Cara Mencegah Berita Hoaks dari Aplikasi Sosial Media Massa

Cara Mencegah Berita Hoaks dari Aplikasi Sosial Media Massa
info gambar utama

Zaman makin modern, informasi palsu masih beredar

Di era perkembangan zaman yang makin modern ini, media konvensional atau sering disebut juga sebagai media lama mulai kehilangan dominasinya dengan digantikan oleh era media baru yang dikenal dengan new media. Era media baru membuat platform media sosial lebih mudah dijangkau oleh siapa saja.

Namun, dampaknya adalah seluruh lapisan masyarakat kini dapat dengan mudah mengakses informasi tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Tidak seperti media konvensional, media baru tidak memiliki gatekeeper yang bertugas untuk menyaring informasi sebelum disiarkan ke publik. Hal Ini berarti informasi yang muncul di internet tidak selalu terverifikasi dan dapat dengan mudah memengaruhi masyarakat. Oleh karena itu, informasi palsu (hoaks) tetap akan banyak beredar di dunia maya, hal tersebut bisa menjadi sangat berbahaya bagi masyarakat.

Apa itu Hoaks?

Kata "hoaks" dalam KBBI merujuk pada "berita bohong." Asal usul kata "hoaks" berasal dari bahasa Inggris Kuno "hocus", yang digunakan untuk merujuk pada trik atau upaya untuk menipu atau memperdaya orang. Istilah "hoaks" digunakan untuk menggambarkan informasi yang tidak benar atau tipuan yang disebarkan dengan maksud untuk membingungkan atau memanipulasi orang. Jenis-jenis hoaks bisa berupa berita palsu, rumor palsu, atau cerita palsu yang dirancang untuk menipu atau mengecoh khalayak.

Berita palsu atau hoaks saat ini makin sering sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sosial Media yang merupakan bentuk dari new media, menjadi salah satu saluran yang banyak digunakan untuk menyebarkan berita palsu. Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp, YouTube, dan aplikasi sosial media lainnya telah menjadi wadah utama untuk menyebarkan berita palsu dengan alasan yang cukup kompleks.

Pertama, kemudahan akses dan fitur canggih membuat sosial media sangat efektif dalam mencapai khalayak yang luas dalam waktu yang sangat singkat. Berita palsu, yang sering disebut sebagai hoaks, dapat menyebar secara cepat ke ribuan atau bahkan jutaan orang dalam hitungan detik.

Kerajaan-Kerajaan Islam yang Pernah Berkuasa di Indonesia

Kedua, jumlah pengguna di platform sosial media menciptakan peluang yang lebih besar untuk menyebarkan berita palsu. Platform-platform ini memiliki jutaan atau bahkan miliaran pengguna aktif, sehingga berita palsu dapat dengan mudah menyebar ke seluruh dunia. Hal ini menciptakan peluang besar bagi individu atau kelompok yang ingin menyebarkan hoaks agar dapat mencapai khalayak yang lebih besar daripada yang mungkin mereka capai melalui media konvensional.

Selain itu, sosial media memungkinkan orang untuk tetap anonim atau menggunakan akun palsu. Hal ini membuat sulit untuk melacak sumber berita palsu, dan memberikan kesempatan bagi individu atau kelompok lain yang ingin menyebarkan hoaks tanpa harus mengungkapkan identitas mereka. Di samping itu, sosial media juga biasanya tidak memerlukan proses verifikasi ketat seperti yang biasanya diterapkan oleh media konvensional. Informasi yang dibagikan di sosial media dapat menyebar dengan cepat sebelum ada kesempatan untuk memverifikasinya, dan ketidakpastian ini dapat membantu berita palsu menyebar lebih luas.

Penyebaran berita palsu menjadi kekhawatiran bagi masyarakat Indonesia sebab dilansir dari data Kominfo hingga bulan Mei 2023, sebanyak 11.642 konten hoaks yang telah diidentifkasi oleh Tim AIS Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika. Total konten tersebut itu terhitung sejak periode Agustus 2018 sampai dengan Mei 2023 (Kominfo, 2023).

Platform sosial media menggunakan algoritma yang cenderung memaparkan pengguna pada konten yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri. Hal ini menciptakan apa yang dikenal sebagai filter bubble atau gelembung filter. Di mana pengguna hanya terpapar pada konten yang mendukung pandangan mereka sendiri. Hal ini meningkatkan kemungkinan mereka untuk terus menyebarkan berita palsu yang sesuai dengan pandangan mereka.

Bagaimana Cara Mencegah Berita Palsu?

1. Tingkatkan Kemampuan Literasi Media

Pakar Information Technology (IT) dari Universitas Krsiten Duta Wacana Yogyakarta Budi Sutedjo mengatakan, persebaran berita palsu atau hoaks bisa ditangkal dengan literasi media (Kominfo, 2023). Literasi media merajuk pada bagaimana individu dalam menerima dan memahami informasi dengan kritis.

Namun, individu dengan kemampuan literasi media yang terbatas cenderung kurang mampu untuk secara kritis menilai dan menginterpretasikan informasi yang mereka terima dari media, bahkan tanpa menggali kebenarannya terlebih dahulu.

Sehingga, berita palsu akan dengan mudah menyebar secara luas dan pengguna yang terbatas akan kemampuan literasi media akan menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan.

Ketika Orang Tiongkok Berbondong-bondong Berburu Emas di Kalbar


2. Periksa Fakta Kebenarannya

Memeriksa fakta kebenaranya merupakan langkah yang penting dalam upaya mencegah penyebaran berita palsu. Kita harus memeriksa kebenaran klaim tersebut dengan mencari sumber yang dapat dipercaya dan menggali terlebih dahulu dalam informasi tersebut. Karena dengan kita memeriksa terlebih dahulu fakta kebenaranya dapat membantu dalam memastikan bahwa informasi yang kita terima dan sebarkan adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Hati-hati dengan Judul

Judul berita seringkali menjadi point of view untuk memengaruhi pembaca atau pemirsa dalam keputusan apakah mereka akan melanjutkan membaca atau tidak seluruh isi informasi. Misalkan saja judul yang sangat provokatif dan menarik perhatian dapat menjadi magnet utama, tetapi hal itu seringkali bisa menghasilkan ketidakseimbangan atau penyajian informasi yang tidak akurat.

Judul-judul yang sangat provokatif seringkali digunakan untuk menarik perhatian pembaca atau pemirsa, bahkan jika isi beritanya tidak sepenuhnya akurat.

Apabila kita menemukan judul yang sangat provokatif, bijaklah dalam mengevaluasi berita tersebut denganangkah-langkah seperti memverifikasi sumber, mencari informasi tambahan, dan memeriksa kebenaran dari berita yang disajikan.

4. Gunakan Sumber yang Tepercaya

Menggunakan sumber yang dapat dipercaya merupakan upaya dalam mencegah penyebaran berita palsu. Di era di mana informasi mudah dijangkau melalui berbagai platform media ini, keandalan dari sumber informasi menjadi faktor yang paling utama untuk memastikan bahwa kita menerima informasi yang akurat dan tepat.

Ketika kita bergantung pada sumber yang telah terbukti kredibel dan memiliki catatan yang baik dalam menyajikan berita yang telah diverifikasi, kita secara efektif mengurangi risiko menerima atau membagikan berita palsu.

Oleh karena itu Kawan GNFI, kita sebagai warga negara Indonesia yang baik yang mempunyai tanggung jawab dalam mencegah penyebaran berita palsu. Kita harus aktif berpartisipasi dalam memberikan pemahaman kepada orang lain mengenai pentingnya literasi media dan pengecekan fakta.

Dengan mangaplikasikan poin-poin di atas, meningkatkan kemampuan literasi media juga merupakan hal yang sangat esensial, bukan hanya sebatas melek dalam penggunaan teknologi, tetapi juga dalam kemampuan memilih informasi yang ditemukan di internet. Dengan kolaborasi bersama dan meningkatnya kesadaran, kita bisa mencegah penyebaran berita palsu dan ikut serta dalam mempromosikan keberlangsungan media yang bisa dipercaya.

Gadis Kretek dalam Iklan-iklan Rokok pada Zaman Hindia Belanda


Sumber:

https://www.kominfo.go.id/content/detail/49914/siaran-pers-no123hmkominfo062023-tentang-sampai-mei-2023-kominfo-identifikasi-11642-konten-hoaks/0/siaran_pers

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

ME
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini