Cerita di Balik Lau Kawar, Danau di Kaki Gunung Sinabung

Cerita di Balik Lau Kawar, Danau di Kaki Gunung Sinabung
info gambar utama

Lau Kawar adalah danau yang letaknya di bawah kaki gunung berapi Sinabung. Tepatnya di Desa Kutagugung, Kecamatan Naman Teran. Danau yang dikelilingi oleh pegunungan dan berbagai hutan tropis ini memiliki luas sekitar 200 hektar.

Suguhan pemandangan alam dari Lau Kawar adalah hal yang tidak boleh dilewatkan. Belum lagi kejernihan air yang cenderung berwarna hijau dari pada biru menjadi pembeda dengan danau lain. Sehingga, orang-orang yang mengunjungi tidak cukup menikmatinya dengan waktu 1 hari saja. Alhasil, lahan seluas 3 Ha yang terdapat di pinggir danau dijadikan tempat strategis untuk berkemah.

Menjadi destinasi wisata andalan bagi pecinta alam. Namun, siapa yang menyangka kalau danau yang satu ini menyimpan cerita menyedihkan di baliknya?

Cara Daftar Bursa Karbon: Syarat, Dokumen, dan Langkah-langkahnya

Yups, Lau Kawar mempunyai legenda yang berkembang di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.

Terkisah, pada zaman dahulu kala, terdapat sebuah kampung yang katakanlah subur dan damai, dinamai desa Kawar. Di sana, akan dijumpai sebuah mata air yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air minum.

Mata pencaharian penduduk Kawar adalah bertani. Terdapat pula tradisi yang rutin dilakukan jika sehabis panen, yaitu Gondang Guro-Guro Aron, musik khas masyarakat Karo. Pada acara itu, seluruh penduduk akan bersenang-senang, berdendang dan manortor. Antara pemuda laki-laki dan perempuan akan manortor berpasang-pasangan. Menurut mereka, begitulah caranya membuat acara selamatan untuk hasil panen yang akan dinikmati.

Suatu ketika, Desa Kawar mengalami panen raya, hasilnya meningkat sebanyak dua kali lipat, suatu hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Untuk menunjukkan rasa syukur, penduduk di sana mengadakan pesta selama satu hari penuh dengan isian acara berupa upacara adat dan makan besar bersama.

Seperti pesta pada umumnya, sudah pasti Desa Kawar tampak semarak. Seluruh penduduk menggunakan pakaian berwarna-warni yang beragam dan datang berkumpul di satu lapangan terbuka. Ya, pada intinya mereka semua berekspresi dengan suka-cita.

Namun, itu semua sangat berbanding terbalik dengan yang terjadi di sebuah rumah dekat mata air. Tidak ada keceriaan, yang terdapat hanyalah kesedihan seorang nenek tua renta yang menderita sakit lumpuh. Dengan hati merana, ia meratapi kepergian anak, menantu, serta cucunya yang hadir di pesta tersebut.

Semua orang berpesta ria, mereka melupakan sang nenek yang berbaring dalam kesendirian. Bahkan, tidak ada yang ingat kalau ternyata di rumah itu tidak ada makanan sama sekali sehingga rasa lapar turut dirasakan nenek tua itu. Kekecewaan tentu saja menyapa, air mata pun mengalir seolah menemani kesendiriannya.

7,5 Ton Talas Beneng Diekspor ke Amerika Serikat, Apa Manfaatnya?

Satu hal yang tidak diketahui oleh sang nenek, anak laki-lakinya sempat mengingat keadaan ibunya yang harus makan. Ia pun mendatangi istrinya agar membungkuskan makanan dan menyuruh anak mereka untuk diantar pada neneknya.

Mendapat titipan makanan dari anaknya, hati ibu mana yang tidak senang. Nenek itu menerimanya dengan rasa syukur dan ingin segera mengakhiri rasa laparnya. Akan tetapi hal itu tidak berlangsung lama, sebab ternyata isi bungkusan hanyalah tulang-tulang. Ia merasa diperlakukan seperti binatang. Kesedihan yang sebelumnya sirna, perlahan mulai kembali meliputi hatinya. Air mata yang turun dari kelopak mata keriputnya tidak bisa lagi dicegah.

Dengan hati teriris pedih, nenek itu berdoa, mengutuk, dan mengeluarkan sumpah untuk anak dan menantunya. Beberapa saat kemudian, alam pun bereaksi. Langit mendadak gelap, hujan turun dengan lebatnya, diiringi dengan petir dan kilat yang menyambar-nyambar. Seolah memperburuk suasana, gempa bumi pun ikut melanda desa Kawar.

Wajah ceria orang-orang yang ada di pesta seketika hilang, berganti dengan ekspresi ketakutan dan ketakutan. Tidak ada yang bisa menandingi bila alam sudah menunjukkan eksistensinya. Berkat kedahsyatan itu, Desa Kawar yang dulunya makmur dan subur tenggelam akibat hujan deras yang tidak kunjung berhenti selama berhari-hari.

Tiket Kereta Natal dan Tahun Baru 2024 Bisa Dibeli dari Sekarang

Jangan dulu melontarkan berbagai macam hujatan. Karena sebenarnya, semua yang terjadi adalah salah paham. Kenyataannya, anak dan menantu sang nenek mengirimkan satu porsi berisi nasi dan babi panggang. Tulang-tulang yang diterima nenek tersebut adalah hasil perbuatan cucunya yang memakan isi bekal di perjalanan.

Tidak ada waktu untuk meluruskan perkara. Sakit hati sudah lebih dulu menguasai hati wanita yang renta. Kini, tiada lagi desa Kawar. Orang-orang hanya mengenal sebuah danau Lau Kawar yang indah.

Referensi:

https://www.karokab.go.id/id/index.php/berita/1342-legenda-lau-kawar-di-karo

https://northsumatrainvest.id/id/tourism/danau-lau-kawar

https://deli.suara.com/read/2022/09/04/115200/dongeng-karo-cerita-asal-mula-danau-lau-kawar

https://web.karokab.go.id/potensi-daerah/pariwisata/tujuan-wisata/460-danau-lau-kawar

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NS
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini