Hasil Peluncuran Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023

Hasil Peluncuran Survei Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023
info gambar utama

Kegiatan ini bernama Survei Indeks Optimisme Indonesia yang dilaksanakan 10—17 Oktober 2023 dengan metode penelitian kuantitatif (Online Survei ke panel Populix) dengan sasaran warga negara Indonesia yang berumur 17—40 tahun.

Hasil ini dipresentasikan saat tanggal 14 November 2023 oleh Timothy selaku pendiri Populix. Latar belakang survei ini bertujuan untuk mengukur tingkat optimisme generasi muda terhadap masa depan Indonesia di berbagai aspek yang meliputi Pendidikan dan Kebudayaan, Kebutuhan Dasar, Ekonomi dan Kesehatan, Kehidupan Sosial, Politik, dan Hukum.

Persebaran responden dibagi menjadi berbagai wilayah yaitu: Sumatra 24% dengan jumlah indikator survei sebanyak 313, Kalimantan 3% dengan jumlah indikator survei sebanyak 55, Jawa 61% dengan jumlah indikator survei sebanyak 784, Sulampapua 7% dengan jumlah indikator survei sebanyak 93, dan Balinusra 4% dengan jumlah indikator survei sebanyak 44.

Penemuan Pedang Pangeran Diponegoro di Istana Belanda, Bagaimana Bentuknya?

Jenis kelamin responden terdiri dari 52% perempuan dan 48% laki-laki. Hasil Indeks Optimisme Indonesia Tahun 2023 dengan indeks tertinggi adalah Pendidikan & Kebudayaan sedangkan indeks yang terendah ialah Politik & Hukum. Menurut profil demografi Indeks Optimisme Tahun 2023 perempuan cenderung lebih optimis pada aspek Pendidikan & Kebudayaan, serta kehidupan sosial.

Menurut usia, Gen Z terlihat lebih optimis pada aspek Ekonomi & Kesehatan dan Pendidikan & Kebudayaan, sementara milenial lebih optimis pada aspek Kebutuhan Dasar. Serta di wilayah Papua (Sulampapua), Maluku, Sulawesi, tingkat optimismenya dapat dikatakan lebih rendah jika dibandingkan wilayah lainnya, terutama pada aspek Ekonomi & Kesehatan, dan Kehidupan Sosial.

Dimensi 1: Kebutuhan Dasar. Responden cenderung lebih optimis dapat memenuhi kebutuhan sandang yang layak, pemenuhan papan yang layak, pemenuhan gizi seimbang pada anak, dan pasangan, jika dibandingkan dengan pemenuhan gizi seimbang pada diri sendiri justru dapat dikatakan indeks optimismenya lebih rendah.

Dimensi 2: Ekonomi & Kesehatan. Responden lebih cenderung optimis bila mendapatkan akses layanan kesehatan yang layak, berwiraswasta, mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Namun, bagi mahasiswa atau responden yang belum bekerja memiliki tingkat optimisme yang rendah mengenai untuk bisa terserap di dunia kerja dengan baik.

Dimensi 3: Pendidikan & Kebudayaan. Dimensi ini memiliki indeks tertinggi mengenai kuliner Indonesia bisa diterima dengan baik. Sementara indeks yang terendah ialah mampu berkontribusi pada pengembangan IPTEK.

Cerita Lomba Perahu Bidar, Tradisi Warga Musi yang Dijaga Sejak Zaman Kolonial

Dimensi 4: Kehidupan Sosial. Unsur kehidupan sosial ini memiliki indeks tertinggi pada memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Sementara indeks terendah dengan unsur etika media sosial yang semakin baik.

Dimensi 5: Politik & Hukum. Umumnya responden paling pesimis terhadap aspek politik dan hukum, terutama yang berkaitan dengan unsur berkurangnya korupsi di masa depan.

Selain penjelasan lima dimensi tadi, ternyata ada juga aspek tambahan. Aspek tambahan (tematik) meliputi lingkungan dan pemilu. Aspek lingkungan terutama yang berkaitan dengan pencegahan kerusakan lingkungan dapat dicegah di masa depan, adalah sebesar 7,23.

Jika dibandingkan dengan dimensi lainnya aspek lingkungan termasuk dalam 3 terendah. Pemilu, pada aspek ini memiliki unsur tertinggi yaitu memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Menurut Ilham, tingkat partisipasi sama dengan optimisme karena dengan cara berpartisipasi tingkat optimisme menjadi lambang perlawanan memilih pemimpin yang baik. Sementara yang terendah yaitu kinerja penyelenggara pemilu.

Persepsi masalah utama di Indonesia menurut responden adalah KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) yang biasa terjadi di berbagai bidang. Sementara dalam permasalahan di bidang ekonomi, seperti ketidakstabilan harga pangan, meningkatnya inflasi, dan beban utang.

Terakhir, ialah permasalahan di bidang hukum yaitu penegakan kebijakan hukum yang dianggap kurang adil dan transparan. Jadi kesimpulannya Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia 2023 yang paling tinggi adalah pada ospek Pendidikan & Kebudayaan, lalu di posisi kedua adalah Kebutuhan Dasar.

Generasi muda di wilayah Papua (Sulampapua), Maluku, dan Sulawesi tingkat optimismenya lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya. Pada dimensi Kebutuhan Dasar, generasi muda cenderung lebih optimis dapat memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, dan kebutuhan gizi pada pasangan serta anak, daripada pemenuhan gizi seimbang pada diri sendiri.

Melacak Dana Perang Dipenogoro Melawan Kompeni dalam Perang Jawa

Dimensi ekonomi, responden seperti mahasiswa atau yang belum bekerja cenderung pesimis untuk bisa terserap di dunia kerja. Dimensi kehidupan sosial, generasi muda pesimis pada etika media sosial yang baik. Dimensi politik & hukum memiliki skor indeks terendah yakni (5,72), terutama pada unsur “berkurangnya korupsi di masa depan”.

Pada aspek pemilu, generasi muda optimis dapat ikut berpartisipasi. Namun, masih ada keraguan terkait kinerja penyelenggara pemilu, transparansi, dan apakah berlangsung demokratis.

Sumber:

  • https://drive.google.com/file/d/1Dd6RIt7Lypby0IEuTMwgmJK-HyEzpx8T/view?usp=drive_link

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AD
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini