ini. Kita berharap bahwa melalui upaya pelestarian yang kuat, Panting akan terus memainkan peran penting dalam mempertahankan kekayaan budaya Banjar untuk generasi mendatang.

Dengan demikian, Panting adalah simbol kekayaan warisan budaya Banjar yang tetap hidup dan relevan di tengah zaman yang terus berubah.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

DP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini