Mitoni, Tradisi Budaya Jawa untuk Menyambut 7 Bulan Kehamilan

Mitoni, Tradisi Budaya Jawa untuk Menyambut 7 Bulan Kehamilan
info gambar utama

Mitoni berasal dari bahasa Jawa Pitu yang berarti tujuh. Mitoni atau juga dikenal tingkeban merupakan tradisi dalam budaya Jawa yang dilakukan oleh ibu hamil saat janin memasuki usia tujuh bulan. Masyarakat menganggap Mitoni sebagai upacara adat siklus hidup.

Dikutip dari kratonjogja.id, upacara Mitoni biasanya digelar pada hari Rabu atau Sabtu di tanggal ganjil berdasarkan penanggalan Jawa sebelum bulan purnama muncul. Tujuannya untuk memohon keselamatan calon ibu dan bayinya agar proses kelahiran berjalan lancar.

Upacara mitoni umumnya dipimpin oleh orang yang dituakan, atau orang yang paling tua di dalam keluarga. Sebagian masyarakat masih melaksanakan upacara ini sesuai pakem, dan ada pula yang menyederhanakannya.

Baca juga : Cara Mudah Menghitung Weton Jawa Beserta Artinya

Prosesi Upacara Mitoni

Di dalam upacara mitoni ada beberapa tata cara atau prosesi yang kemudian menjadi rangkaian acara mitoni. Adapun prosesinya sebagai berikut.

1. Sungkeman

Mengacu pada budaya di keraton Jawa, tahap pertama dari rangkaian upacara mitoni adalah sungkeman. Sungkeman dilakukan oleh calon ibu kepada calon ayan. Setelah itu, dilanjutkan sungkeman calon ibu dan ayah kepada kedua orang tuanya.

Sungkeman merupakan bentuk ngabekten, atau bakti dari seorang anak dan menantu kepada orang tua. Prosesi ini dilakukan untuk memohon doa restu agar kehamilan lancar dan bayi yang dikandung sehat.

2. Siraman

Setelah memberikan sungkem pangabekti, calon ibu akan melakukan prosesi siraman pada siang hari. Siang hari dipercaya sebagai waktu para bidadari turun dari kayangan untuk mandi.

Siraman adalah tahap di mana calon ibu dimandikan sebagai simbol pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Air disiramkan oleh 7 orang yang berbeda.. Di keraton, prosesi siraman dilakukan di sebuah bilik khusus berhias aneka tanaman yang disebut kerobongan.

3. Pecah telur

Jika sang calon ibu melakukan siraman, calon ayah selanjutnya akan melakukan proses pecah telur. Telur yang digunakan adalah sebutir telur ayam kampung yang terlebih dahulu ditempelkan ke dahi dan perut calon ibu.

Setelah itu, telur tersebut akan dipecahkan ke lantai. Prosesi ini bermaksud agar persalinan dapat berjalan lancar.

4. Memutus janur atau lawe

Janur atau lawe dalam prosesi ini diikatkan ke perut calon ibu. Selanjutnya, calon ayah akan memutus janur atau lawe tersebut. Sama seperti prosesi sebelumnya, memutus janur atau lawe bertujuan agar persalinan berjalan lancar dan bayi lahir dengan kondisi sehat.

5. Brojolan

Prosesi brojolan menggunakan kelapa gading muda yang telah diukir gambar tokoh wayang Kamajaya dan Kamaratih. Dua buah kelapa ini ditelusupkan di antara perut dan rongga kain lurik yang dikenakan oleh calon ibu. Brojolan menyimbolkan harapan agar calon bayi lahir dengan lancar.

6. Pecah kelapa

Calon ayah akan mengambil salah satu kelapa yang telah diukir tersebut dengan mata tertutup. Kelapa yang diambil lalu ditempatkan di area siraman, dan dipecahkan. Hal ini bermaksud untuk memperkirakan jenis kelamin calon bayi.

7. Ganti busana

Calon ibu akan mengganti busana yang sebelumnya digunakan saat proses siraman. Upacara ganti busana ini akan menggunakan 7 jenis kain yang melambangkan 7 bulan dan harapan bagi si bayi.

Tujuh jenis kain tersebut adalah

  1. Sidomukti (kebahagiaan)
  2. Sidoluhur (kemuliaan)
  3. Semen Rama (kelanggengan)
  4. Udan iris (Keberkahan)
  5. Cakar ayam (Kemandirian)
  6. Kain lurik bermotif lasem (kesederhanaan)

Pemilihan busana ini dilakukan oleh para tamu undangan dengan mengatakan “Kurang cocok” hingga kain ke-6, dan “Cocok” untuk kain ke 7.

Mengenal Brokohan, Tradisi Jawa Menyambut Kelahiran Bayi yang Masih Lestari

Referensi:

kratonjogja.id. Mitoni, Tradisi Memuliakan Calon Ibu. https://www.kratonjogja.id/hajad-dalem/19-upacara-mitoni-tradisi-memuliakan-calon-ibu/

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Firdarainy Nuril Izzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Firdarainy Nuril Izzah.

FI
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini