Apa Untungnya Menjadi Seorang Prokrastinator?

Apa Untungnya Menjadi Seorang Prokrastinator?
info gambar utama

Para pelajar dan mahasiswa tentu tidak asing dengan istilah deadline. Istilah tersebut biasanya digunakan untuk menandai tenggat waktu pengumpulan tugas yang diberikan oleh guru atau dosen. Alih-alih mengerjakan dengan santai, kebanyakan mahasiswa justru mengerjakan dengan tergesa-gesa alias mepet deadline.

Bagi kebanyakan mahasiswa, termasuk saya, kegiatan menunda-nunda pekerjaan sudah seperti hobi karena dinilai lebih efisien dan dapat menghasilkan ide-ide yang cemerlang lantaran otak di kepala bak Albert Einstein. Namun, apakah benar kalau hal seperti itu dapat memberikan keuntungan?

Perayaan Natal Nasional 2023 Libatkan 30 Ribu Umat Kristiani, Meriah dan "Memorable"

Jika dilihat dari kacamata psikologi, perilaku menunda-nunda yang sudah disinggung di atas dikenal dengan sebutan prokrastinasi. Hal itu sejalan dengan pendapat Brown dan Hotzman (1967) yang menyatakan bahwa istilah prokrastinasi ditujukan kepada seseorang yang cenderung menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan.

Fenomena prokrastinasi bukan menjadi suatu hal yang tabu karena kerap terjadi di berbagai bidang kehidupan, tak terkecuali bidang akademik. Secara historis, penelitian Elis dan Knaus (dalam Rachmahana, 2002) mengungkapkan bahwa prokrastinasi ini banyak dilakukan oleh orang yang berada di lingkungan akademik, di mana kurang lebih 70% mahasiswa melakukan prokrastinasi.

Menambahi hasil penelitian tersebut, Burka dan Yuen memperkirakan bahwa 90% mahasiswa gemar melakukan prokrastinasi. Adapun peneliti lain memperkirakan sebanyak 46%-95% mahasiswa secara tetap melakukan prokrastinasi pada suatu hal yang menjadi tanggung jawabnya sendiri, yakni tugas-tugas perkuliahan.

Sebagai seorang prokrastinator, kebanyakan mahasiswa menyatakan beberapa alasan melakukan hal tersebut, di antaranya karena kondisi badan yang tidak fit, rasa malas yang tak kunjung reda, kurangnya motivasi, memiliki standar yang terlalu tinggi (perfeksionis), tugas yang terlalu banyak, kurangnya manajemen waktu, ketidaksukaan terhadap tugas, dan lain sebagainya.

Pemilu Semakin Dekat, Lihat Jadwal dan Tata Cara Pencoblosannya!

Jika dilihat dari alasan-alasan tersebut, prokrastinasi cenderung memiliki banyak dampak negatif. Menumpuknya tugas dan sedikitnya waktu yang dimiliki akan menjadi beban tersendiri sehingga mampu mengganggu kesehatan mental.

Ditambah lagi ketika munculnya tekanan-tekanan dari luar yang mengakibatkan pengerjaan tugas tidak maksimal hingga keterlambatan pengumpulan tugas. Hal-hal seperti itulah yang cukup disayangkan.

Tapi, bagi sebagian orang—termasuk saya— cara ini dinilai sangat efektif dalam menyelesaikan beberapa pekerjaan. Sebagai seorang mahasiswa, kegiatan akademik dan non-akademik haruslah imbang. Dalam mengerjakan beberapa tugas, seringkali dituntut untuk menyatakan ide yang kreatif dan unik.

Oleh karena itu, prokrastinator seperti saya biasanya memilih untuk menunda pekerjaan sembari menemukan ide yang sesuai dengan harapan. Karena pada dasarnya, ide-ide yang apik tidak dapat muncul apabila dipaksakan.

Meskipun kerap menunda-nunda pekerjaan, biasanya prokrastinator memiliki cara untuk menghindari terjadinya keterlambatan pengumpulan tugas. Salah satunya dengan menyetting alarm pengingat di HP. Hingga ketika alarm tersebut berbunyi, timbul perasaan panik yang kemungkinan besar memicu stres.

Stres sebenarnya dapat berdampak positif. Hal itu bergantung pada jumlah stres yang diterima dan kemampuan mengatasinya. Jika jumlah stres yang masuk sangat banyak, sedangkan kemampuan mengatasinya sedikit, maka berdampak negatif. Namun, jika sumber stres sebanding dengan kemampuannya, maka stres dapat berdampak positif.

Minimarket Viral di Bali, Sajikan Panorama Indah Gunung Batur

Secara ilmiah dijelaskan bahwa beberapa sistem memori pada otak manusia akan berfungsi karena adanya stres. Pada orang yang mengalami stres, sistem pusat saraf yang ada di otak dapat menggeser sistem yang bertugas penyimpan memori untuk membantu kinerja otak. Sehingga kemampuan sistem-sistem yang ada di otak bisa bekerja optimal.

Kebanyakan prokrastinator termasuk orang yang pandai dalam mengelola stres dan emosinya. Mereka membiarkan dirinya menerima stres dan menjadikannya pecut untuk menggali ide-ide kreatif sehingga dapat bekerja di bawah tekanan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

EZ
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini