Belum Tahu Dampak Media Sosial Pada Kesehatan Psikologis Remaja? Mari Kita Bahas!

Belum Tahu Dampak Media Sosial Pada Kesehatan Psikologis Remaja? Mari Kita Bahas!
info gambar utama

Perkembangan teknologi telah mencapai kemajuan yang berarti baik dari bidang industri, kesehatan, maupun komunikasi. Pada era ini, masyarakat dapat berkomunikasi secara mudah tanpa harus bertatap muka secara langsung. Media sosial telah berkembang secara signifikan dan menjadi bagian integral dari kehidupan modern.

Perkembangan teknologi di bidang komunikasi melalui media sosial ini menyebabkan masyarakat dapat berinteraksi secara langsung dengan lebih praktis, sehingga menyebabkan terbentuknya interaksi baru yaitu interaksi virtual. Interaksi virtual memberikan dampak positif bagi masyarakat seperti kemudahan dalam berkomunikasi, kecepatan dalam berinteraksi dengan orang lain.

Namun, interaksi ini juga memberikan dampak negatif terkhusus bagi para remaja sebagai pengguna tertinggi. Dampak negatif yang dihasilkan berupa permasalahan kesehatan mental seperti kecemasan, ketakutan, dan depresi akibat terbatasi nya interaksi secara langsung.

Manfaat Ekonomis Hutan Mangrove Dalam Pengembangan Usaha Lokal

Semakin tinggi interaksi sosial yang dimiliki, maka akan semakin rendah gangguan mental yang timbul. Permasalahan mental biasanya terjadi karena adanya sikap membandingkan diri dengan orang lain dan tidak jarang pula ada yang membandingkan diri ke atas sehingga menimbulkan rasa lebih buruk pada diri sendiri (Dibb, 2019).

Diperoleh data bahwa 162 remaja memiliki tingkat kecanduan media sosial dengan kategori sedang yaitu 64,8% (Wulandari dkk, 2021). Hal ini terjadi karena remaja termasuk ke dalam kelompok umur atau fase yang memiliki rasa ingin tahu tinggi sehingga akan rentan untuk mengalami kecanduan media sosial seperti kesulitan atau gelisah saat tidak mengakses media sosial, memberi toleransi durasi penggunaan media sosial, dan mengisolasi diri dari lingkungan sosial (Cahya dkk, 2023).

Selain itu, saat remaja juga terjadi perubahan sosio-emosional yang merupakan masa sensitif dan tahap pencarian identitas diri. Kecanduan media sosial merupakan suatu gangguan psikologis dimana penggunanya menggunakan media sosial dalam jangka waktu yang lama karena rasa ingin tahu, kemampuan pengendalian diri yang rendah, dan kurangnya aktivitas produktif dalam kehidupan sehari-hari.

Perkembangan fitur dan fasilitas yang memudahkan pengguna juga menyebabkan terbentuknya keterikatan hingga kecanduan antara pengguna dengan media sosial.

Di sisi lain, Kesehatan Dasar (Riskesdas) juga menyatakan data terkait gangguan mental emosional remaja Indonesia akibat kecanduan media sosial yaitu pada tahun 2022 mencapai 9,8% dan tahun 2021 lalu sebesar 6,1%.

Mendukung Perempuan Sebagai Penggerak Industri Kecil Menengah

Gangguan mental emosional merupakan suatu kondisi perubahan emosi yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kondisi patogis yaitu gangguan produktivitas individu akibat perubahan mood yang dialami.

Gangguan mental emosional terdiri dari dua jenis, yaitu externalizing behavior merupakan suatu perilaku buruk yang menyebabkan efek negatif bagi orang lain dan internalizing behavior atau suatu perilaku yang memberi efek dengan cara langsung pada diri sendiri atau orang lain, mencakup kecemasan, depresi, gangguan makan, membatasi diri dari interaksi sosial, dan kecenderungan melakukan tindakan bunuh diri (Susilawati dkk, 2023).

Terdapat pula kondisi psikososial merupakan suatu kondisi yang terdiri dari aspek dan sosial sekaligus yang menggambarkan hubungan dinamis antara faktor psikologi dan sosial seperti interaksi sosial, tetapi pada kondisi kecanduan ini interaksi sosial tidak terjadi secara langsung.

Secara mendalam, penggunaan media sosial dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan mental remaja seperti peningkatan resiko depresi akibat cyberbullying, kecemasan, hingga masalah sosial dan perilaku (Yasin dkk, 2022).

Kecemasan timbul karena mereka terlalu nyaman untuk berinteraksi dalam dunia maya (cyberspace) baik dalam mendapatkan koneksi, membangun hubungan dengan orang lain, sehingga kebutuhan sosialnya tidak terpenuhi dan ketika berinteraksi langsung dengan banyak orang akan mengalami kecemasan yang berlebih.

Dampak psikologis ini jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan pengaruh secara fisik seperti tekanan darah yang buruk, serta kerusakan ginjal dan jantung akibat depresi terus-menerus. Selain itu, penggunaan sosial media juga menyebabkan obesitas akibat kurangnya aktivitas fisik dan insomnia akibat kecenderungan untuk menunda waktu tidur sehingga akan mempengaruhi fungsi kognitif.

Oleh karena itu, diperlukan perhatian dan penjagaan khusus oleh orang tua agar penggunaan media sosial tidak berlebihan dan membangun faktor-faktor pengontrol diri seperti pengendalian diri, pengaturan emosi, dan pola pikir yang sehat (Arsini dkk, 2023).

Ajang Kelas Dunia Bakal Hadir di 5 Destinasi Super Prioritas Tahun Depan

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SL
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini