Ketika Orang Tiongkok Berbondong-bondong Berburu Emas di Kalbar

Ketika Orang Tiongkok Berbondong-bondong Berburu Emas di Kalbar
info gambar utama

Imigran China datang ke Kalimantan Barat pada abad ke 4 Masehi karena berburu emas dan intan. Pada masa kolonialis Eropa bercokol, pada zaman pemerintahan Thomas Stamford Raffles akhir abad ke 18 wilayah itu dikeruk berjuta-juta intan.

Dalam buku Minerals and Mining in Indonesia yang dimuat Tempo menjelaskan orang-orang dari daerah China Selatan terutama Kuantung (Guandong) dan Fukian (Fujian), terus saja berdatangan ke Kalimantan Barat.

“Mereka mendarat di Monterado, Bengkayang, Sungai Duri, Mempawah, dan Ngabang (daerah seputar Pontianak dan Singkawang),” ucap laman tersebut.

Melawan Gugatan Uni Eropa, Ekspor Mineral Mentah Resmi Disetop Mulai Juni 2023

Bahkan pada 1759, Panembahan Mempawah mendatangkan orang-orang keturunan China dari Brunei untuk dipekerjakan sebagai buruh tambang di Monterado dan Mandor. Selain itu pada 1760, Sultan Sambas Muhammad Saifuddin di Brunei melakukan hal yang sama.

Peneliti dari Balai Arkeologi Banjarmasin, Ida Bagus Putu Prajna Yogi dalam Lanskap Pertambangan Penambangan Tiongkok di Monterado, Kalimantan Barat menjelaskan alasan para penguasa itu mempekerjakan orang China.

“Orang Dayak memang mencari dan mendulang serbuk emas, tetapi biasanya menganggap hal itu sebagai pekerjaan sederhana,” tulis Ida yang dimuat Alinea.

“Orang Tiongkok sudah jauh melampaui mereka dalam seni penambangan, yang bukan saja memerlukan tenaga kerja buruh yang sangat besar, namun juga ketekunan dan ketelitian,” lanjutnya.

Perang kongsi

Seabad kemudian imigran dari utara itu sudah membanjiri beberapa tempat di Kalimantan Barat. Lalu lahirlah kongsi-kongsi, yang mencoba-coba menjadi semacam pemerintahan China di kawasan Kerajaan Sambas dan Mempawah.

Pada periode 1770-1777, ada 14 kongsi di Monterado dan daerah sekitarnya. Kongsi tersebut lazimnya akan bergabung ke dalam kongsi yang lebih besar. Selain menaungi kongsi yang lebih kecil, kongsi besar juga membawahi kampung-kampung di sekitarnya.

Sebentar Lagi, Indonesia Bakal Punya Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Terbesar di Dunia

Tetapi seiring waktu, perebutan lahan emas menjadi penyebab pertikaian antarkongsi. Kongsi-kongsi yang kalah kekuasaan lahan emasnya akan jatuh ke kongsi pemenang. Jumlah kongsi pun berkurang, menyisakan kongsi yang kuat.

“Kongsi yang terkenal dan kuat adalah Thai Kong dan Sam Tho Kui. Tentu, dalam perkembangannya kemudian, konflik dengan penduduk asli tak terhindarkan,” jelasnya.

Penguasa ikut serta

Perang antarkongsi ini seringkali melibatkan Kesultanan Sambas dan pemerintahan kolonial. Entah itu dalam bentuk pasukan atau persenjataan. Perang besar lainnya terjadi pada 1850 hingga 1854, antara kongsi Taikong dan Samtiaokiou.

Kongsi Samtiaoukiou misalnya, bersekutu dengan Kesultanan Sambas dan Belanda. Perang berakhir dengan dihapuskannya organisasi kongsi emas yang ada di wilayah itu pada akhir 1854.

“Akibatnya, terjadi migrasi pekerja tambang dalam skala yang relatif besar ke daerah pesisir pantai dan lembah-lembah sungai besar,” tutrunya.

Produksi Nikel Indonesia No 1 Dunia, Kendaraan Listrik Kian Marak

Para penambang China itu kemudian banting setir menjadi pedagang hasil bumi, seperti kopra, lada, dan pala. Sebagian lainnya usaha orang-orang China ini adalah rumah bordil dan judi di kawasan kumuh.

“Satu abad kemudian, penjajah Belanda meniru cara yang sama, dengan mendatangkan pekerja-pekerja tambang dari China untuk menggarap pertambangan timah di Pulau Bangka Belitung dan Singkep,” tulisnya.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Rizky Kusumo lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Rizky Kusumo.

Terima kasih telah membaca sampai di sini